kini aku tiba di rumah Mama, aku pun segera turun dari mobil dan melangkah menuju pintu utama.
"Assalamualaikum..." aku memutar kenop pintu, rumah Mama tidak pernah dikunci jika di siang hari.
"Ma, Mama!" panggilku berulang kali tapi ... tidak ku temukan Mama dimana-mana.
lantas, aku berjalan kearah belakang biasanya mereka ada disana. Mama sering berkebun disana.
tapi aku hanya melihat Papa yang sedang duduk bersantai.
"Dim, baru sampai?" tanya Papa, aku mengangguk membenarkan pertanyaan Papa barusan.
"Mama, mana pa,?!." tanyaku, sejak tadi aku tidak melihat keberadaan Mama.
"Mama, mu sedang keluar kota"
aku terkejut, tumben Mama tidak pergi dengan papa. biasanya kalau Mama berlibur Papa pasti turut serta.
"kapan Mama, pergi Pa?" tanya ku keheranan, tumben sekali Mama pergi tanpa Papa.
"kemarin, Mama pergi sama teman-temannya" terang Papa menjelaskan.
padahal tujuan ku kesini adalah bertemu Mama. aku pun duduk disamping papa yang sedang memberi makan ikan di kolam.
"Den, minuman nya Den." ucap bik Rumi sambil mengangsurkan segelas jus pada diri ini. segera ku raih kasihan jika Bik Rumi harus berdiri terlalu lama.
"Bik, aku lapar." ucapku padanya aku memang lapar.
"baik Den, Bibik akan siapkan makanan" setelah itu Bik Rumi berlalu.
aku meminum jus yang dibawakan oleh Bik Rumi, tadi. setelah itu aku melangkah menuju kamar dimana kami jika berkunjung dan menginap akan tidur dikamar aku dulu di waktu aku belum menikah.
setelah membersihkan diri, aku membaringkan tubuh diatas ranjang aku harus mencari Maria dikota sebelah. dua hari kehilangannya aku seolah hilang semangat hidupku.
☘️☘️☘️
keesokkan harinya aku berniat untuk ke Lampung mencari Maria disana. mungkin saja dia sedang berkunjung dirumah pamannya, sudah lama kami tidak menyambangi beliau mungkin ini lah jalannya agar aku bisa bersilaturahmi kerumah Paman.
aku yg sedang berkemas memasukan beberapa pasang baju yang hendak aku bawa kesana.
terdengar suara ketukan pintu.
"masuk!" ucapku, yg masih fokus memasukan pakaian kedalam tas.
"Anu Den, ditunggu tuan dimeja makan" ucap Bik Rumi menjelaskan.
"tolong sampaikan ke Papa, Bik, Dimas, segera turun."
"baik Den," kulihat bik Rumi segera pergi. aku pun segera turun untuk menemani Papa, tak tega jika Papa harus menunggu lebih lama disana.
"pagi Pa," sapa ku
"ayo sarapan Dim," ajak papa.
"Pa, kapan Mama pulang?" tanyaku, aku ingin bertemu dengan Mama. aku perlu bicara dengannya, ingin memberi tahu perubahan sikap Maria akhir-akhir ini.
kalau bukan dengan Mama, aku harus berbagi dengan siapa lagi, 2 Malam aku menginap dirumah Mama, dan Papa, tak enak rasanya jika aku pulang kerumah yang aku tempati dengan Maria.
disana hanya ada Mayang, aku tidak ingin ada gosip dari tetangga sekitar rumah.
lagi-lagi Maria, yang memenuhi isi kepala. entah apa yg dia sembunyikan dariku aku pun tidak tahu.
"Papa, belum tau kapan Mama mu akan pulang. semalam Mama mu telepon tapi hanya menanyakan kabar Papa saja" papar nya menjelaskan.
aku percaya pada Papa, sebab Papa tidak pernah tidak berkata jujur.
"kamu jadi ke Lampung?." aku mengangguk.
"mungkin, Dimas, akan menginap sepekan disana"
"jangan khawatir, lagi pula kamu sudah lama tidak berkunjung kesana. masalah di kampus masih banyak yang bisa mengurusnya."
iya. memang benar yang dikatakan Papa, tidak perlu khawatir masalah di kampus banyak orang yang bisa mengurusnya.
saat ini aku harus menemukan Maria, bagaimana pun caranya.
