🕵♀
🕵♀
🕵♀
🕵♀
🕵♀
Valerie saat ini sedang sarapan sembari mengotak-ngatik ponselnya, tiba-tiba pintu rumahnya ada yang ngetuk.
"Tumben si Panjul sopan banget, pakai ketok pintu dulu biasanya juga langsung nyerobot masuk aja," gumam Valerie.
"Masuk aja Panjul, biasanya juga kamu nyelonong masuk!" teriak Valerie dengan santainya.
Valerie kembali mengunyai roti selai coklat kesukaannya, tapi tiba-tiba pintu rumahnya kembali di ketuk.
"Astaga, tuh anak memang suka banget bikin aku kesal."
Valerie pun dengan kesalnya bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju pintu, Valerie sudah siap menyemburkan amarahnya kepada sahabatnya itu.
"Panjul, kamu minta di getok ya bikin kesal sa----"
Ucapan Valerie terhenti karena ternyata tidak ada siapa-siapa di sana, Valerie pun melihat hanya ada bunga mawar merah di sana.
"Lah, tadi siapa yang sudah ngetuk pintu? Terus ini bunga dari siapa?" gumam Valerie.
Valerie pun mengambil bunga itu dan melihat kartu yang terselip di dalam buket bunga yang indah itu.
"Selamat pagi, bunga yang cantik untuk wanita yang cantik."
"Idih, siapa yang ngirim bunga ini?" gumam Valerie.
Tidak lama kemudian, mobil Julian pun sampai di depan rumah Valerie. Julian keluar dari dalam mobilnya dan berdiri di depan pagar rumah Valerie.
"Valerie...Valerie...main yuk!" teriak Julian.
Valerie pun tersentak. "Panjul, sini deh."
Julian pun masuk ke dalam halaman rumah Valerie. "Wuidih, bunga dari siapa tuh? Tumben banget ada pria yang ngasih bunga sama kamu, biasanya si pria ketakutan lihat kamu," goda Julian.
Valerie memukul kepala Julian dengan buket bunga itu. "Memang kamu pikir aku hantu, sampai-sampai pria itu ketakutan."
"Bukanya gitu, para pria biasanya akan mundur sebelum berperang karena melihat wajah sangar kamu."
"Ckckck...aku cantik kaya gini dibilang sangar. Jul, coba deh kamu baca ini."
Julian pun membaca kartu itu dan seketika tawanya pecah membuat Valerie sangat kesal dibuatnya.
"Gak usah ketawa deh Jul, gak ada yang lucu juga."
"Astaga, pagi-pagi sudah ada yang ngirim buket bunga. Cie..cie..kamu punya pengagum rahasia."
Valerie mendelikan matanya, kemudian masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas sekolahnya.
"Ayo berangkat!"
"Lah, kamu gak nawarin aku sarapan dulu."
"Gak, sudah siang."
Valerie langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Julian setelah sebelumnya mengunci rumahnya terlebih dahulu. Tapi lagi-lagi Valerie menghentikan langkahnya dan menatap rumah di sampingnya.
"Orangnya ke mana sih? Perasaan tidak keluar-keluar," batin Valerie.
Julian merangkul pundak Valerie. "Bunganya buat aku saja ya, buat siswi cantik di sekolah."
"Dasar tidak modal."
"Biarin, daripada kamu buang mending aku manfaatkan."
Valerie mendelikan matanya, Julian dan Valerie akhirnya masuk ke dalam mobil dan Julian pun melajukan mobilnya.
"Cantik," gumam seseorang yang saat ini sedang mengintip dari balik jendela.
Sesampainya di sekolah, Valerie dan Julian masuk ke dalam kelas dan terlihat Roy sedang memegang buket bunga mawar merah di tangannya.
"Roy."
"Bos, di bangku Bos ada yang menyimpan bunga ini tapi setelah aku tanya setiap orang tidak ada yang tahu siapa yang menyimpan bunga ini," seru Roy.
Valerie mengambil bunga itu dan memperlihatkannya kepada Julian.
"Bunga ini sama dengan bunga yang aku dapatkan di rumah, siapa yang sudah mengirimkan bunga ini? Kenapa dia tahu rumah dan sekolah ini?" seru Valerie.
"Wah, ada pengagum rahasia rupanya, tapi siapa ya?" seru Julian dengan mengelus dagunya.
"Hati-hati Bos, biasanya pengagum rahasia itu selalu mempunyai sifat obsesi yang tinggi," seru Roy.
"Nah, betul itu," sahut Julian.
Selama proses belajar, pikiran Valerie melayang ke mana-mana, dia memikirkan siapa orang yang sudah mengiriminya bunga.
Waktu istirahat pun tiba...
Vale, Julian, dan Roy makan di kantin bersama.
"Eh iya, kalian lihat Mang Udin gak?" tanya Vale.
"Hah, Mang Udin? Ngapain kamu nanyain Mang Udin? Jangan bilang karena kelamaan menjomblo selera kamu jadi menurun drastis," ledek Julian.
