setelah Maria sampai di rumah, Maria segera menyiapkan kebutuhan Dimas didalam kamar. mulai dari baju, dan juga handuk.
sudah jadi kebiasaan Maria memenuhi kebutuhan Dimas di rumah. walau Dimas menolak itu semua, tapi Maria tetap memenuhi tugasnya sebagai istri.
melayani Dimas sudah menjadi tugasnya, Maria segera memasak di bantu oleh asisten rumah tangganya.
begitu tulus Maria melayani kebutuhan Dimas, dan Mayang.
Maria berhati malaikat, namun ambisi Maria untuk mempersatukan Dimas dan Mayang sangat kuat.
mampukah Maria meyakinkan Dimas? apakah Dimas mau memenuhi keinginan Maria?.
apa alasan Maria hingga ia begitu kuat untuk mempersatukan mereka berdua.
sedangkan, Maria begitu mencintai Dimas Anggara.
☘️☘️☘️
"may. Lo ngapa sih?. mukanya dari tadi di tekuk aja?" tanya Rara keheranan melihat sikap Mayang saat ini berbeda.
namun Mayang tetap pada posisinya, menatap langit-langit kamar, dimana Mayang sedang berada di rumah Rara.
Mayang terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga tidak mendengar pertanyaan Rara.
hingga Rara merasa takut melihat tingkah Mayang yang seperti orang tidak bernyawa.
Rara pun memberanikan diri untuk menghubungi Adit, Adit adalah teman sekelas mereka.
Adit sudah lama menaruh hati pada Mayang, tapi sayang, Mayang begitu sulit di luluhkan.
Mayang lebih memilih berteman dari pada menjalin hubungan, Adit pun menurut walau dalam hati Adit sulit untuk menerima.
"may," panggil Adit, dan Rara bersamaan.
namun, siempunya nama tidak hiraukan.
hingga Adit memberanikan diri mendekati Mayang, dan sedikit mengguncang bahu mayang dan membuat Mayang tersadar dari lamunannya.
"Lo, nangis may?" sapa Adit, teman di bangku SMA ku.
"kok, Lo disini dit?." tanya Mayang, keheranan.
"ditanya, malah balik nanya." jawab Adit kesal.
"Lo, ada masalah ..?!,"
Mayang, menggeleng kepala, walau sejujurnya ia ingin sekali bercerita tapi ... mayang tahan.
siapa tau mbak Maria hanya mengerjainya.
semoga.
"elo ... ngapain disini dit?." Mayang bangkit dari tidurnya, segera duduk di tepian ranjang.
"tanya aja sama Rara!." Adit menunjuk Rara menggunakan dagunya.
"lagian, Lo ... kayak orang kesurupan. bengong aja, takut tau gue." sungut Rara.
Mayang tersenyum getir.
"iya, udah lah ... gue mau balik, udah sore juga." seru Mayang, dan segera bangkit menyambar tas miliknya.
"gue anter?" tanya adit Mayang mengangguk setuju.
setelah berpamitan dengan Rara, Mayang segera masuk kedalam mobil Adit. dan duduk di samping kemudi.
"may, Lo masih inget kan..?!" Adit membuka percakapan.
Mayang memutar kepala menatap Adit dengan seksama.
"maksud, Lo ... ?!" Mayang balik bertanya.
"kalau kita udah lulus nanti, Lo bakal Nerima gue 'kan?,"
"iya, tapi ..."
"apa lagi may?" Adit terlihat frustasi dan menambah laju kemudi lebih tinggi.
"dit, stop!" teriak mayang.
bukan apa, Mayang takut dengan kecepatan tinggi, mengingat kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Mayang jadi trauma, sebab itu lah Mayang marah pada Adit.
"oke. kita jadian!" ucap Mayang dengan nada tinggi.
Adit yang terkesan atas ucapan Mayang, tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, perlahan Adit menepikan kendaraannya.
"beneran, may?." tanya adit, senang hingga tatapan mereka bertemu dalam beberapa detik.
Mayang mengangguk, Mayang bernafas lega, setidaknya Mayang sudah bisa menjadikan Adit sebagai calon suaminya jika Maria masih mempertanyakan perihal pernikahan.
tapi ... apakah Adit bersedia menikah muda dengannya?.
masalah itu kembali mengganggu pikiran Mayang.
