☘️☘️☘️
"Mayang aku pamit ya. aku harus meneruskan pendidikan ku ke negara tetangga." ucap Adit sedikit tertunduk lesu
"Hati-hati ya Adit disana, aku harap kamu bisa mewujudkan mimpi dan cita-cita mu."
kemudian Adit meraih kedua tangan ku dan menggenggamnya erat sesaat pandangan kami bertemu lalu aku segera mengalihkan pandangan ku.
aku menunduk malu, "Mayang janji ya. jaga hati dan perasaan mu untuk ku, tunggu kepulangan ku!"
aku mengangguk, walau sejujurnya aku harus memenuhi permintaan kakak ku.
ingin rasanya aku memberitahu tapi aku takut Adit akan sangat kecewa dan gagal melanjutkan keberangkatannya.
"Ingat ya, Mayang ku hati mu hanya milik ku!" ucapnya lagi dan mengecup kedua tangan ini.
pada saat Adit mengecup tagan ku "Mayang!" terdengar suara seseorang memanggil namaku.
segera ku tarik tangan ini dan melihat siapa yang memanggil nama ku. iya menatap ku sinis apa salah ku.
ketidak kesukaannya terlihat jelas dia seolah membenciku.
"Rara!" gumam ku, aku terkejut melihat tingkah Rara sabat ku ini.
"Adit, bukankah kamu sudah janji sama aku, kamu mau nemenin aku siang ini." ucap Rara lantang dan menarik Adit dengan kasar.
"Iya,maaf Ra tapi aku harus bertemu lebih dulu dengan Mayang. aku nggak bisa pergi gitu aja tanpa bertemu dia."
"Kenapa sih Dit, selama dua pekan Mayang menghilang. siapa yang selalu ada buat kamu?" berang ku kesal "bukankah itu aku? aku yang selalu ada buat kamu dan menemani kamu" ucapku berapi-api.
"Maaf Ra, tapi aku dan Mayang sudah jadian." ucap ku penuh penyesalan.
bagaimana pun aku harus mengakuinya. sebagai laki-laki aku tidak boleh mempermainkan perasaan mereka, aku sangat menyayangi Mayang.
☘️☘️☘️
"Assalamualaikum.." send
"Mas Dimas, jangan lupa makan ya." aku mengirimkan pesan kepada suamiku.
sudah masuk dan tercentang 2 abu-abu itu artinya belum di baca.
mungkinkah suamiku sedang sibuk saat ini.
Alhamdulillah... aku sudah lebih baik dari kemarin. aku sudah mendingan tapi aku tetap tidak boleh melakukan pekerjaan rumah.
mas Dimas bilang biarkan saja bik Ning yang mengerjakan pekerjaan rumah.
beruntung sekali aku mendapatkan suami sepertinya. iya adalah suami terbaik yang aku temukan.
sama seperti mama mertua, beliau tidak pernah berlaku buruk terhadapku. mama selalu memperlakukan aku bak seperti anak sendiri.
ketika aku punya masalah aku tidak pernah sungkan bercerita kepada mama.
bukan tidak mau bercerita dengan suami, aku tak tega harus berbagi masalah dengannya.
masalahnya sudah lebih banyak di pekerjaan sana, aku tidak ingin menambah beban pikirannya.
aku memilih menyegarkan diri di belakang rumah. disana ada sebuah kebun kecil yang sengaja mama buatkan ketika mama berkunjung kemari.
kata mama biar udara lebih segar pada saat kita duduk di bawah pepohonan.
☘️☘️☘️
"Mas, masih ingatkan permintaan ku tempo lalu." tanyaku ketika kami sudah berada di dalam kamar.
"Yang mana ya?" tanya mas Dimas.
"Mas mau kan menikah dengan Mayang? aku harap kamu bersedia."
"Maaf, kenapa harus kembali ke topik itu sih sayang."
kemudian mas Dimas menatap diri ini. dan menghela nafas panjang kemudian dia memelukku erat.
"Mas, aku nggak bercanda, kamu sayangkan sama aku?" ku tatap manik hitamnya
"Apa kamu masih meragukan aku? kamu tidak percaya sama aku?!."
"Kalau memang kamu sayang sama aku, tolong penuhi keinginan ku mas"
"Ada apa sebenarnya Maria? jangan begini. apa kamu sedang ada masalah, atau memang kamu yang sudah tidak sayang dengan ku?!." pertanyaan beruntun aku lontarkan.
