tersesat

"Pak rumah penduduk disini bagus-bagus ya pak,?" tanya ku. aku kagum walau ini di desa tapi rumah mereka bagus-bagus.

"Iya dek, rumah disini mah, bagus-bagus memang, gak kalah sama rumah di kota."

benar kata bapa ojek ini, rumah disini bagus-bagus.

"Kita, sudah mau sampai dek"

"Ouh.. udah mau sampai ya" dan si pak ojek berhenti tepat didepan rumah.

aku pun segera turun, "Berapa Pak?" tanyaku.

"50 ribu dek!" aku pun merogoh kantong bajuku dan mengambil selembar uang berwarna biru ku serahkan kepada bapak ojek.

"Terimakasih ya Pak," ucapku padanya

"Sama-sama dek" katanya. aku berbalik dan berjalan

"ngapain kamu disini?!."

aku langsung berbalik dan melihat sosok lelaki yg terlihat jutek padaku.

Hooh....

aku terkejut...

"Kenapa? nggak, suka?!." ucapku kesal. dan aku pun menjulurkan lidah ku sebagai bentuk mengejeknya, biar tau rasa dia.

"Aish... ditanya malah balik nanya, heran deh ... dasar bocil!." ucapku penuh penekanan.

"Bilang apa barusan? Mas, pikir aku nggak akan sampai disini, begitu?." dia pikir Mayang, yang sekarang masih sama dengan Mayang, yang 2 tahun lalu. tidak la ... yau... Hiih

"Terus ... kamu kesini mau ngapain May?!." tanyaku lagi.

"Sudah jelas tujuan Mayang, datang kesini ingin mencari Mba Maria," jawab ku berang. Herman deh gak peka amat sih.

aku berjalan menuju kerumah Paman, lantas aku segera mengetuk pintu sambil mengucap salam. "Assalamualaikum..."

beberapa kali aku mengulangi, namun tidak satupun ada yang menjawab atau membukakan pintu untuk ku.

dimana Paman, ku. kulihat Mas Dimas, melipat tangan didepan dada sambil tersenyum. aku tidak bisa mengartikan arti dari senyumnya itu.

lalu dia berjalan menghampiri diri ini dan ... enak sekali dia menjewer telinga ku. aku menjerit, sebenarnya sih. tidak sakit aku hanya berpura-pura saja.

"Makanya, tanya! jangan asal nyelonong saja. lagian kamu ngapain kesini? mau ikut tidur di mushola?!." tanyaku sambil menatap wajah jeleknya.

Mayang yang cemberut langsung menggeleng kepala, menandakan jika dia menolak tidur di mushola.

"Iya sudah, sana pulang!" usir ku. "kamu mau bolos sekolah. iya?" lagi-lagi dia hanya menggelengkan kepala dasar payah.

"Apa kamu pikir aku sejahat itu sama kamu, Mas, nggak mau kamu kesusahan Mayang. jadi lebih baik kamu pulang!"

"Mayang, mau disini aja Mas, Mayang, mau ikut nyariin Mba Maria"

kulihat iya menitikan air mata, aku paling tidak suka melihat wanita menangis. kelemahan ku adalah, aku tidak tega jika melihat wanita bersedih.

"Lalu, bagaimana dengan sekolah mu, May?" Mayang terdiam menunduk lesu.

☘️☘️☘️

"Benar ini jalannya May?" tanyaku. yang kesekian kali.

"kayaknya sih iya Mas, Mayang, juga lupa-lupa ingat"

"Terus ... nanti kalau tersesat gimana?"

"iya sudah, kita putar balik saja!" dengan santainya dia bilang putar balik.

"Putar balik gimana May?, kita sudah menempuh perjalan kurang lebih 11 kilo meter ini."

"Iya nggak papa donk Mas,"

apa dia kira aku ini nggak capek apa? badan terasa sakit akibat tidur tidak pakai alas. belum lagi kesana kesini, itu sebabnya aku ingin dia pulang saja pencarian Maria akan sulit jika ada Mayang, disi.

"Kita dimana ini May,?" tanyaku masalahnya kami bukan ke sebuah desa, atau kota. tapi kami malah masuk kesebuah hutan yang luas.