Maria, prioritas utama ku saat ini. bagaimana pun caranya aku tidak ingin kehilangan dia.
☘️☘️☘️
saat ini aku sudah sampai di merak, butuh beberapa jam lagi agar bisa Samapi dirumah Paman.
tinggal menunggu kapal yang aku tumpangi bergerak, sungguh aku sangat gugup saat ini. bagai mana kalau Maria tidak ada disana? apa yang harus aku jelaskan kepada mereka.
aku berdoa dalam hati, "yaa Allah semoga istri Hamba ada disana" aku memejamkan mata berdoa didalam hati.
berharap ada keajaiban dari sang khalik, semoga segala persoalan hamba di permudahkan yaa Allah, Aamiin
kapal begitu lambat terasa, sudah 2 jam, tapi ... belum juga sampai di tepian dermaga. belum lagi aku harus melanjutkan perjalan kerumah Paman, masih membutuhkan waktu yang lama.
andai saat Papa menawarkan aku membawa pak Mamat, supir pribadinya mungkin aku tidak akan terlalu lelah saat ini.
lelah pikiran, lebah badan. bahkan tidur pun tak tenang, ternya begini rasanya punya banyak pikiran.
hampir 5 jam aku berada di dalam kapal, akhirnya sampai juga di tepian. aku segera masuk kedalam mobil bersiap-siap. setelah kapal benar-benar menepi kini semua penumpang mulai turun satu persatu.
aku mengemudi kendaran dengan kecepatan tinggi, dari bakauheni menuju kediaman Paman.
aku masih membutuhkan waktu beberapa jam lagi agar segera sampai.
kulihat jam yang melingkar ditangan sudah menunjukan pukul 14 : 21, tapi aku blm juga Sampai disana di tambah lagi macetnya jalanan kota Lampung.
"sabar Dimas, kamu sudah berada di Lampung, tunggu sebentar lagi kamu akan segera sampai" aku berdialog sendiri.
☘️☘️☘️
sudah 3 malam Mba Maria, menghilang. Mas Dimas, juga gak pulang. kemana kamu Mba?, apakan Mba marah dengan Mayang, jika memang iya maka ... akan Mayang kabulkan permintaan Mba.
rumah yang besar tapi tidak berpenghuni, tetangga pun mulai bertanya, menyakan keberadaan Mba Maria.
sudah 4 hari ini tidak terlihat. biasa Mba Maria setiap hari keluar rumah hanya sekedar bertegur sapa denga para tetangga.
aku tidak sanggup jika terus-terusan berbohong, bukankan kebohongan itu sebuah dosa.
Mas Dimas, juga tidak memberikan kabar sedikitpun. aku begitu khawatir takut-takut terjadi sesuatu Dengan Mba ku Maria.
"May, kenapa sih Lo.. beberapa hari ini terlihat aneh"
"gapapa Ra," jawabku lembut
"kenapa Lo juga menghindar dari Adit,"
"aku, cuma ingin sendiri Ra," kualihkan pandangan darinya.
☘️☘️☘️
"Alhamdulillah... akhirnya sampai juga," ucapku dalam hati.
sampai dirumah Paman, aku segera membuka pintu mobilku, namun aku urungkan. aku harus memberi kabar ke Papa dimana aku sudah sampai dengan selamat dirumah Paman di Lampung.
terhubung...
"halo.. pa, Dimas, Dimas sudah sampai"
Papa
(.......)
Dimas
"yasudah ya Pa"
sambungan pun ku akhiri. aku segera turun tidak sabar rasanya ingin bertemu mereka.
aku sudah menyiapkan beberapa oleh-oleh dari jakarta sebagai buah tangan untuk mereka, biarlah oleh-oleh nya nanti aku ambil.
beberapa kali aku mengucap salam, tapi ... tidak ada satupun yang memberi sahutan. rumah tampak begitu sepi seperti tidak berpenghuni.
"Assalamualaikum..!" ucapku lagi "Paman, ini Dimas, Paman." teriakku berulang kali.
"yaa Allah, tolong lah dipermudah kan segala urusan hamba" doa ku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Suci Fadila
semangat nulis nya
2022-11-23
0