#4 Kunjungan ke Rumah Sakit

“Rasyi yakin tidak mau ditemani?” wajahnya terus saja tampak khawatir.

“Tidak papa kok. Harun kan ada bimbel, masa mau temani terus,” kuulurkan helm merah yang khusus ia bawa untukku.

Dia menerima helm itu, “Masih ada waktu kok untuk temani sebentar.”

Senyumku merekah, “Dua jam di sini?”

Hihihi, dia diam.

“Aku tidak papa. Kan banyak juga orang yang aku kenal. Ini bukan pertama kali. Harun juga tahu kan?”

Wajah sedihnya digunakannya lagi. Ekspresi itu memang sering aku lihat, tapi aku selalu tidak mengerti alasan apa yang membuat dia mengeluarkannya. Sedalam apapun hatiku tertusuk, aku tidak paham harus seperti apa menenangkannya.

“Kalau begitu aku duluan ya,” dia meletakkan helm itu di dalam jok, “Sampai jumpa besok.”

“Hati-hati di jalan~”

Dia naik kembali ke kendaraan yang baru secara resmi sudah legal untuk digunakan itu. Kendaraan itu mengeluarkan suara mesin lembut dan meluncur pergi. Ia menyatu dengan para pengendara yang ada di jalan.

Sekarang, aku harus jalan sedikit untuk masuk ke gedung yang luar biasa besar ini. Ya, rumah sakit.

Biasanya memang taman depan ini terbilang sepi. Alasan satu tentu karena jalan harus dikosongkan untuk para kendaraan yang sudah membayar parkir. Kedua, harinya bersinar sangat panas.

Untungnya pedestrian ini dilindungi banyak pohon rimbun yang berjejer.

Pintu masuk utama berhasil aku lewat. Semua orang tahu kalau jalan ini menuju ruang tunggu dan resepsionis yang megah⏤

“Waah!”

“Sabar sayang.”

TING! TING TING!

[“Nomor 145 tolong ke meja 3.”]

“Bentar, ambil dulu kursi roda.”

BRUK!

“Permisi!!”

“Ada yang bisa dibantu pak?”

Ra, ramai sekali….

Aku harus pergi sekarang. Tenang di dalam diriku masih sangat terbatas. Mustahil aku bisa menangani keributan yang besar seperti ini dalam waktu lama.

Harus pergi sekarang!

“Auw!” aku hanya bisa menjerit saat ada orang yang menabrakku.

“Hati-hati dong!!”

Suaraku semakin kecil dengan nafasku yang terpotong, “Ma, ma, maaf.”

“Perhatikan sekitar dong!”

(“Perhatikan sekitar!”)

Heh?

(“Itu dia!”)

Jangan mulai!

(“Rasyiqa tidak akan jadi gitu kok.”)

(“Iya, Rasyiqa. Cepat lari.”)

Suara-suara yang berisik di kepalaku… pergi kalian!

(“Kemari!”)

(“Kamu masih berani di depanku ya?”)

(“Jadilah berguna sedikit saja.”)

Tenang… tenang Rasyi. Bernafas… bernafas…

Bernafas!

PAK!

Berhasil. Suaranya hilang kan? Menampar kedua pipiku seperti ini, sudah cukup kan?

Tidak! Jangan lengah! Kalau nafasku kacau seperti sekarang, aku hanya akan menjebak diriku sendiri. Suara itu bisa saja kembali kapan saja dengan kerumunan setebal ini di sekitarku.

Aku harus keluar dari sini.  

Harus bernafas lebih tenang. Sepanjang berjalannya kakiku ke daerah rawat inap, bisa dirasakan ketenangan yang jauh lebih baik. Tidak masalah dengan beberapa kelompok yang menyebar, yang penting tidak berdesakan seperti di depan tadi.

“Fuuuh…,” bagus, nafasku sudah mulai normal.

Sungguh menjengkelkan! Padahal selama ini, khususnya di sekolah, aku tidak pernah kambuh lagi. Haruskah aku mulai terapi lagi?

Aw! Pipiku perih. Kututupi saja deh dengan masker.

“Rasyiqa mau cari papa?”

Ah, ada perawat yang mengenaliku, “Iya~ Papa di ruangannya kan?”

“Iya,” perawat di sampingnya menjawab dengan ramah, “Langsung saja datangi.”

“Terima kasih,” sebisa mungkin aku melayangkan senyuman.

