"kita mau cari kemana lagi mas?!."tanya ku.
"sebaiknya kita pulang dulu, besok lanjut lagi" aku mengangguk setuju.
setelah memasuki kamar, terdengar suara ponselku berdering. aku tersenyum senang, ternyata dia menghubungi juga akhir nya.
Dimas
"ia, sayang"
maria
(.....)
Dimas
"jangan bercanda" jawabku, bagai mana tidak, dia selalu membahas ini.
maria
(.....)
sambungan pun terputus.
aku mengacak rambut ku kasar..
"haruskah aku turuti keinginan mu" gumam ku dan terduduk lesu.
aku membaringkan diri di atas kasur, berpikir keras atas permintaan sang istri yang ingin aku berpoligami hingga aku terlelap.
☘️☘️☘️
aku terbangun, ya tuhan ... ternyata, aku kesiangan. setelah pencarian mba Maria, yang tidak membuahkan hasil.
aku kasian melihat mas Dimas, kemana perginya mba Maria? mengapa dia bertingkah seperti anak kecil.
segera aku bangkit dari tempat tidur, tujuan utamaku adalah membersihkan diri setelah itu aku harus membuatkan sarapan untuk mas Dimas. mengingat mba ku, sedang tidak dirumah. bik Ning, juga turut serta menghilang dengan perginya mba Maria.
selesai memakai seragamku aku segera menuju dapur. belum juga sampai di dapur aku melihat mas Dimas, keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi.
"may, mas, berangkat ya" pamit ku saat berpapasan dengan Mayang, adik ipar ku.
"mas Dimas, tidak sarapan lebih dulu?!." tanya ku ragu-ragu, jujur ini kali pertama aku berbicara sedikit lembut dengannya. ada rasa canggung diantara kami berdua.
"nanti. mas, sarapan di kampus saja may" setelahnya mas Dimas, pun berlalu.
"tunggu mas!" panggilku menghentikan langkahnya, tujuan ku adalah menanyakan tentang mba ku Maria.
"ada apa may?" kulihat mas Dimas membalik badan menghadap diri ini.
"Mayang, hanya ingin bertanya, apakah sebelum mba Maria pergi. apa kalian bertengkar sebelumnya?!." tanya ku mengintimidasi namun dengan hati-hati takut jika mas Dimas, tersinggung atas pertanyaan ini.
namun mas Dimas, malah terkekeh. dasar tikus got, bukanya menjawab malah tertawa.
aku menaik turunkan alis, sebagai bentuk meminta jawaban. namun dengan santainya dia meninggalkan aku begitu saja dan berkata.
"anak kecil tidak perlu tau urusan orang dewasa" sambil melambaikan tangan
"dasar tikus got" teriakku. apakah aku memang masih sangat kecil ... lalu mengapa mba ku memintaku segera menikah?.
atau ... mba Maria pergi karna aku menolak permintaannya.
apa yang harus aku lakukan. aku menghela nafas berat, malas rasanya untuk masuk sekolah hari ini. pikiranku benar-benar kacau.
☘️☘️☘️
berulang kali aku menghubungi maria, istriku tapi ... tidak tersambung.
yaa Allah, tidak ada niatan dalam hatiku memiliki istri lebih dari satu. aku mengusap wajah ku kasar'.
setelah selesai aku memberikan tugas-tugas kepada mahasiswa ku aku ingin mencari Maria, namun ... aku harus mencarinya kemana?!.
semua temannya sudah aku hubungi. bahkan aku datangi semalaman dengan Mayang, tidak satupun dari mereka yang tau keberadaan Maria.
"ada apa dengan mu sayang?" gumam ku pelan. melihat perubahan Maria akhir-akhir ini membuatku penuh tanda tanya.
atau mungkin dia pergi ke salah satu keluarga yang ada di kota sebelah. jika memang ia, apa aku akan kesana untuk menjemputnya.
sepulang dari kampus aku berniat untuk berkunjung kerumah mama. sudah lama rasanya aku tidak berkunjung kesana.
kulihat waktu sudah menunjukan pukul 12:30 dini hari, sibuk dengan pemikiran sendiri hingga aku lupa perut yang sejak pagi juga belum terisi. pantas saja sejak tadi cacing-cacing sudah berdemo meminta diisi.
lantas aku pun bangkit, tujuan ku saat ini adalah kantin. biasanya aku tidak pernah makan di kantin. Maria, selalu membawakan aku bekal.
setelah tiba di kantin aku langsung memesan nasi ditambah lauk dan juga sayur.
