Percobaan bunuh diri

"Mba. bangun Mba!" panggil ku terbata diiring tangisanku.

aku tidak ingin kehilangan mbak Maria secepat ini.

"Mbak, bangun!" suara ku mulai meninggi dengan sedikit mengguncangkan tubuhnya tapi mbak ku sudah tak sadarkan diri.

Bik Ning berlari tertatih-tatih mencari kotak p3k, aku segera membersikan darah yang memenuhi di bagian pergelangan tangannya.

apakah aku terlalu keras dalam memarahinya tadi malam.

"Maria, sayang. bangun sayang!" aku tak kuasa melihatnya terluka. aku menyesal sangat menyesal! harusnya aku tidak bersikap seperti itu malam tadi.

harusnya aku memberikan pemahaman yang baik dan berkata baik-baik.

aku tidak sanggup melihatnya seperti ini. "Sayang ... bangun" ucapku, sungguh dada ini sesak rasanya penyesalan mendalam yang aku rasakan.

mengapa kamu begini Maria, harusnya kamu tidak perlu memaksaku untuk mendua. aku tidak ingin melukai hatimu di kemudian hari dengan adanya orang ketiga.

kulihat bik ning datang dan membawa kotak p3k segera ku raih untuk membalut luka di pergelangan tangannya.

Mayang yang sejak tadi menangis terus mengusap wajah kakaknya, aku tau dia begitu menyayangi Maria.

setelah selesai membalut lukanya bik Ning dan juga Mayang keluar dari kamar kami.

aku ikut membaringkan diri ini bersebalahan dengan sang istri, ku tatap wajah teduhnya.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan sayang? mengapa kamu begitu berambisi menikahkan aku dengan adikmu?."

aku larut dalam pikiranku, aku hanya bisa memandangi wanita di sebelahku wanita yang tidak pernah menyusahkan ku. wanita terhebat ku.

aku sampai lupa tidak melakukan kewajiban ku. aku sampai lalai melaksanakan dua raka'at ku. kulihat jam sudah menunjukan pukul 6:30 pagi, aku bahkan tidak tidur semalaman.

... makan pun tidak, "Iya Allah ... jika ini memang sudah Kehendak mu Maka akan aku terima dengan lapang dada." aku menghela nafas berat dan bangkit dari pembaringan.

sebelum itu aku kembali mengecup pipi, keningnya, dan matanya.

"Sesungguhnya, tidak sekalipun aku ingin kamu terluka sayang ... hanya kamu yang tau di balik alasan mu memaksa aku menikahi adikmu?."

setelah itu aku melangkah kedalam kamar mandi, membersihkan diri.

☘️☘️☘️

hari ini aku sengaja ingin berada dirumah. aku ingin bicara dengan istri dari hati kehati.

mungkin aku terlalu sibuk, hingga Maria lebih memilih memendam masalahnya sendiri. aku ingin membantunya, aku tidak ingin kehilangan dia.

atau mungkin, aku yang kurang peka terhadapnya. aku begitu b**oh sampai-sampai tidak dapat memahami apa yang dia alami.

aku kembali kedalam kamar, kulihat Maria sudah bangun dan sarapan yang di suapi oleh Mayang.

Aku memilih berdiam diri dari kejauhan. aku sengaja menguping pembicaraan mereka, mungkin Maria akan sedikit terbuka tentang apa yang menggangu pikirannya kepada Mayang.

tapi tidak ada sedikitpun pembahasan yang lain.

dapat kulihat mereka saling menangis, Mayang dengan telatennya mengusap air mata di pipi Maria, kesedihan tampak mendalam.

setelahnya Mayang meminta Maria makan bubur yang iya bawa.

Maria menolak, tapi Mayang tetap memaksa.

dan Maria pun akhirnya mau memakan bubur itu.

"Mba, kita kerumah sakit ja ya?" ucap Mayang. namun Maria menggeleng.

sejak dulu Maria memang anti rumah sakit, iya akan takut jika melihat jarum-jarum suntik dan lain sebagainya.

menurut mereka, Maria mengalami trauma ketika kedua orang tua mereka meninggal tepat di depan matanya di rumah sakit.

sebab itulah Maria sangat takut jika mendengar nama rumah sakit.

"Mba terlihat sangat pucat."

"Mba, baik-baik saja May, tidak perlu khawatir. nanti setelah minum obat. Mba akan pulih kembali!" ucapnya yang di iringi senyum indahnya

istriku ini memang sangat lembut, tidak pernah sekali pun berbicara kasar terhadap adiknya.

