#9 Cakap-Cakap Sejenak

Reinkarnasi. Kata ini sekilas menjadi harapan, untuk orang yang tahu ia tidak punya waktu banyak atau mereka yang tidak puas dengan apa yang dia miliki di kehidupannya.

Di sisi lain, ini bisa jadi kutukan untuk orang yang mencintai kehidupannya.

Sisi lain pun mengatakan ini merupakan jebakan manis untuk orang yang tidak terlalu membenci dan tidak terlalu menyayangi kehidupannya.

Ya, kasusku adalah yang terakhir. Kehidupan membosankan tapi penuh dengan perjuangan dari wanita 25 tahun yang menyebut dirinya Sekar.

Wah, sudah lama sekali aku tidak mendengar nama itu. Itu karena aku sudah ada di dalam keberuntungan sekaligus kesialan yang bernama Rasyiqa.

Disebut sebagai keberuntungan, tentu karena Rizki yang merupakan papa kaya dan tampan. Ia bahkan siap menyerahkan warisan yang bisa menghidupiku seumur hidup tanpa perlu bekerja.

Kesialan, itu tentu kembali lagi ke warisan. Tidak mungkin tidak ada yang mengincar jumlah yang sebesar itu. Faktanya, ayahnya sendiri yang mengincar Rizki dan diriku dari aku bayi.

Aku yang tidak bisa bicara waktu itu, tentu hanya bisa mengamankan diri dengan mendekati sang papa. Hanya itu hubungan kami yang ada di pikiranku... awalnya.

“Papa?” aku mengintip ke dalam ruangan yang terang dari balik pintu.

Dia menatapku dari ujung ruang belajarnya, “Masuk saja.”

Aku membawa diriku sendiri untuk mendekatinya. Ia yang tampaknya paham akan keadaanku. Berdiri ia dari duduknya dan mendekati satu set sofa dan meja di tengah ruang.

Ruang penuh dengan rak dan buku ini sungguh membosankan untuk dilihat. Terlebih karena aku selalu belajar disini.

Setidaknya pemandangan taman penuh lampu di malam hari terpampang jelas di dinding kacanya. Kududuki satu sofa itu, menyambutnya untuk duduk di sampingku sambil membawa sebuah buku.

Sentuhan yang hangat. Aku sangat ingin memeluknya.

“Ada apa di sekolah?” ia memelukku tanpa aku meminta, “Sampai jadi kecapekan begini.”

Kubalas pelukan hangatnya. Papa, satu-satunya keluargaku yang pernah kumiliki. Mengatur nafas dan kembali meringankan kepala yang harus aku bawa mengingat kembali.

Itu dia penjelasannya. Aku selalu bermimpi buruk seperti ini kalau aku sedang kelelahan.

Busuknya aku bermimpi si pria laknat. Sungguh tidak lucu menerima mimpi tentang pria jahat yang sudah memberikan banyak penderitaan. 

Bukan masalah kecil yang bisa dilupakan hanya dengan waktu berlalu. Lebih-lebih, kehidupan Sekar direnggut oleh orang itu juga. Bukan hal aneh kalau papa yang mengalami penderitaan itu di seumur hidupnya, tidak bisa mengobati insomnia-nya.

Meskipun orang yang dimaksud sudah tidak ada.

“Papa sendiri tidak bisa tidur?” aku masih saja memeluknya, “Papa kan dokter, malah begadang. Nanti di rumah sakit salah diagnosa gimana?”

“Yang jadi masalah itu, kamu bisa cerewet kalau mengantuk,” ia membuang tubuhnya ke sandaran sofa walau masih memelukku di samping kanannya.

“Aku tidak begitu!”

Bisa aku dengar tawa kecilnya. Didorongnya tubuhku perlahan dan melepaskan pelukanku. Ia merapikan rambutku yang baru saja bangun dari mimpi burukku.

“Masalah apa di sekolah?”

