Saat ini waktu menunjukkan pukul 7 malam.
Cheril masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya, sedangkan Butik memang masih belum tutup, Butik akan tutup jam 9 malam.
Devi baru teringat dengan Cheril yang belum juga turun dari lantai 2, biasanya jam 5.30 Cheril sudah bergegas untuk pulang. Devi yakin Cheril pasti tertidur.
Devi pun naik ke lantai 2 untuk membangunkan Cheril.
Tok tok tok
Devi mngetuk pintu yang terkunci
Mendengar suara ketukan membuat Cheril terjaga.
Cheril membuka matanya perlahan, dan ia pun kaget. Ternyata ruangan itu sudah gelap.
"Wah .... Gawat. Aku ketiduran rupanya." Gumam Cheril tersentak.
Tok tok tok
Sekali lagi Devi mengetuk pintu.
"Non Cheril .... " Panggil Devi dari balik pintu.
"I-iiya ... Sebentar." Tanggap Cheril
Cheril segera beranjak dari tempat tidur menuju ke arah pintu.
Dan membukakan pintu yang terkunci dari dalam. Saat pintu terbuka, Cheril sudah langsung melontarkan protes pada Devi.
"Eh Mba Devi ... Kenapa baru membangunkanku sih? Aku masih ada keperluan lain. Ini sudah jam berapa coba?!" Protes Cheril dengan mata yang masih sayu.
"Maaf Nona! Saya juga baru teringat dengan Nona Cheril." Jawab Devi lalu menundukkan wajah.
Huuuuuuh
Cheril membuang napas kasar.
"Ya sudahlah, sudah kejadian juga. Mau bagaimana lagi?!" Tanggap Cheril masih sedikit kesal.
Melihat Cheril kesal, karyawan senior itu bertambah tidak nyaman.
"Maaf Nona!" Ucap Devi sekali lagi.
"Eh ... Iya Mbak Dev, tidak apa-apa, aku juga meminta maaf, harusnya aku tidak memarahi Mbak Dev, lagian ini juga salah ku kok, kalau ketiduran suka susah bangun. Ya sudah, Mbak Dev turun dulu saja. Aku mau membereskan barang-barang ku dulu. setelah itu baru baru turun." Ujar Cheril panjang lebar, dan Devi pun segera ngacir dari sana.
"Baik Nona, saya permisi." Ucap Devi dan segera berlalu menuruni tangga.
Setelahnya, Cheril segera membereskan meja kerjanya yang masih sedikit berserakan. Ketika semua sudah rapi, dia mengambil tasnya, lalu turun dari ruangan lantai 2 untuk pulang.
"Aku duluan ya." Kata Cheril kepada karyawannya ketika dirinya sudah berada di lantai dasar.
"Iya Mbak, iya Non!" Jawab karyawan Cheril bersamaan.
Kemudian Cheril keluar dari Butik menuju mobilnya
sebelum pulang, ia teringat untuk membeli sedikit makanan dan cemilan untuk dibawa ke Rumah Sakit lebih dulu.
Sesuai dengan yang sudah ia niatkan tadi siang.
Kira-kira laki-laki itu sudah makan malam belum ya, apa jangan-jangan ia juga belum makan siang.
Yah, wajar sih Cheril bertanya-tanya, tadi saja sudah jam 10 Elvano bahkan belum sarapan.
Laki-laki itu terlampau polos pikir Cheril di dalam otaknya.
Kemudian Cheril menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang tadi siang ia datangi untuk membeli makanan untuk karyawannya.
"Selamat malam!" Sapa pemilik restoran
"Iya, Selamat malam Nyonya!" Jawab cheril sopan.
"Eh, Nona, kok balik lagi? Bukannya tadi siang baru dari sini?" Tanya pemilik restoran sedikit heran melihat Cheril untuk yang kedua kalinya dalam 1 hari ini.
Hehehe
Cheril tertawa kecil mendengar itu.
"Itu karena makanan di Restoran Nyonya enak !" Ucap Cheril sambil tersenyum lebar.
"Ah .... Nona bisa saja." Tanggap Nyonya itu sambil menepuk pundak cheril, ia tau kalau Cheril sedang mencari-cari alasan.
"Eh .... Benar kok. Makanan di restoran Nyonya ini memang sangat enak." Puji Cheril lagi. Ya, mudah-mudahan dikasih potongan harga ya Nona Cheril. Hehehe
Tapi Cheril memang tidak sedang berbohong kok, makanan di sini memang lumayan enak. Selain enak, harganya juga lumayan murah.
"Hem ... Baguslah jika makanan kami cocok di lidah Nona. Baiklah. Saya ke sana dulu ya Nona." Ucap Nyonya itu mengakhiri pembicaraan dan segera berlalu dari hadapan Cheril. Mungkin dia takut Cheril sungguh meminta diskon sepertinya.
Lagian Cheril juga sih, terlalu banyak memuji. Hehehe
Cheril akhirnya memesan 2 porsi makanan dan minuman serta sedikit cemilan yang bisa bertahan sampai pagi untuk sarapan.
Setelah itu Cheril segera bergegas menuju ke Rumah Sakit.
Ketika tiba di Rumah Sakit, Cheril segera menuju ke arah ruang VIP tempat ibu Elvino dirawat.
Sesampainya di sana, ternyata dokter baru saja keluar dari kamar pasien. Seperti biasanya dokter melakukan kunjungan pasien di jam yang sama ketika Cheril tiba.
"Malam Dokter!" Cheril menyapa dengan sopan
"Selamat malam Nona!" Jawab Dokter singkat
"Eh, Cheril?!" Dokter itu kaget ketika melihat Cheril saat dia membalikkan badannya.