"...eh tumben, pak Dimas, makan di kantin?" tanya Bu Rani.
wajar jika beliau bertanya memang aku jarang makan di kantin ini. bahkan tidak pernah selama aku menikahi Maria.
"iya Bu, tadi lupa bawa bekal" jawab ku sekenanya.
"bukanya Bu Maria, rajin ya membawakan bekal makan pak Dimas"ucapnya "bahkan, jika pak Dimas, lupa ... Bu Maria pasti mengantarkan kesini." lanjutnya lagi.
aku terdiam, benar yang dikatakan Bu Rani, Maria memang istri Idaman. wanita yang tidak mau membuat suaminya mengeluh sedikit pun.
selama aku memperistrinya, Maria, tidak pernah tidak memprioritaskan aku. tapi mengapa dia berubah sekarang.
"loh ... kok bengong pak?"
sapaan Bu Rani, membuyarkan lamunanku. kulihat Bu Rani, menyodorkan nasi yang aku pesan tadi. aku hanya tersenyum menggaruk kepala yang tidak gatal.
disaat aku sedang menyantap hidang, begitu banyak mahasiswa yang menyapa ku.
"tumben makan di kantin mas?," terdengar sapaan seorang wanita, yang tak lain adalah Amel.
aku malas jika harus berdekatan dengannya. aku memilih diam dan melanjutkan menyantap makan siang ku.
kulihat Amel duduk di bangku sebrang meja, aku menghela nafas berat. selera makan ku hilang sudah, untuk apa dia harus datang kesini, mood ku sedang tidak baik.
"mas, ada yang ingin aku bicarakan."
"aku tidak punya waktu!" lantas aku pun bangkit dan membayar makanan yang aku makan tadi.
aku malas jika harus berhubungan dengan wanita ular itu.
☘️☘️☘️
kini aku tiba di rumah mama, aku pun segera turun dari mobil dan melangkah menuju pintu utama.
"assalamualaikum..." aku memutar kenop pintu, rumah mama tidak pernah dikunci jika di siang hari.
"ma, mama!" panggilku berulang kali tapi ... tidak ku temukan mama dimana-mana.
lantas, aku berjalan kearah belakang biasanya mereka ada disana. mama sering berkebun disana.
tapi aku hanya melihat papa yang sedang duduk bersantai.
"dim, baru sampai?" tanya papa, aku mengangguk membenarkan pertanyaan papa barusan.
"mama, mana pa,?!." tanyaku, sejak tadi aku tidak melihat keberadaan mama.
"mama, mu sedang keluar kota"
aku terkejut, tumben mama tidak pergi dengan papa. biasanya kalau mama berlibur papa pasti turut serta.
"kapan mama, pergi pa?" tanya ku keheranan, tumben sekali mama pergi tanpa papa.
"kemarin, mama pergi sama teman-temannya" terang papa menjelaskan.
padahal tujuan ku kesini adalah bertemu mama. aku pun duduk disamping papa yang sedang memberi makan ikan di kolam.
"den, minuman nya den." ucap bik Rumi sambil mengangsurkan segelas jus pada diri ini. segera ku raih kasihan jika buk Rumi harus berdiri terlalu lama.
"bik, aku lapar." ucapku padanya aku memang lapar.
"baik den, bibi akan siapkan makanan" setelah itu bik Rumi berlalu.
aku meminum jus yang dibawakan oleh bik Rumi, tadi. setelah itu aku melangkah menuju kamar dimana kami jika berkunjung dan menginap akan tidur dikamar aku dulu di waktu aku belum menikah.
setelah membersihkan diri, aku membaringkan tubuh diatas ranjang aku harus mencari Maria dikota sebelah. dua hari kehilangannya aku seolah hilang semangat hidupku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments