“Iya Pah, ayo Jenn kita masuk sama-sama,” Mom Bella bersiap melangkah namun dia urungkan saat Jenny meminta maaf padanya.
“Maaf Tante, Jenny harus menyelesaikan sedikit urusan dulu saat ini, Tante duluan saja ya, nanti kita bertemu lagi di dalam!” Ucap Jenny seraya menampilkan ekspresi penuh penyesalan di wajahnya.
“Wah… ya sudah kalau begitu, sampai jumpa di dalam ya!” Jenny menganggukkan kepalanya seraya melambaikan tangannya pada Mommy Bella.
Jenny segera melangkahkan kakinya menuju kotak besi yang akan mengantarnya ke sebuah kamar hotel tempat box besar di simpan. Bertepatan dengan itu ponselnya kembali berdering, dan kali ini Erfan yang meneleponnya. Karena sebelumnya Jenny menyimpan ponselnya sedikit asal di dalam hand bag nya, membuatnya sedikit kesulitan saat hendak mencari benda pipih itu untuk menerima panggilan telepon yang terus berdering nyaring itu.
“Duh… ponselnya lari kemana sih? perasaan tadi tidak terlalu dalam deh di masukannya,” Gumam Jenny seraya terus menunduk merogoh hand bag nya.
Tanpa Jenny sadari dirinya memasuki kotak besi itu dengan seseorang yang sangat dia benci. Pria tampan yang memakai setelan jas berwarna senada dengan yang Jenny kenakan itu berdiri sambil memainkan ponselnya juga, sehingga dia juga tidak menyadari jika ada seseorang yang sudah berdiri di dalam kotak besi tersebut.
Setelah berhasil menemukan ponselnya Jenny segera menerima panggilan teleponnya yang sayangnya langsung terputus akibat ponsel Jenny yang ternyata kehabisan daya. Jenny pun berdecak kesal dan menyesali kebodohannya karena tak sempat mengisi daya ponselnya sejak semalam.
“Arrgghh… bodoh! kenapa aku bisa lupa dengan hal sepele seperti ini sih, eh…!”.
Tiba-tiba kotak besi yang mereka berdua tumpangi berhenti dan meninggalkan kegelapan karena lampu yang sejak tadi menyala ikut padam bersamaan terhentinya laju mesin kotak besi tersebut.
“Astaga? kenapa dengan lift ini?” Sang pria terlihat lebih kesal sejak tau jika kotak besi itu mengalami masalah.
“Siapa pun, tolong!! aku benar-benar takut dengan gelap,” Jerit Jenny seraya meraba setiap sudut ruangan kota besi berukuran persegi itu.
Tangannya terus meraba ke sana kemari mencari pegangan yang bisa dia raih, hingga akhirnya sebuah tangan besar menarik tangannya dan membawa tubuh rampingnya kedalam pelukan yang menenangkan.
“Tolong!! keluarkan aku, aku tidak mau di sini!! di sini sangat gelap!!” Jenny terisak di sela teriakannya.
Srekk… suara dekapan di dalam kegelapan kotak besi.
Seketika isak Jenny terhenti, dia begitu terkejut dengan tarikan tangan kekar yang tiba-tiba saja mendekapnya. Sejurus kemudian suara bisikan terdengar tepat di telinga Jenny, membuat jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.
“Tenanglah! kau akan aman, tidak akan terjadi apa pun, percayalah!” Bisik pria yang mendekap tubuh Jenny.
Setelah mendengar bisikan itu, Jenny semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh pria yang belum dia ketahui identitasnya itu, namun jika di dengar dari ucapannya, sepertinya Jenny tak begitu asing dengan suaranya.
10 menit berlalu begitu saja, pria tampan yang ternyata Kenny itu mencoba menekan tombol darurat yang ada di samping tombol-tombol angka yang menunjukkan tujuan persinggahan kotak besi tersebut.
“Siapa pun, tolong! kami terjebak di dalam lift saat ini, tolong segera kirimkan bantuan!” Kenny terus mencoba meminta bantuan.
Sebelumnya Kenny juga mencoba mengubungi asistennya melalui ponselnya, namun sayang sinyal ponselnya saat itu tidak mendukung, dan membuat mereka harus menunggu lebih lama hingga petugas perbaikan datang membantu.
“Apa kau baik-baik saja?” Kenny memastikan keadaan gadis yang berada di dalam pelukannya seraya menyalakan lampu flash yang ada di ponselnya.
“Hem,” Jenny menganggukkan kepalanya dan menjawab pertanyaan Kenny dengan gumaman.
“Kalau begitu bisakah kita lepas dulu pelukan ini,?” Jenny semakin erat memeluk Kenny, menandakan jika dia ternyata tidak baik-baik saja. Dia masih ketakutan dan sedikit menggigil.