"Mas Dimas!" panggil Maria sedikit lemah pada saat melihat diri ini menghampiri mereka.

"Sini, Mas!" panggilnya dan menepuk di bagian tepi ranjang.

"Mayang, boleh Mba bicara dengan Mas mu sebentar?!."

"Kenapa harus izin Mayang mbak? bukankah ini milik mu!" tegas Mayang yang diiringi tawa kecilnya.

setelah itu Mayang keluar dan menutup pintu.

aku pun menghampiri sang istri, aku ingin meminta maaf atas sikapku semalam.

ku raih kedua tangannya, dan ku genggam erat. ku kecup punggung tangannya.

"Maafkan aku," ucapku " Mas, janji tidak akan mengulangi." lanjut ku lagi.

"Aku yang harus minta maaf Mas, harusnya. aku tidak memaksakan keinginan ku. aku hanya ingin melihat mu bahagia Mas, aku hanya ingin melengkapi hidup mu"

kulihat matanya sudah berkaca-kaca. dan tanpa di komando air matanya menetes begitu saja.

aku segera memeluknya dan membenamkan wajahnya di dada bidang ini. dengan lembut ku elus rambut panjangnya sesungguhnya aku tidak suka melihat wanitaku menangis begini.

"Sudah sayang, aku minta maaf telah membuat mu bersedih." ucapku

Maria mendongakkan wajah teduhnya. Aku mengapit dagunya dengan kedua jari, ku tatap Lamat manik hitamnya.

cukup lama kami berpandangan, hingga menimbulkan kehangatan pada diri ini, jantungku berdetak sangat cepat.

ada hasrat yang ingin disalurkan. namun Maria lagi-lagi menolak. alasannya adalah hari masih pagi.

aku memilih diam, aku berusaha untuk memendam hasrat ini, memahaminya aku tidak ingin menjadi egois.

yang terpenting. saat ini Maria kembali seperti dulu. aku tidak ingin membuat dia bersedih dan kecewa.

aku memilih ke kamar mandi, aku harus menuntaskan ini sendiri.

☘️☘️☘️

setelah melihat kepergian Mas Dimas, jujur aku merasa sangat bersalah. bukankah tugas seorang istri membuat suaminya menjadi puas.

aku sangat menyayangi mu mas, tapi aku tidak bisa memenuhi kebutuhan yang satu itu.

aku merasa menjadi Istri yang tidak berguna, bodohnya aku.

"Maafkan aku Mas,!" lirihku.

aku meraih obat di atas nakas dan mengambil segelas air minum yang sudah disiapkan oleh Mayang, segera ku minum obat itu.

aku harus sembuh. demi Mayang dan Mas, Dimas.

ceklek..

suara pintu di buka, Mas Dimas keluar dari dalam kamar mandi dalam keadaan yang lebih segar. dengan rambut yang basah dan lilitan handuk sebatas pinggang.

aku mengulum senyum, tampan sekali suamiku. aku berjalan menuju almari dan ingin menyiapkan baju untuknya.

"Bukankah sudah ku bilang, hemm.." ucapnya "aku masih bisa melakukannya sendiri!" lanjutnya lagi

dan dia memeluk diri ini dari belakang melingkar tangannya di depan perutku dan bertumpu tangan di atas tangan ku.

"aku ingin ada kehidupan disini!" pintanya.

DEG

seperti ada belati yang menusuk jantungku, ini sangat sakit. sakit tapi tidak terlihat, dada ku mulai sesak mendengar yang Mas Dimas ucapkan.

sakit tatkala aku belum mampu memenuhi keinginan ini, aku juga sangat menginginkan kehadirannya disini, tapi aku bisa apa.

ini lah yang aku takutkan, ketakutan yang selalu menyelimuti hati ini.

kemudian mas Dimas memutarkan diri ini untuk menghadap kearahnya.

aku menunduk, aku takut jika menatap wajahnya.

kemudian Mas Dimas mengangkat daguku dengan kedua jarinya.

"Aku ingin segera menjadi seorang ayah, aku ingin rumah ini menjadi ramai dengan adanya suara tangisan bayi!." ucapnya.

Terpopuler

Comments

siapa aq

siapa aq

aneh juga si maria memaksakan kehendak sediri, wajar dimas marah

2022-10-29

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!