"makasih ya, may, kamu sudah mau jadi cewe aku" ucap Adit tulus, terlihat jelas Adit begitu bahagia.
lagi-lagi mayang mengangguk kepala. Mayang tidak tau harus menjawab apa.
🍀🍀🍀
setelah Mayang sampai di rumah, Mayang segera turun dari mobil Adit di sambut oleh Maria dan juga Dimas.
"makasih ya dit, udah mau nganterin." ucap Mayang lembut yang masih berdiri disamping mobil Adit.
"iya, yayang ku." jawab Adit dengan senyum mengembang diwajahnya tak lama Adit pun pulang.
Adit ingin berpamitan dengan Maria, dan juga dimas, tapi ... Mayang melarang lebih dulu.
Mayang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengenalkan Adit sebagai kekasihnya.
"kok, Adit gak disuruh mampir" seru Dimas.
"Adit, buru-buru mas" kilah ku.
"ya sudah, yuk masuk!" ajak mbak Maria.
dengan lembut ia menuntun diri ini masuk lebih dalam lagi kedalam rumah.
"mandi gih sana! setelah itu kita makan."
aku mengangguk setuju, mengingat tubuh sudah terasa sangat lengket, benar juga kata mba maria.
setelah mandi aku menjadi sangat rileks dan segar. segera turun menghampiri sepasang pasutri itu di meja makan.
setelah tiba dimeja makan aku menjatuhkan bokong di kursi ketiga dari MB Maria, dan mas Dimas, sengaja memberi sedikit jarak dari mereka agar aku merasa nyaman.
segera ku isi piring dengan nasi dan beberapa lauk dan sayur, lantas ku santap semua hidang dengan cepat, ingin segera menjauh dari mbak Maria sengaja menghindari dari perkara pernikahan. mungkin lebih tepatnya menghindari.
ukhuk ukhuk.
aku ter-batuk, segera mbak Maria mengulurkan segelas air dan ku sambar dengan cepat langsung ku teguk hingga tandas.
"pelan-pelan donk, may!" mas Dimas menasehati.
ku lihat mbak ku tersenyum manis, manis sekali. hingga aku tidak pernah melihat mbak ku ini marah dengan ku atau pun dengan mas Dimas.
setelah selesai segera aku bangkit dan segera mendorong kursi yang aku duduki tadi.
"mas, mbak, Mayang duluan ya, ada tugas yang harus Mayang kerjakan." pamit ku.
kulihat Mbak Maria mengangguk setuju.
lagi-lagi aku berdusta, sebenarnya tidak ada tugas tambahan atau, apa pun itu?.
☘️☘️☘️
"mas, aku ingin membicarakan sesuatu." ucapku. ketika aku dan mas Dimas sudah mengambil tempat kami masing-masing di atas kasur.
"mau membicarakan apa sih sayang?. tumben izin dulu?, apakan pembicaraan ini sangat serius?!."
jujur, aku takut untuk membahas ini, takut, jika harus berbagi suami. tapi ... lebih takut lagi jika aku harus berbagi suami dengan orang lain. lebih baik aku berbagi suami dengan mayang, kami masih tinggal serumah, dan aku masih bisa dekat dengan mas Dimas, masih banyak poin yang aku dapat dari hubungan segitiga ini.
dan ... aku memberanikan diri sebelum berucap, ku tarik nafas sedalam mungkin dan ku hembuskan dengan pelan.
"apakah ... mas Dimas, mau menikah lagi?" ucapku,
aku berusaha terlihat setenang mungkin agar tidak terlihat gugup di depan mas Dimas.
"pertanyaan apa itu Maria? ucap mas Dimas, dengan kesal.
"mas, menikahlah.." aku terdiam beberapa saat "menikahlah dengan Mayang mas." lanjutku lagi dengan hati-hati
"lelucon mu tidaklah lucu maria."
"tolong ... penuhilah permintaan terakhirku mas."
Dimas bangkit dari tidurnya, ia Dudung menghadap Maria yang masih terbaring di atas kasur.
Maria segera bangkit, "tolong mas," mohon ku.
"apa, kamu ... pikir pernikahan adalah sebuah mainan?!." Dimas terlihat marah.
"aku serius mas, aku tidak sedang bergurau, menikahlah dengan Mayang mas, ... aku akan sangat bahagia jika mas Dimas mau memenuhi permintaan ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
wahyuna brn
wow next lah
2022-09-12
3