🕵♀
🕵♀
🕵♀
🕵♀
🕵♀
Malam harinya...
Valerie saat ini sedang asyik menonyon tv sendirian, tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu hingga akhirnya Valerie pun berjalan mengendap-ngendap dan mengintip dari balik jendela.
Ternyata ada seseorang yang memasuki halaman rumahnya dan menyimpan buket bunga di depan pintu rumah Valerie. Valerie yang penasaran, akhirnya dengan cepat keluar.
"Hai, siapa kamu?" teriak Valerie.
Orang itu langsung berlari, tapi Valerie tidak mau kehilangan jejaknya hingga Valerie pun mengejar dia. Valerie dan orang itu saling kejar-kejaran.
"Berhenti kamu!" teriak Valerie disela-sela pengejarannya.
Mereka pun sampai di jalan raya, ternyata orang itu sudah ada yang menunggu hingga akhirnya dia pun naik ke atas motor temannya dan segera pergi dari sana.
"Ah sial, siapa sih orang itu?" gumam Valerie dengan nafas yang ngos-ngosan.
Valerie tidak sadar kalau saat ini dia sedang berada di tengah jalan, hingga sebuah mobil pun berhenti tepat di belakang Valerie.
"Kamu mau bunuh diri ya!" teriak Dion.
Valerie membalikan tubuhnya, lalu menyipitkan matanya karena silau dengan lampu mobil yang menyorot ke arahnya. Dion melihat itu Valerie, terus dia pun memutuskan untuk turun dari dalam mobilnya.
"Valerie, ngapain kamu di tengah jalan?"
"Ah Bos, aku sedang mengejar seseorang tapi dia keburu kabur."
"Seseorang, siapa?"
"Begini Bos, sudah dua hari ini aku mendapatkan kiriman bunga dari seseorang tapi aku gak tahu dari siapa itu, dan barusan aku memergoki orangnya tapi larinya kencang banget, aku gak bisa mengejarnya."
"Aku kan sudah bilang, kamu harus hati-hati sepertinya ada seseorang yang sedang memperhatikan gerak-gerikmu. Ayo masuk! Aku antar kamu pulang."
"Baik Bos."
Valerie pun akhirnya masuk ke dalam mobil Dion, selama dalam perjalanan keduanya terlihat diam.
"Apa kamu sudah makan?"
"Hah...be-belum Bos."
Tanpa banyak bicara, Dion pun membawa Valerie ke sebuah restoran ternama. Tidak membutuhkan waktu lama, mobil Dion pun sampai di restoran itu.
Valerie celingukan memperhatikan restoran mewah itu.
"Ayo turun."
"Kenapa Bos bawa aku ke sini?"
"Aku mau minta kamu teraktir aku, soalnya aku sudah dua kali mengantarkan kamu pulang, tidak ada yang gratis di dunia ini, Vale."
Seketika Valerie membelalakan matanya. "Jangan bercanda Bos, masa iya Bos minta di traktir di restoran mewah seperti ini? Harganya mahal-mahal Bos, kalau Bos mau aku traktir, lebih baik kita pergi ke warteg atau pecel lele saja lebih murah dan ekonomis," sahut Valerie.
"Warteg? Pecel lele? Apaan tuh?"
"Tempat makanlah Bos, tapi tempatnya di pinggir jalan gitu, tertutup kok tempatnya, Bos jangan khawatir takut kotor dan banyak debu di jamin sehat kok," bujuk Valerie.
Tanpa sadar Dion menarik tangan Valerie masuk ke dalam restoran mewah itu, tapi Valerie tidak mau melangkah membuat Dion mendengus kesal.
"Ayo masuk, aku yang bayar tadi aku cuma bercanda," seru Dion.
Seketika senyum Valerie mengembang, mendengar kata traktiran disebut membuat jiwa rakus Valerie meronta-ronta, akhirnya saat ini malah justru Valerie yang menarik tangan Dion untuk cepat-cepat masuk ke dalam restoran itu.
"Dengar traktiran aja, langsung semangat."
Valerie hanya nyengir ke arah Dion membuat Dion tanpa sadar ikut menyunggingkan senyumannya. Entah kenapa, darah Dion selalu berdesir lebih cepat lagi saat melihat senyuman Valerie.
Pas sampai di dalam, Valerie kembali terkejut dan membalikan tubuhnya.
"Kenapa lagi?" tanya Dion.
"Bos, semua pengunjung di sini menggunakan gaun dan jas, lah aku cuma pakai sweater, celana pendek, dan juga sandal jepit," sahut Valerie sembari meringis.
Dion membalikan pundak Valerie. "Sudah jangan banyak ngomong, memangnya siapa yang akan peduli akan hal itu."
"Tapi Bos----"
Dion mendorong pelan pundak Valerie dan menyuruhnya untuk duduk, seorang pelayan membawakan buku menu.
"Busyet, harganya mahal-mahal banget," celetuk Valerie.
"Pesan saja yang kamu mau."
"Serius Bos?"
Dion menganggukan kepalanya, dengan semangat Valerie pun langsung memesan beberapa makanan membuat Dion membelalakan matanya.
"Kamu gak salah Val, pesan makanan sebanyak itu?"
"Katanya, aku boleh memesan apa pun."
"Iya, maksudku memangnya kamu bisa menghabiskan makanan sebanyak itu?"
"Bisa, Bos tenang saja perutku itu melar kaya ular jadi makanan sebanyak apa pun bakalan muat."
Tidak lama kemudian, pelayan pun datang dan membawa semua pesanan Valerie dan Dion, meja mereka sampai penuh dengan makanan.
"Selamat menikmati."
Pelayan itu pun pergi, dan tanpa basa-basi Valerie langsung melahap makanan yang ada di hadapanya tanpa rasa canggung dan malu sedikit pum.
Dion kembali menyunggingkan senyumannya, entah sudah berapa kali hari ini Dion tersenyum dan itu semua gara-gara Valerie.
Dion geleng-geleng kepala melihat cara makan Valerie yang seperti itu.
"Berapa hari kamu gak makan?" tanya Dion.
"Setiap hari aku makan Bos, memangnya kenapa?"
"Makan kamu seperti kelaparan saja."
"Hehehe maaf Bos, soalnya makanannya enak-enak, aku jarang makan enak seperti ini, terlalu sayang buang uang banyak hanya untuk makanan."
"Kamu ini, padahal gaji kamu lebih dari cukup untuk makan enak setiap hari."
"Uangku, aku tabung Bos. Aku ingin melanjutkan kuliah aku jadi aku harus berhemat."
"Memangnya orangtua kamu ke mana?"
"Orangtuaku meninggal di saat aku masih SMP, jadi aku sudah terbiasa hidup hemat."
Dion kembali menyunggingkan senyumannya, setelah selesai makan malam, Dion pun mengantarkan Valerie pulang.
"Terima kasih Bos, sudah mentraktir dan mengantarkan aku pulang."
Dion hanya menganggukan kepalanya, Valerie pun langsung masuk ke dalam rumahnya. Dion kembali menoleh ke arah rumah yang ada di samping rumah Valerie, entah apa yang sedang dipikirkan Dion, Dion pun mulai melajukan mobilnya.
***
Keesokan harinya...
Hari ini Valerie dan Julian memutuskan untuk tidak masuk sekolah, karena mereka akan menjebak kembali si pelaku. Valerie dan Julian sudah membayar seorang siswi, untuk berjalan sendirian di depan rumah kosong tempat Yuna di bunuh dan di perkosa.
Waktu menunjukan pukul 13.00 siang, si siswi itu mulai berjalan sendirian dan dari kejauhan Valerie dan Julian mengawasinya dari dalam mobil. Cukup lama mereka menunggu hingga akhirnya seseorang dengan memakai pakaian serba hitam dan memakai penutup wajah itu menghampiri siswi itu.
"Val, itu orangnya!" seru Julian.
Valerie dan Julian terlihat mengawasi orang itu, dan benar saja orang itu langsung membekap mulut siswi itu dan menyeretnya ke rumah kosong. Valerie dan Julian mengikuti si pelaku ke dalam rumah kosong itu.
Di saat si pelaku hendak melakukan kelakuan bejadnya, Valerie dan Julian pun masuk.
"Jangan bergerak!" seru Julian sembari mengarahkan pistolnya ke arah si pelaku.
Si pelaku langsung mengangkat kedua tangannya sembari tetap membelakangi Valerie dan Julian, sedangkan siswi itu langsung pergi.
Valerie menghampiri si pelaku dengan perlahan-lahan, sedangkan Julian masih tetap dengan pistolnya. Tapi tanpa diduga, di saat Valerie mendekat, si pelaku langsung menyerah Valerie.
Hingga terjadilah perkelahian antara Valerie dan pelaku, Julian tidak bisa menembakan pistolnya karena takut salah sasaran.
"Aku bilang diam kamu!" teriak Julian.