Ya, cepat atau lambat aku harus mengeluhkan akan hal ini, “Memangnya untuk apa sih aku diminta berteman dengan duo pembuat onar?”

Walaupun Rizki terdiam, aku tahu dia akan menangkap apa yang aku maksud, “Oh, Sovian Sagara. Mereka ngapain?”

“Mereka selalu mengejekku kalau kami bertemu.”

Dia terdiam. Sepertinya tidak tertarik. Menyebalkan seperti biasa ya nih papa tampanku satu-satunya!

“Mereka bilang aku kerdil. Tebar pesona. Kurang kerjaan. Punya pacar tapi cari selingkuhan. Aneh. Nenek lampir⏤”

“Ppfh!”

Kenapa dia malah ikut tertawa?!

“Ternyata sama Rasyi mereka jadi begitu ya?” dia masih menahan senyumnya.

“Jadi mereka sopan dan baik hati kalau ada di depan papa?” aku menatapnya kesal.

“Tidak awalnya,” hmm? “Tapi lama kelamaan mereka jadi nurut.”

Kok bisa?!

No, jangan beritahu. Aku tidak mau tahu metode apa yang papa satu ini lakukan.

“Kalau tentang berteman, itu terserah Rasyi. Papa tidak ada maksa,” dia menyisir lembut rambut hitamku dengan jari jemarinya.

Walau dingin dan seakan tidak memiliki hati, dia merupakan sosok pria yang layak disebut ayah.

Padahal secara jiwa, kami bukan keluarga dan tidak mungkin aku adalah anaknya. Namun aku sungguh dibuat luluh dengan kata-kata lembutnya.

“Tapi pa, papa kok bisa kenal mereka?”

Rizki lagi-lagi menatapku. Berpikir dan merangkai kata-katanya, “Karena papa kenal dengan ayah mereka.”

Ah… iya… tentu. Kenapa tadi aku menanyakannya?

Mendadak tangannya mengelus pipiku. Lembut di kulitnya itu meraba dengan hangatnya, “Ada hal yang perlu kamu ketahui dari subjeknya sendiri.”

Hmm? Lagi-lagi apa yang dia maksud?

“Iya ya,” papa sedikit melakukan peregangan di tengkuk lehernya, “Papa ada penelitian akhir bulan nanti. Jadi papa bisa tidak di rumah lima hari sampai seminggu.”

Bekerja di luar lagi? Aku harus sendirian di rumah yang besar ini lagi. Ya, secara teknis para bibi pasti akan menemaniku. Bahkan mereka menginap kalau memang perlu, jadi aku tidak perlu khawatir dengan apapun yang ada di rumah. Namun kan….

“Rasyi tidak mau di sini?” oh, pekanya papa memang tidak bisa disepelekan.

Memanyunkan kedua bibirku berusaha imut, “Ada papa di sini saja sudah sepi, apalagi kalau tidak ada.”

Dia tersenyum tipis, “Gimana kalau menginap di Hendra?”

Oh! Ide bagus tuh!

“Bisa?”

“Kalau tidak ditanya, mana tahu?” ia mengambil kembali buku yang sedari tadi ia letakkan di sampingnya, “Besok papa tanyakan. Sekarang Rasyi tidur.”

Sedangkan itu adalah ide yang buruk.

Diri ini tahu tahu betul kebencian akan mimpi dimana aku harus melihat lagi wajahnya. Lebih lagi dia tidak lepas dengan… darah. Ketakutanku muncul meskipun aku tidak punya fobia akan hal itu.

Papa menelengkan kepalanya, “Masih mau tidur sama papa? Sudah besar begitu.”

“Rasyi memang penakut, mau gimana?!”

Tertawa saja sesukamu. Dia saja masih belum bisa lepas dari mimpi buruk itu. Luka dari ‘kecelakaan’ tidak akan sembuh hanya dengan menghancurkan puing-puing dari ‘kendaraan’ yang menyebabkan mala petakanya.