"Maaf," ucapnya sambil terisak.
baru kali ini aku melihat mas Dimas begitu marah. dia keluar dan membanting pintu dengan kasar.
selama ini aku tidak pernah melihat suamiku marah seperti ini.
air mata tidak dapat lagi ku bendung, iya bebas keluar begitu saja tanpa aku memintanya.
bagaimana aku harus menjelaskannya dengan mas Dimas, jika dia tau tentu dia tetap tidak mau.
pikiran ku saat ini benar-benar kacau, di satu sisi aku harus memastikan Mayang dalam keadaan yang aman dan kehidupan yang nyaman, disisi lain mas Dimas.
aku percaya mas Dimas bisa menjaga Mayang suatu hari nanti seperti mas Dimas menjaga diri ini.
aku hanya bisa berharap dengannya, sebelum kepergian ku tiba aku harus pastikan itu.
☘️☘️☘️
aku mengemudi dengan kecepatan tinggi aku sangat kesal dengan sang istri. kenapa dia selalu ingin memaksakan keinginan yang tidak masuk akal'.
selalu memaksakan agar aku menikahi adiknya sendiri. ada apa dengannya mengapa dia berubah begitu cepat.
aku bisa mencukupi kehidupan Mayang tanpa perlu menikahinya bukan?!.
aku kecewa dengan Maria, iya seolah meragukan aku saat ini.
perasaanku tidak bisa aku bagi ini masalah hati, mana mungkin itu terjadi satu atap ada tiga nyawa. sudah bisa dipastikan tidak ada kebahagian diantara kita.
apa lagi Mayang, iya masih bisa menentukan pilihannya. aku takut iya akan kecewa jika aku tidak bisa membahagiakannya.
aku tidak ingin merusak masa depannya. "Yaa Allah" aku berucap lirih.
malam semakin larut. lebih baik aku melakukan sholat istikharah, memohon petunjuk pada sang khalik sang pemilik hati ini. hanya Allah yang mampu memberikan petunjuk saat ini.
aku menepikan mobil di halaman masjid, setelahnya aku segera turun dan berjalan kearah samping untuk mengambil air wudhu.
setelah selesai aku segera masuk kedalam masjid, nampak begitu sepi. wajar sepi di jam begini tiga jam lagi baru' akan melangsungkan sholat subuh.
setelah selesai melakukan sholat tidak lupa aku melaksanakan zikir dan juga mengaji, Sebagai penenang hati.
aku sampai lupa mengaktifkan ponsel ku begitu banyak panggilan dari rumah, dan puluhan chat yang masuk dari sang istri dan juga Mayang.
Apa terjadi sesuatu dengannya bodohnya aku. harusnya aku tidak meninggalkannya, harusnya aku memberinya pengertian dan bukanya pergi bak seperti anak kecil yang lari dari masalah.
aku segera keluar dari dalam masjid dan kembali mengemudikan kendaraan ku, tujuanku saat ini adalah rumah.
aku ingin memastikan keadaan sang istri apakah dia baik-baik saja. mengingat keadaannya masih belum benar-benar pulih.
setelah tiba di halaman rumah aku segera berlari dan membuka gerbang dan memasukan mobil kedalam garasi, kulihat bik Ning sudah berdiri didepan pintu.
"Ada apa bik, apakah semuanya baik-baik saja" tanyaku ketika aku sudah berada di hadapannya
namun beliau hanya menunduk tidak menjawab sepatah katapun.
aku segera beranjak dan berjalan dengan langkah yang lebar. aku melihat Mayang duduk tepak di balik pintu kamar ku.
"Mayang, sedang apa kamu disini?" tanya ku keheranan.
"Mbak Maria mas, mbak Maria" ucapnya dengan terbata.
aku yakin pasti terjadi sesuatu pada saat aku tidak dirumah tadi.
aku menghela nafas berat rasa penyesalanku kian memuncak.
dan aku mendekati pintu kamar yang aku dan Maria tempati. ku ketuk berulang kali tapi tidak juga di buka.
"Bik, kunci cadangan." pintaku
Bik Ning segera mencarikan aku kunci cadangan kamar ini.
"Ini, tuan." aku segera membukakan pintu kamar ini
"Mbak Maria!" teriak Mayang
"Ibu!" ucap bik Ning.
"Sayang..!" aku segera berlari dan disusul Mayang dan bik.
"Yaa Tuhan ... " ucap Mayang "apa yang terjadi mas?!." ucapnya sambil terisak. Bik Ning ikut menangis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments