tidak membuahkan hasil

☘️☘️☘️

"Alhamdulillah... akhirnya sampai juga," ucapku dalam hati.

sampai dirumah paman, aku segera membuka pintu mobilku, namun aku urungkan. aku harus memberi kabar ke Papa dimana aku sudah sampai dengan selamat dirumah Paman di Lampung.

terhubung...

"halo.. pa, Dimas, Dimas sudah sampai"

Papa

(.......)

Dimas

"yasudah iya Pa."

sambungan pun ku akhiri. aku segera turun tidak sabar rasanya ingin bertemu mereka.

aku sudah menyiapkan beberapa oleh-oleh dari jakarta sebagai buah tangan untuk mereka, biarlah oleh-oleh nya nanti aku ambil.

beberapa kali aku mengucap salam, tapi ... tidak ada satupun yang memberi sahutan. rumah tampak begitu sepi seperti tidak berpenghuni.

"Assalamualaikum..!" ucapku lagi "Paman, ini Dimas, Paman." teriakku berulang kali.

"yaa Allah, tolonglah permudahkan segala urusan hamba" doa ku dalam hati.

bagai mana tidak, aku sudah menempuh perjalanan seharian ini. kecewa yang aku dapatkan "dosa apa yang aku perbuat dimasa lalu" ucapku dengan helaan nafas berat.

perut keroncongan, ditambah rumah Paman begitu sepi. sebaiknya aku mencari Mushola terdekat disekitaran sini. hari sudah mulai gelap, sebaiknya aku melaksanakan shalat.

☘️☘️☘️

setelah selesai melaksanakan 3 raka'at, aku masih beristirahat di mushola. seharian diperjalanan sangat melelahkan.

Aku terdiam bersandarkan dinding, ku pejamkan mata sebagai bentuk peristirahatan.

sengaja sampai menunggu waktu sholat isya tiba. aku berniat bermalam di mushola saja. iya, mungkin ini tempat yang tepat untuk ku malam ini.

sebab, rumah paman berada dipinggiran kota, jika aku harus mencari penginapan. maka aku harus keluar dan akan menempuh waktu kurang lebih 25 menit lagi.

di dekat bandar udara internasional Radin inten II. banyak hotel disana, namun aku sudah terlalu lelah hari ini. jika aku harus mencari penginapan lagi aku tidak sanggup.

aku merubah posisi duduk bersandar ku, menjadi terbaring di lantai yang beralaskan karpet sajadah.

untuk beberapa saat aku terlelap, lalu aku terbangun setelah mendengar suara adzan berkumandang.

aku pun bangkit, segera mengambil air wudhu. setelah itu aku duduk di barisan kedua, di pinggiran kanan. cepat sekali mushola ini penuh dengan orang-orang yg ingin menunaikan ibadah shalat.

setelah selesai menunaikan ibadah sholat, aku melanjutkan dengan berdzikir. perlahan satu persatu orang-orang mulai menghilang.

tapi aku masih bertahan ditempat ini. jika tau begini, aku memilih naik pesawat saja, "Dimas, jangan jadikan ini bentuk sesallan" lagi-lagi aku berdialog sendiri, lama-kelamaan begini aku bisa gila.

Mushola sudah sangat sepi tinggal aku sendiri, setelah tadi aku berzikir aku juga sempat mengaji.

aku harus tidur, agar esok kembali segar dan akan bertandang lagi kerumah Paman. aku tidak ingin kembali pulang dengan tangan kosong.

biarlah aku akan bertanya kepada tetangga sekitar, toh aku sudah sampai disini.

☘️☘️☘️

aku masih berusaha mencari keberadaan Mba Maria, bertanya-tanya. mungkin banyak teman kakak ku yang tidak ku ketahui selama ini.

salahnya aku, jika Mba Maria, mengajakku ikut dengannya disaat dia berkunjung kerumah persahabatannya aku tidak pernah mau. masa iya ... aku berteman dengan ibu-ibu.

b**ohnya aku saat itu, aku harus menanyakan ini kepada Mas Dimas, mungkin beliau sudah menemukan Mba ku saat ini.

segera ku raih benda pipih milikku lalu aku mencari nama Mas Dimas, disana. dan ku tekan panggilan, terhubung ... tapi belum diangkat olehnya.

apa mungkin Mas Dimas, masih tidur saat ini. mengingat hari ini adalah hari libur wah ... enak sekali dia. aku yang tidak enak makan dan tidur bisa-bisa nya dia terlelap dengan nyenyak

lagi ku tekan panggilanku.

tersambung...

satu kali, dua kali, tiga kali, bahkan ini yang kesembilan kalinya aku melakukan panggilan,

tersambung tapi tidak diangkat.

aku pasrah, apapun yang terjadi mungkin sudah kehendak Tuhan yang maha esa..

disaat aku larut dalam pikiranku ponselku berdering.

segera ku geser tombol hijau, "halo..." jawabku.

Dimas

"ada apa May?" tanyaku. sebab banyak sekali panggilan masuk darinya.

"Mas, bisa gak sih. jangan ikut menghilang seperti MB Maria," ujar ku penuh kesal. bagai mana tidak dia juga seolah akan ikut menghilang, lagi-lagi dia terkekeh siapa yang tidak kesal coba.

"maaf. tadi Mas, sedang mandi"

lantas aku langsung menanyakan kabar tentang Mba Maria, apakah sudah ditemukan atau..

Dimas

"Mas, sedang ada di Lampung. Mas, terpaksa kesini Mas, pikir Mba mu ada disini tapi rumah Paman kosong" papar ku menjelaskan.

namun yang diserang sana malah marah-marah tidak jelas. itu sebabnya aku tidak ingin memberikan kabar apapun padanya mengingat sikap Mayang yang masih labil.

Mayang pun memutuskan panggilan sepihak "dasar bocil" aku menggerutu.

hari sudah mulai terang, aku berniat untuk mencari sarapan disekitaran sini. setelah itu aku ingin kembali menyambangi rumah Paman mungkin mereka sudah kembali.

aku berjalan kaki untuk mencari sarapan, tapi aku urungkan dan berbalik lagi. baiknya aku sekalian membawa mobil saja agar tidak bolak balik nantinya.

aku mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, dan aku melihat ada warung didepan sana segera aku tepi kan roda 4 ku.

"Bu, jual sarapan ya?" tanyaku kepada ibu penjual itu.

"iya Mas, mau sarapan apa?"

"adanya apa ya Bu?" tanyaku

"ada nasi uduk, nasi urap, lontong sayur dan nasi goreng" papar Ibu itu menjelaskan.

"saya minta nasi gorengnya satu iya Bu" kulihat ada gorengan juga

"mau kopi, atau teh nya sekalian Mas,?" ibu itu menawarkan lagi.

"kopi hitamnya satu Bu" jawabku

tak lama Ibu itu datang dengan nampan yang berisikan sepiring nasi goreng dan segelas kopi hitam pesanan ku. dan dia mengangsurkan di atas meja.

nasi gorengnya enak, tapi mengapa warung ini begitu sepi?

"Mas, sepertinya bukan orang sini ya?" tanya Ibu itu.

"iya," jawabku.

disaat Ibu itu ingin bertanya lagi, pembeli berdatangan begitu ramai. ada yang makan di tempat, ada juga yg di bawa pulang.

lantas, Ibu itu terlihat keteteran, dia memanggil entah siapa. mungkin anaknya? namun yang dipanggil tidak juga datang, lagi Ibu itu memanggil seseorang namun ... tidak kunjung datang.

kulihat ada laki-laki yang datang membantu Ibu tersebut dan si Ibu menanyakan anaknya yang tak kunjung datang.

entahlah ... aku tidak mendengar jawaban dari si lelaki tersebut, mungkin itu suaminya. aku tidak ingin mendengar pembicaraan mereka.

setelah selesai, aku segera membayar sarapan Yang aku makan tadi.

"berapa Bu?" tanyaku

"delapan belas ribu Mas,"

aku merogoh dompet dari saku celana ku, dan membayar kepada Ibu itu, setelah ibu itu menyodorkan kembalian aku hendak melangkah pergi.

belum juga aku berbalik, ada seseorang keluar dari rumah dan dia datang menghampiri si Ibu penjual sarapan itu. aku terpaku sejenak mata tidak dapat berkedip-kedip, tidak mungkin. itu bukan Ma....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!