Valerie dengan kesalnya mengarahkan garpu ke mata Julian tapi dengan sigap Julian menghindar, padahal Valerie hanya bercanda.
"Lama-lama aku colok juga matamu, Panjul."
"Astaga Vale, sadis banget bercandanya."
"Iya kali aku suka sama Bapak-bapak, memangnya stok pria di dunia ini sudah habis apa, si Roy juga pasti mau jadi pacar aku, iya kan Roy?" seru Valerie.
"Uhuk..uhuk..uhuk.."
Roy yang saat ini sedang makan bakso langsung tersedak mendengar tawaran Valerie.
"Mau dong, masa gak mau jadi pacar Bos cantik," sahut Roy dengan antusiasnya.
Julian menoyor kepala Roy. "Jangan kepedean jadi orang."
"Idih sirik aja. Oh iya, Bos, memangnya kenapa Bos nanyain Mang Udin?"
"Waktu itu kan aku gak sengaja membanting tubuh Mang Udin, sampai pinggangnya encok, aku takut doi kenapa-napa soalnya sudah beberapa hari ini aku gak lihat Mang Udin," sahut Valerie.
"Lagian orangtua kamu banting-banting, kualat nanti," ledek Julian.
"Aku kan gak sengaja, Jul, dikira itu siapa."
***
Sepulang sekolah, Valerie dan Julian pergi ke kantor The Black Hunter. Hari ini memang tidak ada kerjaan untuk mereka tapi Valerie ingin bersantai sejenak di kantor.
Seperti biasa, Valerie akan menyapa semua karyawan dengan ramahnya membuat semua karyawan The Black Hunter mengenal siapa itu Valerie.
Rossa berlari menghampiri Valerie. "Val, Bos Dion memanggilmu untuk ke ruangannya."
"Ada apa Mbak?"
"Mana aku tahu."
"Ya sudah, aku ke ruangan Bos dulu."
Valerie pun melangkahkan kakinya menuju ruangan Dion dan Julian pun hendak mengikuti Valerie tapi Rossa dengan sigap menarik baju bagian belakang Julian.
"Mau ke mana? yang di suruh itu hanya Valerie, jadi kamu ikut denganku saja," seru Rossa dengan menarik paksa Julian.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
"Permisi Bos, apa Bos memanggilku?"
"Iya, duduk."
Valerie pun duduk di hadapan Dion...
"Masalah si pelaku, aku yakin dia merupakan bagian dari sekolah jadi kamu harus lebih teliti lagi memperhatikan setiap gerak-gerik penghuni sekolah. Kemarin kamu kan sudah hampir menangkap si pelaku, jadi kamu sudah bisa membayangkan postur tubuhnya seperti apa dan kamu bisa mencari siapa orang yang memilik postur tubuh seperti itu."
"Iya Bos, aku mengerti. Saat ini aku juga memang sedang berusaha mencari pelaku," sahut Valerie.
"Dan satu lagi, penghuni rumah di samping rumah kamu itu sepertinya bukan orang baik-baik jadi aku harap kamu lebih berhati-hati lagi. Aku khawatir takutnya orang itu justru si pelaku, soalnya kemarin-kemarin kamu sudah melakukan kesalahan dengan menunjukan keahlian kamu dan buktinya si pelaku melakukan kejahatannya lagi diluar sekolah kan?"
Valerie menganggukan kepalanya tanda mengerti.
"Hanya itu yang ingin aku sampaikan, sekarang kamu boleh pergi."
"Baik Bos, terima kasih."
Valerie pun keluar dari ruangan Dion, setelah cukup lama berdiam diri di kantor, Valerie dan Julian pun memutuskan untuk pulang.
Valerie pulang menggunakan taksi online karena Julian ada kepentingan, jadi dia tidak bisa mengantarkan Valerie pulang. Tidak membutuhkan wakti lama, akhirnya Valerie pun sampai di rumah.
Lagi-lagi, di depan pintu rumah Valerie ada buket bunga mawar merah. Valerie celingukan ke semua arah tapi Valerie tidak bisa menemukan siapa pun di sana.
"Siapa sih nih, yang ngirimin bunga terus?" batin Valerie.
Sementara itu di balik jendela, seseorang menyunggingkan senyumannya dengan melihat ke arah ranjang yang saat ini sedang terbaring seseorang pria. Pria itu tampak kurus dengan kaki dan tangannya terpasung.
"Boleh kan Dek, kalau Kakak menyukai wanita?" tanya si pria dengan senyumannya.
Sedangkan pria yang terpasung tidak menjawab apa-apa, tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
lily
mang Udin kah? atau kepsek
2024-03-04
1
☠☀💦Adnda🌽💫
waduw mencurigakan y 🤔🤔🤔
2022-12-26
1
❤️Akunku
saya makin penasaran ,belum bisa nebak siapa pelakunya
2022-08-29
2