Hmm… nafasku sudah bisa terasa normal, begitu juga kerja tubuhku yang lain. Bisa tenang aku sekarang.

Sampai akhirnya aku mencapai di depan pintu dokter yang akrab bernama Rizki ini.

Tok! Tok! Tok!

“Papa~?” ada dia di dalam?

“Masuk!” suara familier yang terpendam pintu itu memberikanku arahan.

Gagang pintu kutekan perlahan dan membuka ruangan. Aku mengintip ke dalam sebelum benar-benar masuk.

Loh? Papa sedang ada pasien ya?

“Masuk saja,” papa masih menyuruhku walau dia tampak berbicara dengan orang-orang di depannya.

Aku hanya bisa mengikutinya. Masuk dan menutup pintu di belakangku. Rizki sepertinya masih perlu aku tunggu lebih lama. Habiskan waktu dengan apa lagi ya kali ini? Corat-coret sketsa di pojokan?

“Oh~ Ini anakmu? Mirip banget sama kamu.”

“Cantik~”

Eh? Mereka ini sepertinya lebih akrab dengan papa.

“Hmm mm,” wow, jawaban biasa yang keluar dari mulut papa yang masih tertutup.

“Siapa namamu, sayang~?” wanita dengan rasa penuh keibuan menatapku berbinar-binar, “Berapa umurnya?”

Kedua orang ini seakan semangat akan sesuatu. Sebingung-bingungnya aku, aku harus setidaknya sopan dan menjawab.

Aku membuka maskerku dan tersenyum, “Rasyiqa, tante. Baru saja ultah ke-16.”

“Kok rasanya anak kita sudah pada tua semua?”

“Kayaknya kita kawinnya kecepatan, haha.”

Duh, keramahan yang asing.

Mereka, yang ternyata sepasang suami istri ini, seperti punya dunia lain. Walau aku yakin mereka memasukkan aku dan papa ke suasana candaan mereka. Namun aku tidak bisa mengatakan apapun terhadap kebingungan ini.

Papa? Jangan ditanya. Dia kan tidak tertarik dengan yang seperti itu. Yap, tentu saja papa tidak akan berkomentar.

“Hmm,” papa menyambutnya dengans sederhana.

“Sudah lama tidak ketemu temen sekelas SMA-nya, kamu tetap saja jutek.”

Anaknya saja suka dicuekin, apalagi teman sekelas yang lama tidak ketemu….

⏤teman sekelas? Tunggu, mereka ini seumuran dengan papa?!

Bukan, aku saja yang bodoh.

Wajah tampan papa yang awet muda itu memang kelewat abnormal. Tentu saja kalau sudah lima puluh tahun, wajah mereka akan seperti ini. Justru ada yang sudah punya cucu.

“Loh? Rasyi?” papa berdiri mendekatiku, “Kenapa pipinya?”

Pipiku? Apa karena aku tampar tadi? Kalau aku mengingatnya lagi, rasa perihnya juga teringat sih. Namun ini kan hanya tamparan biasa. Tak mungkin juga aku bisa menampar sekeras itu.

“Ti, tidak apa kok…,” kututupi lagi mereka dengan masker.

Papa seakan berpikir sejenak, “Duduk dulu, biar papa obati.”

Kursi papa tadi menjadi tempat dudukku walau teman papa masih ada di seberang mejanya.

Wanita ini, tersenyum? “Jarang-jarang bisa lihat sisi lembutmu begini.”

“Ada lagi yang mau diomongin?” papa tanpa hati, menyerang lagi.

“Jutek amat,” Pria ini tampak marah.

“Sudah, dokter jangan diganggu,” wanita tadi berdiri.

Pria ini ikut berdiri dengan kesal, “Tapi kami tungguin kabar baiknya!”

Rizki menggunakan beberapa detik yang ia dapat dalam sunyi, “Iya.”

Sepertinya pembicaraan serius. Entahlah. Mereka hanya bercanda saja selama yang kulihat.

Kedua teman sekelas masa SMA papa itu pergi melewati pintu. Suara keheningan menenggelamkan keseriusan papa untuk mengobati kedua pipiku yang sudah ditampakkan masker yang terbuka.

“Kenapa Rasyi masih pakai cara ini? Tidak sakit?”

Seperti biasa. Papa pasti paham kalau aku kambuh lagi dan aku memilih untuk menerapkan rasa sakit biar cepat sadar. Namun kan ini cara paling efektif.