Sang papa ini berdiri dari duduknya, “Ayo, papa tungguin Rasyi sampai tidur.”

Aku terdiam. Kututup mulutku dan mulai tertawa, “Hihihi, iya.”

Mulai tegak kakiku berdiri. Tubuhnya yang tampak segar walaupun tak memiliki otot yang didambakan para wanita, tak menghentikannya mengeluarkan pesona walau dari belakang. Langkah itu aku kejar sedikit demi sedikit dan memulai percakapan ringan.

“Papa, kapan-kapan ajak Rasyi ke tempat yang jauh dong~ Luar negeri gitu~”

“Ribet,” lagi-lagi bapak ini menjawab tanpa memikirkan perasaan putrinya.

Kami melewati ruang kerja. Melewati satu lagi ruangan koleksi mama yang terhubung dengan satu-satunya ruangan papa dan dapur. Remang-remang lampu dapur di malam hari pun menyambut kami.

Bersandar kepalaku di pundaknya sambil menyinkronkan langkahku dengannya, “Please~ Sekali-sekali~ Rasyi bakal dapat nilai tinggi di sekolah kok~”

“Kamu mau membolos?”

“Iiih! Waktu libur sekolah saja~”

“Tidak.”

“Rasyi bakal temani si duo itu kok. Masa Rasyi tidak diberi imbalan?”

Dia menghela nafasnya, “Uang sangu tidak dihitung?”

“Papa pelit!!”

“Heh.”

Jangan tertawa!