"Aku juga gak tau. Mas," jawabnya dengan nada bergetar.

aku tau saat ini dia pasti sedang takut. aku pun sama, takut jika ada para begal atau perampok. masalahnya aku harus melindungi Mayang, ku hela nafas berat.

jalanan mulai menggelap, bagai mana ini. jalanan pun hanya jalan setapak aku benar-benar frustasi.

"Maafin Mayang, ya Mas."

"Sudahlah, apapun yang terjadi, tidak mungkin terjadi tanpa ada campur tangan dari sang khalik." ucapku menenangkan Mayang.

aku tetap melanjutkan perjalanan kami, mobil yang kami tumpangi tidak bisa berputar disekitaran kebun jalanan begitu sempit. bayangkan jalanan setapak bahkan dedaunan saja sudah menutupi jalanan.

"Dosa apa yang aku perbuat yaa Robb" ucapku dalam hati,

namun aku masih terlihat tenang, aku tidak ingin membuat Mayang bertambah takut.

"May, kalau capek kamu tidur aja!" kulihat dia hanya menganggukkan kepala.

hari semakin gelap aku harus meminta bantuan kepada Papa, jika tidak kami akan terjebak di hutan ini. aku pun tidak tau dimana kami berada.

segera ku raih benda pipih ku, dan sialnya tidak ada sinyal sama sekali. aku pun menghentikan laju kendaraan ku. berpikir keras bagaimana bisa keluar dari tempat ini.

☘️☘️☘️

berulang kali aku menghubungi Mayang, tapi tidak tersambung. kemana anak ini? biasanya dia selalu ada dirumah.

sudah 2 jam aku menunggu di depan rumah Mayang, sudah beberapa malam ini aku menemaninya tidur dirumahnya Mayang, bilang jika kakak, dan kakak iparnya sedang keluar kota.

jadi aku tidak tega membiarkan Mayang tidur sendiri dirumahnya.

"Kamu kemana sih May," keluh ku.

"Gimana Ra, sudah bisa dihubungi?" tanya adik padaku yang baru tiba. aku sengaja memberitahu adik jika Mayang, tidak dirumah bahkan tidak bisa dihubungi.

aku menggeleng kepala, "Nggak ada orang Dit" kelasku.

"Apa dia tidak bilang sesuatu gitu? atau mungkin dia sedang keluar?"

"Dia nggak bilang apa-apa Dit, terakhir kami tadi pagi telponan, dia sempat bilang kalau dia buru-buru dan menutup telponnya disaat aku bertanya dia mau kemana." papar ku menjelaskan

"Oke, kita Tunggu beberapa jam jam lagi, mungkin Mayang pulang"

kami berdua duduk di teras rumah Mayang. di komplek sini terbilang aman. tidak bisa sembarangan orang masuk sekalipun kita sudah dikenal tetap harus mengunakan identitas disaat melewati pos keamanan.

satu jam lebih sudah kami menunggu, Adit memintaku untuk bersabar. mungkin Mayang akan pulang terlambat malam ini aku pun setuju.

sampai akhirnya kami memilih pulang, namun Adit, mengantarkan aku lebih dulu. karna aku tadi datang menggunakan taksi.

"Makasih ya Dit," ucapku padanya.

"Iya udah masuk sana!" akupun langsung masuk kedalam.

"Ra, jangan lupa minum obat cacing ya" setelah itu aku pergi meninggalkan halaman rumah Rara,

dapat aku lihat dengan jelas Rara tidak terima atas ucapan ku tadi dan dia terlihat marah.

☘️☘️☘️

"Mas, kita dimana ini?" setelah aku terbangun dari tidur ku. aku sudah berada di suatu tempat yang sangat gelap.

namun Mas Dimas, tidak menjawab pertanyaan ku. apakah Mas Dimas, meninggalkan aku disini sendiri. tidak, tidak. tidak mungkin dia tega meninggalkan aku.

aku tau betul bagai mana sikap Mas Dimas, dia lelaki yang sangat baik. atau kah terjadi sesuatu kepadanya? "Iya Tuhan tolonglah kami lindungi lah kami"

Aku mulai menangis', aku takut disini sendiri. hanya sekedar bergerak pun aku tidak berani penglihatan ku sangat gelap.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!