“Pikirin lagi kalau mau masuk. Kalau kira-kira ramai, telepon papa.”

“Oh iya, bisa begitu juga ya,” sepertinya aku terlalu semangat untuk pergi keluar sendiri.

Jari jemari yang membawa olesan obat itu terhenti di pipiku. Wajahnya menatapku lekat tanpa ekspresi sama sekali. Aku tahu maksudnya apa tatapannya itu.

Merengut lagi aku dibuatnya, “Iya, Rasyi bodoh. Rasyi bakal lebih hati-hati lagi.”

Sekarang dia tersenyum. Entah apa pemikiran pria yang seharusnya sudah tua ini.

Ia menarik salah satu dari dua kursi yang diduduki temannya tadi. Menyamankan duduknya di depanku yang masih duduk menyamping dari kursi kerjanya. Wajahnya lebih nyaman untuk aku lihat.

Lagi-lagi senyumnya di sela telengan kepalanya membuatku tidak bisa berkomentar apapun. Mau sebesar apa rasa menjengkelkan untuk sang ayah ini, dia tetap saja punya wajah yang tidak bisa ditolak. Apalagi kalau dia mengeluarkan sikap hangatnya di pipiku layaknya sekarang.

“Sabtu malam mau temani papa, tidak?”

Sabtu malam? Kemana?