Episodes
1 #0 Prolog
2 #1 Dua Tahun dan Saat Ini
3 #2 Ayo Kita Mulai!
4 #3 Pembiasaan
5 #4 Kunjungan ke Rumah Sakit
6 #5 Sehari yang Damai
7 #6 Dongeng?
8 #7 Kabar Pembuat Onar
9 #8 Sovian Sagara
10 #9 Cakap-Cakap Sejenak
11 #10 Ulah Baru?
12 #11 di Rumah Kenalan
13 #12 Lagi Lagi
14 #13 Bicara dengan Marah
15 #14 Mulai Event Baru
16 #15 Drama Aneh di Pagi Hari
17 #16 Basecamp yang Mengkhawatirkan
18 #17 Tanggal ke Tujuh Belas
19 #18 Terjadi Sesuatu?
20 #19 Sagara Seperti Semestinya
21 #20 Dibawa Firasat
22 #21 Debat Saja lagi!
23 #22 Kita Sudahi Konfliknya
24 #23 Manisnya Si kembar
25 #24 Malam Hari kok Begini?
26 #25 Lepaskanlah~
27 #26 Mencari Keuntungan
28 #27 Detektif Menemukan Sesuatu
29 #28 Rencana Pembasmian Lele
30 #29 Memang Kacau
31 #30 Undangan
32 #31 Ayo Jalan-Jalan
33 #32 Memperbaiki Hati
34 #33 Pulang Jalan-Jalan kok Begini?!
35 #34 Seperti Ini Lagi
36 #35 di Sela Pemulihan
37 #36 Tirisnya Cedera
38 #37 Penarik Ragu Hati
39 Pengumuman : Emma Semedi Dulu Ya~
40 #38 Setengah Lingkaran
41 #39 Karut Tak Larut
42 #40 Takut yang Tak Dapat Dibendung
43 #41 Sorak Sorai Penguat Diri
44 #42 Pelarian
45 #43 Sekilas Tawa
46 #44 Bertahan
47 #45 Keraguan dan Luka
48 #46 Aaaaaaa
49 #47 Setelah Tegang...
50 #48 Tegang Lagi
51 #49 Cinta itu Memang Tegang
52 #50 Tidak Tahu!!
53 #51 Emosi tak Jelas
54 #52 Amarah dan Debat
55 #53 Awal di Kisah yang Lalu
56 #54 Masa Lalu yang Sesak
57 #55 Kejutan
58 #56 SOS!!
59 #57 Hujan Oh Hujan
60 #58 Sehabis Hujan
61 #59 Pintu Ruang Dokter
62 #60 Kesibukan Ruang Dokter
63 #61 Sebelum Istirahat
64 #62 Dingin dan Takut
65 #63 Kencan dengan Putri Ini
66 #64 Sungguh?! Kencan dengan Papa?!
67 #65 Kunjungan yang Membangongkan
68 #66 Masalah Masalah Masalah
69 #67 Pasca Sakit, Tambah sakit
70 #Special New Year : Sweet Fireworks
71 #68 Kencan yang Berubah
72 #69 Pasar di Rumah
73 #70 Tenang Sebelum Badai
74 #71 Mara di Petang
75 #72 Mara yang Gelap
76 #73 Rintikan yang Menyayat
77 #74 Persiapan Untuk kembali Biasa
78 #75 Triple Kejutan
79 #76 Putar-Putar~ Komedi Putar~
80 #77 Ajakan
81 #78 Teraduk-Aduk
82 #79 Perubahan
83 #80 Mencari Udara Segar
84 #81 Detik-Detik Pembukaan Pita
85 #82 Bertabrakan
86 Pengumuman : Saatnya Persiapan Season Baru
87 Pengumuman : Emma Di Sini~
88 #83 Tak Ada yang Aneh di Kesehariannya
89 #84 Satu Goyah
90 #85 Mari Kita Bicarakan
91 #86 Apa yang Harus Dilakukan
92 #87 Tenang yang Diharapkan
93 #88 Panggilan
94 #89 Tak Berujung
95 #90 Permintaan tak Terduga
96 #91 Tegang Tegas Seorang Ayah
97 #92 Tak Dapat Diperbaiki
98 #93 Hari Libur
99 #94 Mengunjungi Tamu
100 #95 Ketakutan Kembali
101 #96 Menyerah?
102 #97 Setangkai Bunga
103 #98 Buket Bunga
104 #99 Lembar Kenangan dan Lembar yang Belum Selesai
105 #100 Are You Love Him?
106 #Special 100: Big Family?!
107 #101 Dari Hongkong!!
108 #102 Dekorasi Membawa Demo
109 #103 Rampung Kah?
110 #104 A I U E O
111 #105 Kayaknya
112 #106 Kesibukan
113 #107 Silap Malam
114 #108 Arus Semakin Jauh
115 #109 Deklarasi
116 #110 Baiklah! Silahkan!
117 #111 Saha?
118 #112 Saatnya Konsultasi?
119 #113 As Ta Ga
120 #114 Pelan-Pelan
121 #115 Berpikir Sampai Hujan
122 #116 Tegang dan Lega di Satu Waktu
123 #117 Gosong!!
124 #118 Datang dan Pergi
125 #119 Magnet ya?
126 #120 Dua Orang ini
127 #121 Inginnya Liburan
128 #122 Gelombang Emosi
129 #123 Gemuruh Ombak
130 #124 Kakak dan Adik
131 #125 Burung Ketiga
132 #126 Kuncup yang Terbuka
133 #127 Janji, Bersalah, dan Keputusan
134 #128 Pencarian Penemuan
135 #129 Permulaan
136 #130 Pengakuan Tak Sampai
137 #131 Angin Datang
138 #132 Keberanian
139 #133 Tabrak Saja Terus!
140 #134 Rusuh di Mall Lagi
141 #135 Silent Date?!
142 #136 Romantis nih?!
143 #137 Kasmaran di Mana-Mana
144 #138 Cinta?
145 #139 The Adaptation Period
146 #140 Continues
147 #141 Hearts
148 #142 Happy
149 #143 Curhatan Membawa Ribut
150 #144 Kejutan yang Tidak Lucu
151 #145 Rencanakan Saja
152 #146 Tak Ada Ketenangan
153 #147 Yang Ada di Samping
154 #148 Konfirmasi
155 #149 Finale: Aku Pilih Kamu~
156 Pengumuman : Sapa Finale
157 #Special1 Baru yang Bukan Baru dan Kembali yang Bukan Kembali
158 #Special2 Aku Juga Harus Berusaha
159 #Special3 Ingatan Sekecil Apapun Bisa Lebih dari Berarti.
160 #Special4 Masa Lalu Masa Kini yang Bertabrakan
161 #Special5 Sedikit Lebih Besar, Sedikit Lebih Pendek
162 #Special6 Urdha dan Azkia
163 #SpecialSpecialSpecial : Rasyi Kecil yang Tersesat
164 Pengumuman : Good Bye~
Episodes