"Sandy?!" Ucap Cheril tidak kalah kagetnya.
Mereka pun berjabat tangan di depan pintu kamar VIP tempat dimana ibu Elvano dirawat.
Mendengar suara yang agak sedikit berisik Elvano mengintip dari balik pintu yang dimana terdapat sedikit cela untuk mengintip.
Deg
Entah kenapa hati Elvano sedikit sakit melihat Cheril dekat dengan laki-laki lain yang seorang Dokter itu.
Mereka memang terlihat sangat dekat sih.
"Apa kabar Cheril?" Tanya Sandi kemudian
"Aku baik, kamu juga apa kabar?" Tanya Cheril balik.
"Aku juga baik kok, seperti yang sedang kamu lihat." Ucap Sandi sambil memperlihatkan tubuhnya yang gagah.
" Eh, siapanya kamu yang berada di ruangan ini ril?" Tanya Dokter Sandi lagi.
"Eh, anu, mamanya teman aku San!" Jawab Cheril.
Sedangkan Elvano masih bisa mendengar percakapan kedua orang itu samar-samar,
'Teman ya?' Ia bergumam dalam hatinya. Rasanya kok ia tidak begitu menerima Cheril mengatakan dia adalah teman.
kemudian Elvano lebih memilih menuju arah sofa. Ia tidak sanggup melihat adegan yang menurutnya agak mesra itu, padahal mereka hanya mengobrol biasa saja kok.
Ah, aku ini kenapa sih, lagian kan Cheril memang bukan siapa-siapanya aku kan, lagian soal pernikahan itu juga semua hanya karena Cheril ingin menghindari perjodohan bukan karena ia mencintaiku. Apalagi Cheril kan juga sudah memiliki laki-laki yang ia cintai.
Tapi, tunggu,, Apakah Dokter itu adalah kekasih Cheril yang hilang tanpa kabar itu.
Elvano mulai memikirkan banyak hal yang di luar nalarnya.
Ia pun mencoba mengingat-ngingat, bukannya tadi siang juga Cheril sama sekali tidak mengatakan apa-apa perihal pernikahan itu.
Elvano terlihat mulai gelisah.
ia menggaruk kepalanya gusar dan mengusap wajahnya kasar.
Ibu yang melihat itu pun bertanya-tanya.
"Ada apa Vano? Kamu kenapa?" Tanya ibu Elvano
Sepertinya ibu Elvano sudah banyak kemajuan, bicaranya pun sudah mulai lancar tidak terbata-bata lagi.
Menyadari ibunya mngetahui kegusarannya Elvano berusaha bersikap senormal mungkin.
Ia sendiri sebenarnya tidak mengerti apa yang sedang ia pikirkan saat itu.
"Eh, Tidak apa-apa kok Bu, hanya sedikit lelah saja." Jawab Elvano asal.
Dia tidak sadar mendengar ungkapannya itu justru membuat ibunya sedikit khawatir.
"Kalau kamu lelah, beristirahatlah Nak! Nanti kamu sakit." Tanggap ibu khawatir
"Apakah ada bagian yang tidak enak?" Tanya ibunya lagi.
Eh, kok Malah jadi begini sih.
Elvano yang terlampau polos itu baru menyadari kalau ia sudah membuat ibunya merasa khawatir.
"Ng-nggak Bu .... Vano cuman sedikit lelah saja kok, sedikit .. " Ucap Elvano sambil menunjukkan dengan jari tangannya membentuk tanda sedikit.
Namun jbu Anita masih terlihat kurang puas.
Ibu hanya menaikkan alisnya ragu dengan pernyataan anaknya itu.
Bagaimana tidak, anaknya terlihat begitu gusar.
"Sini mendekatlah! Ibu mau pegang kepalamu." Perintah ibu Elvano sambil berusaha menegakan badannya.
"Eh, Ibu .... Jangan bangun!" Kali ini Elvano sedikit berlari kecil menuju tempat tidur ibunya untuk mencegah nya menegakkan badan.
Ia teringat pesan Dokter tadi, ibunya masih membutuhkan banyak istirahat, padahal maksud Dokter bukan bahkan tidak boleh menegakkan badan sama sekali.
Hanya Elvano yang terlalu khawatir.
Setelah jarak mereka yang begitu dekat, ibu Elvano pun bisa memegang jidat anak semata wayangnya itu.
Dan ketika ibu Elvano meraba kening Elvano, Ternyata memang tidak panas. Ya iyalah, orang anaknya baik-baik saja kok, Bu ... Dia bukan sedang sakit. Bukan sakit fisik Ibu. Yang sakit itu hatinya.
"Tidak panas." Gumam ibu Elvano pelan.
"Kan Vano sudah bilang, Vano tidak apa-apa,Bu! Hanya sedikit kelelahan saja kok." Tanggap Elvano, kembali menunjukkan jarinya yang sedikit itu lagi.
Merasa anaknya baik-baik saja ibu Elvano sedikit lega.
"Vano, kalau kamu merasa lelah, beristirahatlah!" Pinta ibu kemudian.
"Iya Bu, baiklah! Vano akan beristirahat." Akhirnya Elvano mengalah.
Lagi pula berdebat dengan ibunya hanya akan memperpanjang masalah, pikir nya.
kemudahan Elvano berjalan menuju sofa bed dan memilih membaringkan tubuhnya di sana.
'Entah apa yang sedang dilakukan Cheril di luar sana bersama Dokter itu, sudah begitu lama ia mengobrol dengan nya.'
Elvano berkata-kata di dalam hati sambil menerka-nerka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Fahrul Fahrul
cemburunie
2022-01-31
0
Lili Chan
ud mulai cinta mangkax cemburu
2020-07-29
1
Kadek
mmpir ya kk
2020-07-16
1