“Hei… it’s ok, aku tidak akan melepaskan mu, tenanglah!” Ucap Kenny yang mengurungkan niatnya untuk melepas pelukannya.
30 menit kemudian, akhirnya mereka dapat bernafas lega karena kotak besi yang bermasalah itu kembali berfungsi setelah satu tim petugas mekanik memperbaikinya.
Trakk… bunyi kotak besi berfungsi kembali.
“Syukurlah… lampunya sudah menyala, kau sudah aman sekarang, liftnya sudah kembali berfungsi!” Ucap Kenny yang masih memeluk Jenny karena saking senangnya.
“Benarkah sudah berfungsi?” Jenny masih ragu untuk melepas pelukannya.
“Ya! apa kau masih takut?” Kenny menyadari pelukannya dan mencoba mengendurkan nya.
Pada hitungan ketiga keduanya saling menatap dan terkejut bertepatan dengan pintu lift yang terbuka lebar.
“Kau!!” Ucap mereka serentak.
“Astaga, kenapa harus beo betina ini lagi sih?” Gerutu Kenny.
“Apa kau bilang? beo betina? dasar pria menyebalkan!” Jenny memukul dada bidang Kenny secara brutal dan terus menerus, hingga akhirnya mereka hilang keseimbangan dan hampir oleng mencium lantai hotel yang begitu mengkilap.
“Aaaaa!” Teriak Jenny sambil memejamkan matanya.
Srekk… Kenny sigap menangkap tubuh ramping Jenny.
Kedua bola mata Kenny menatap lekat wajah cantik di hadapannya yang kini menutup mata rapat karena takut terjatuh setelah melakukan aksi brutalnya.
“Cantik!” Batin Kenny.
“Astaga! dasar pria mesum, kenapa kau malah menatapku seperti itu,” Jenny segera tersadar dan membenarkan kembali penampilannya yang sudah sedikit acak-acakan.
“Dasar beo betina, sudah di tolong masih saja menggerutu,” Kenny tak kalah sibuk membenarkan penampilannya yang sedikit terkoyak oleh ulah Jenny.
“Arrgghh! dasar menyebalkan, kalau aku tidak ingat pekerjaanku, pasti sudah ku habisi kau sekarang juga!” Ketus Jenny seraya menghentakkan kakinya melenggang pergi meninggalkan Kenny yang ternyata ingin menemui Renata di kamarnya sebelum acara di mulai.
Ternyata kamar penyimpanan box besar pun tak jauh dari letak kamar yang Renata gunakan di hotel tersebut, sehingga Jenny mengira kalau Kenny masih mengikutinya.
“Hei tuan mesum menyebalkan, kau mau mencari mati ya masih mengikuti ku?” Jenny berbalik karena geram kala langkah Kenny terdengar mengikutinya.
“Hei beo betina, kau jangan terlalu percaya diri, aku juga memiliki kepentingan di lantai ini, sana minggir!” Kenny mendorong sedikit kencang sebelah bahu Jenny hingga gadis itu bergeser sedikit dari tempatnya berdiri.
“Arggghh! benar-benar pria menyebalkan, awas kau ya!” Umpat Jenny sambil mengepalkan kedua jemari tangannya.
Saat Kenny sudah mendekati pintu, tiba-tiba saja dia menghentikan langkahnya dan langsung menyembunyikan diri seperti seorang maling yang mengendap-endap untuk mengintip. Dia mendengar suara seorang pria yang begitu dia kenali sedang berbincang dengan Renata di dalam kamar tersebut, dan ternyata suara barito yang terdengar di telinga Kenny itu adalah milik Erfan. Ya! pria yang bersama Renata saat ini memanglah Erfan.
“Re, aku sudah bilang padamu kalau Kenny lebih mencintaimu, aku yakin dia bisa lebih membahagiakanmu di bandingkan aku,”.
“Tapi aku tidak mencintainya Fan, aku hanya mencintaimu, aku tau kalau siang tadi kau hanya sengaja ingin membuatku sakit hati dan cemburu kan? kau hanya berpura-pura mengakui ingin menjadikan perempuan tadi pacarmu, tapi kenyataannya kalian juga baru akrab tadi siang! Fan, aku mohon jangan seperti ini terus, aku mencintaimu, dan aku tau kau juga mencintaiku,” Lirih Renata di akhir ucapannya.
Jangan lupakan jejak dukungan terbaiknya ya guys, see you next episode....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Nasir
Dipanggilnya beo betina.... Smgt Kak Jeni....
2023-01-19
0
auliasiamatir
kasian juga cinta putar putar gini
2023-01-01
0
MEMEY
satu kuntum bunga buat mommy
2022-12-15
0