Updated 164 Episodes

1
#0 Prolog
2
#1 Dua Tahun dan Saat Ini
3
#2 Ayo Kita Mulai!
4
#3 Pembiasaan
5
#4 Kunjungan ke Rumah Sakit
6
#5 Sehari yang Damai
7
#6 Dongeng?
8
#7 Kabar Pembuat Onar
9
#8 Sovian Sagara
10
#9 Cakap-Cakap Sejenak
11
#10 Ulah Baru?
12
#11 di Rumah Kenalan
13
#12 Lagi Lagi
14
#13 Bicara dengan Marah
15
#14 Mulai Event Baru
16
#15 Drama Aneh di Pagi Hari
17
#16 Basecamp yang Mengkhawatirkan
18
#17 Tanggal ke Tujuh Belas
19
#18 Terjadi Sesuatu?
20
#19 Sagara Seperti Semestinya
21
#20 Dibawa Firasat
22
#21 Debat Saja lagi!
23
#22 Kita Sudahi Konfliknya
24
#23 Manisnya Si kembar
25
#24 Malam Hari kok Begini?
26
#25 Lepaskanlah~
27
#26 Mencari Keuntungan
28
#27 Detektif Menemukan Sesuatu
29
#28 Rencana Pembasmian Lele
30
#29 Memang Kacau
31
#30 Undangan
32
#31 Ayo Jalan-Jalan
33
#32 Memperbaiki Hati
34
#33 Pulang Jalan-Jalan kok Begini?!
35
#34 Seperti Ini Lagi
36
#35 di Sela Pemulihan
37
#36 Tirisnya Cedera
38
#37 Penarik Ragu Hati
39
Pengumuman : Emma Semedi Dulu Ya~
40
#38 Setengah Lingkaran
41
#39 Karut Tak Larut
42
#40 Takut yang Tak Dapat Dibendung
43
#41 Sorak Sorai Penguat Diri
44
#42 Pelarian
45
#43 Sekilas Tawa
46
#44 Bertahan
47
#45 Keraguan dan Luka
48
#46 Aaaaaaa
49
#47 Setelah Tegang...
50
#48 Tegang Lagi
51
#49 Cinta itu Memang Tegang
52
#50 Tidak Tahu!!
53
#51 Emosi tak Jelas
54
#52 Amarah dan Debat
55
#53 Awal di Kisah yang Lalu
56
#54 Masa Lalu yang Sesak
57
#55 Kejutan
58
#56 SOS!!
59
#57 Hujan Oh Hujan
60
#58 Sehabis Hujan
61
#59 Pintu Ruang Dokter
62
#60 Kesibukan Ruang Dokter
63
#61 Sebelum Istirahat
64
#62 Dingin dan Takut
65
#63 Kencan dengan Putri Ini
66
#64 Sungguh?! Kencan dengan Papa?!
67
#65 Kunjungan yang Membangongkan
68
#66 Masalah Masalah Masalah
69
#67 Pasca Sakit, Tambah sakit
70
#Special New Year : Sweet Fireworks
71
#68 Kencan yang Berubah
72
#69 Pasar di Rumah
73
#70 Tenang Sebelum Badai
74
#71 Mara di Petang
75
#72 Mara yang Gelap
76
#73 Rintikan yang Menyayat
77
#74 Persiapan Untuk kembali Biasa
78
#75 Triple Kejutan
79
#76 Putar-Putar~ Komedi Putar~
80
#77 Ajakan
81
#78 Teraduk-Aduk
82
#79 Perubahan
83
#80 Mencari Udara Segar
84
#81 Detik-Detik Pembukaan Pita
85
#82 Bertabrakan
86
Pengumuman : Saatnya Persiapan Season Baru
87