Si pelaku sama sekali tidak mengindahkan ucapan Julian, dia terus saja melakukan perlawanan kepada Valerie sepertinya pelaku sama sekali tidak ada rasa takut.
Si pelaku mulai mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya.
"Awas Val!" teriak Julian.
Julian tidak bisa tinggal diam saja, akhirnya Julian pun ikut maju membantu Valerie. Si pelaku bersiul dengan santainya, sehingga tiba-tiba sekelompok orang dengan pakaian yang sama datang.
"Ah sial, ternyata dia tidak sendirian," gumam Valerie.
"Habisi, mereka berdua!" teriak si pelaku.
Orang-orang yang berjumlah lebih dari lima orang itu menyerang Valerie dan Julian, tentu saja keduanya sigap. Perkelahian berjalan dengan sangat sengit, bahkan Valerie dan Julian sudah kelelahan.
Hingga akhirnya Valerie dan Julian bisa mengalahkan semuanya, si pelaku langsung melarikan diri.
"Val, dia kabur."
"Kejar, Jul."
Valerie dan Julian mengejar, tapi pas sampai di luar, si pelaku naik ke atas motor dan langsung menancapkan gas dengan sangat kencangnya.
"Jul, nyalakan mobil!" teriak Valerie.
"Siap."
Tapi di saat mereka hendak menuju mobil, sebuah mobil datang dan ternyata itu Dion. Dion langsung membuka pintu mobil sebelahnya.
"Masuk, Val!" teriak Dion.
Tanpa menunggu lagi, Valerie langsung masuk ke dalam mobil Dion.
"Aku bagaimana?" teriak Julian.
"Masuk bagasi!" teriak Dion.
Tanpa berpikir panjang, Julian pun langsung masuk bagasi mobil Dion. Dion mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, cara Dion membawa mobil tidak usah di ragukan lagi.
"Itu Bos, orangnya!" seru Valerie.
Dion kembali menancapkan gasnya menyusul pelaku.
"Tembak kaki dia!" perintah Dion.
"Baik Bos."
Valerie membuka kaca jendela mobilnya dan mengarahkan pistolnya ke arah pelaku.
Dorr....
Tepat sasaran, Valerie menembak kaki si pelaku. Motor si pelaku sempat oleng, tapi si pelaku tidak menyerah, justru dia semakin kencang membawa motornya.
"Sial, kenapa dia tidak menyerah," gumam Valerie.
Si pelaku menghentikan motornya dan meninggalkan motornya begitu saja di jalan, sedangkan dia berlari ke sebuah gang kecil dengan jalan terpincang-pincang.
"Bos, itu motor pelaku," seru Valerie.
Dion pun menghentikan mobilnya, Dion dan Valerie langsung turun, begitu pun dengan Julian.
"Ke mana dia?" seru Dion.
"Bos, darah. Kita ikuti darah itu, pasti itu darah si pelaku," seru Julian.
Akhirnya ketiganya mengikuti bercak darah yang menetes di setiap jalan, setelah terus mengikuti, ternyata jalan itu mengarah ke sebuah kebun dan darah itu sudah tidak terlihat lagi.
"Lah, darahnya sudah gak ada," seru Valerie.
Ketiganya berpencar mencari keberadaan si pelaku tapi setelah beberapa saat mencari, mereka sama sekali tidak menemukan si pelaku.
"Gila, cepat banget dia menghilang, padahal kakinya sudah terluka," seru Julian.
"Brengsek," gumam Dion.
Sementara itu, si pelaku saat ini sudah berada di sebuah rumah.
"Kamu harus segera dibawa ke rumah sakit, peluru ini harus segera di keluarkan," seru pria paruh baya.
"Tunggu sebentar lagi Yah, mereka pasti masih berada di sekitar sini," sahut si pelaku.
"Tapi darahnya terus saja keluar, Ayah takut kamu kehabisan darah."
"Ikat saja lukanya, aku bisa bertahan untuk beberapa saat."
Akhirnya pria paruh baya yang merupakan Ayahnya itu, mengikat kakinya dengan kain untuk menghentikan pendarahannya. Sedangkan Dion, Valerie, dan Julian memutuskan untuk pergi dari sana.
Julian membawa motor si pelaku untuk di jadikan barang bukti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Siti Munawaroh
apa jangan2 pelakunya anak nya tukang klining servis sekolah yaaa
2023-03-22
0
😘😍 fans girl RAP LINE 😍😘
kok pirasat aing bilang itu mang Udin& anaknya🤔🤔
2023-02-08
1
❤️Akunku
licin sekali pelakunya ya ,ada banyak ternyata
2022-08-29
2