Pengumuman : Emma Di Sini~
88
#83 Tak Ada yang Aneh di Kesehariannya
89
#84 Satu Goyah
90
#85 Mari Kita Bicarakan
91
#86 Apa yang Harus Dilakukan
92
#87 Tenang yang Diharapkan
93
#88 Panggilan
94
#89 Tak Berujung
95
#90 Permintaan tak Terduga
96
#91 Tegang Tegas Seorang Ayah
97
#92 Tak Dapat Diperbaiki
98
#93 Hari Libur
99
#94 Mengunjungi Tamu
100
#95 Ketakutan Kembali
101
#96 Menyerah?
102
#97 Setangkai Bunga
103
#98 Buket Bunga
104
#99 Lembar Kenangan dan Lembar yang Belum Selesai
105
#100 Are You Love Him?
106
#Special 100: Big Family?!
107
#101 Dari Hongkong!!
108
#102 Dekorasi Membawa Demo
109
#103 Rampung Kah?
110
#104 A I U E O
111
#105 Kayaknya
112
#106 Kesibukan
113
#107 Silap Malam
114
#108 Arus Semakin Jauh
115
#109 Deklarasi
116
#110 Baiklah! Silahkan!
117
#111 Saha?
118
#112 Saatnya Konsultasi?
119
#113 As Ta Ga
120
#114 Pelan-Pelan
121
#115 Berpikir Sampai Hujan
122
#116 Tegang dan Lega di Satu Waktu
123
#117 Gosong!!
124
#118 Datang dan Pergi
125
#119 Magnet ya?
126
#120 Dua Orang ini
127
#121 Inginnya Liburan
128
#122 Gelombang Emosi
129
#123 Gemuruh Ombak
130
#124 Kakak dan Adik
131
#125 Burung Ketiga
132
#126 Kuncup yang Terbuka
133
#127 Janji, Bersalah, dan Keputusan
134
#128 Pencarian Penemuan
135
#129 Permulaan
136
#130 Pengakuan Tak Sampai
137
#131 Angin Datang
138
#132 Keberanian
139
#133 Tabrak Saja Terus!
140
#134 Rusuh di Mall Lagi
141
#135 Silent Date?!
142
#136 Romantis nih?!
143
#137 Kasmaran di Mana-Mana
144
#138 Cinta?
145
#139 The Adaptation Period
146
#140 Continues
147
#141 Hearts
148
#142 Happy
149
#143 Curhatan Membawa Ribut
150
#144 Kejutan yang Tidak Lucu
151
#145 Rencanakan Saja
152
#146 Tak Ada Ketenangan
153
#147 Yang Ada di Samping
154
#148 Konfirmasi
155
#149 Finale: Aku Pilih Kamu~
156
Pengumuman : Sapa Finale
157
#Special1 Baru yang Bukan Baru dan Kembali yang Bukan Kembali
158
#Special2 Aku Juga Harus Berusaha
159
#Special3 Ingatan Sekecil Apapun Bisa Lebih dari Berarti.
160
#Special4 Masa Lalu Masa Kini yang Bertabrakan
161
#Special5 Sedikit Lebih Besar, Sedikit Lebih Pendek
162
#Special6 Urdha dan Azkia
163
#SpecialSpecialSpecial : Rasyi Kecil yang Tersesat
164
Pengumuman : Good Bye~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!