Episodes
1 #0 Prolog
2 #1 Dua Tahun dan Saat Ini
3 #2 Ayo Kita Mulai!
4 #3 Pembiasaan
5 #4 Kunjungan ke Rumah Sakit
6 #5 Sehari yang Damai
7 #6 Dongeng?
8 #7 Kabar Pembuat Onar
9 #8 Sovian Sagara
10 #9 Cakap-Cakap Sejenak
11 #10 Ulah Baru?
12 #11 di Rumah Kenalan
13 #12 Lagi Lagi
14 #13 Bicara dengan Marah
15 #14 Mulai Event Baru
16 #15 Drama Aneh di Pagi Hari
17 #16 Basecamp yang Mengkhawatirkan
18 #17 Tanggal ke Tujuh Belas
19 #18 Terjadi Sesuatu?
20 #19 Sagara Seperti Semestinya
21 #20 Dibawa Firasat
22 #21 Debat Saja lagi!
23 #22 Kita Sudahi Konfliknya
24 #23 Manisnya Si kembar
25 #24 Malam Hari kok Begini?
26 #25 Lepaskanlah~
27 #26 Mencari Keuntungan
28 #27 Detektif Menemukan Sesuatu
29 #28 Rencana Pembasmian Lele
30 #29 Memang Kacau
31 #30 Undangan
32 #31 Ayo Jalan-Jalan
33 #32 Memperbaiki Hati
34 #33 Pulang Jalan-Jalan kok Begini?!
35 #34 Seperti Ini Lagi
36 #35 di Sela Pemulihan
37 #36 Tirisnya Cedera
38 #37 Penarik Ragu Hati
39 Pengumuman : Emma Semedi Dulu Ya~
40 #38 Setengah Lingkaran
41 #39 Karut Tak Larut
42 #40 Takut yang Tak Dapat Dibendung
43 #41 Sorak Sorai Penguat Diri
44 #42 Pelarian
45 #43 Sekilas Tawa
46 #44 Bertahan
47 #45 Keraguan dan Luka
48 #46 Aaaaaaa
49 #47 Setelah Tegang...
50 #48 Tegang Lagi
51 #49 Cinta itu Memang Tegang
52 #50 Tidak Tahu!!
53 #51 Emosi tak Jelas
54 #52 Amarah dan Debat
55 #53 Awal di Kisah yang Lalu
56 #54 Masa Lalu yang Sesak
57 #55 Kejutan
58 #56 SOS!!
59 #57 Hujan Oh Hujan
60 #58 Sehabis Hujan
61 #59 Pintu Ruang Dokter
62 #60 Kesibukan Ruang Dokter
63 #61 Sebelum Istirahat
64 #62 Dingin dan Takut
65 #63 Kencan dengan Putri Ini
66 #64 Sungguh?! Kencan dengan Papa?!
67 #65 Kunjungan yang Membangongkan
68 #66 Masalah Masalah Masalah
69 #67 Pasca Sakit, Tambah sakit
70 #Special New Year : Sweet Fireworks
71 #68 Kencan yang Berubah
72 #69 Pasar di Rumah
73 #70 Tenang Sebelum Badai
74 #71 Mara di Petang
75 #72 Mara yang Gelap
76 #73 Rintikan yang Menyayat
77 #74 Persiapan Untuk kembali Biasa
78 #75 Triple Kejutan
79 #76 Putar-Putar~ Komedi Putar~
80 #77 Ajakan
81 #78 Teraduk-Aduk
82 #79 Perubahan
83 #80 Mencari Udara Segar
84 #81 Detik-Detik Pembukaan Pita
85 #82 Bertabrakan
86 Pengumuman : Saatnya Persiapan Season Baru
87 Pengumuman : Emma Di Sini~
88 #83 Tak Ada yang Aneh di Kesehariannya
89 #84 Satu Goyah
90 #85 Mari Kita Bicarakan
91 #86 Apa yang Harus Dilakukan
92 #87 Tenang yang Diharapkan
93 #88 Panggilan
94 #89 Tak Berujung
95 #90 Permintaan tak Terduga
96 #91 Tegang Tegas Seorang Ayah
97 #92 Tak Dapat Diperbaiki
98 #93 Hari Libur
99 #94 Mengunjungi Tamu
100 #95 Ketakutan Kembali
101 #96 Menyerah?
102 #97 Setangkai Bunga
103 #98 Buket Bunga
104 #99 Lembar Kenangan dan Lembar yang Belum Selesai
105 #100 Are You Love Him?
106 #Special 100: Big Family?!
107 #101 Dari Hongkong!!
108 #102 Dekorasi Membawa Demo
109 #103 Rampung Kah?
110 #104 A I U E O
111 #105 Kayaknya
112 #106 Kesibukan
113 #107 Silap Malam
114 #108 Arus Semakin Jauh
115 #109 Deklarasi
116 #110 Baiklah! Silahkan!
117 #111 Saha?
118 #112 Saatnya Konsultasi?
119 #113 As Ta Ga
120 #114 Pelan-Pelan
121 #115 Berpikir Sampai Hujan
122 #116 Tegang dan Lega di Satu Waktu
123 #117 Gosong!!
124 #118 Datang dan Pergi
125 #119 Magnet ya?
126 #120 Dua Orang ini
127 #121 Inginnya Liburan
128 #122 Gelombang Emosi
129 #123 Gemuruh Ombak
130 #124 Kakak dan Adik
131 #125 Burung Ketiga
132 #126 Kuncup yang Terbuka
133 #127 Janji, Bersalah, dan Keputusan
134 #128 Pencarian Penemuan
135 #129 Permulaan
136 #130 Pengakuan Tak Sampai
137 #131 Angin Datang
138 #132 Keberanian
139 #133 Tabrak Saja Terus!
140 #134 Rusuh di Mall Lagi
141 #135 Silent Date?!
142 #136 Romantis nih?!
143 #137 Kasmaran di Mana-Mana
144 #138 Cinta?
145 #139 The Adaptation Period
146 #140 Continues
147 #141 Hearts
148 #142 Happy
149 #143 Curhatan Membawa Ribut
150 #144 Kejutan yang Tidak Lucu
151 #145 Rencanakan Saja
152 #146 Tak Ada Ketenangan
153 #147 Yang Ada di Samping
154 #148 Konfirmasi
155 #149 Finale: Aku Pilih Kamu~
156 Pengumuman : Sapa Finale
157 #Special1 Baru yang Bukan Baru dan Kembali yang Bukan Kembali
158 #Special2 Aku Juga Harus Berusaha
159 #Special3 Ingatan Sekecil Apapun Bisa Lebih dari Berarti.
160 #Special4 Masa Lalu Masa Kini yang Bertabrakan
161 #Special5 Sedikit Lebih Besar, Sedikit Lebih Pendek
162 #Special6 Urdha dan Azkia
163 #SpecialSpecialSpecial : Rasyi Kecil yang Tersesat
164 Pengumuman : Good Bye~
Episodes

Updated 164 Episodes

1
#0 Prolog
2
#1 Dua Tahun dan Saat Ini
3
#2 Ayo Kita Mulai!
4
#3 Pembiasaan
5
#4 Kunjungan ke Rumah Sakit
6
#5 Sehari yang Damai
7
#6 Dongeng?
8
#7 Kabar Pembuat Onar
9
#8 Sovian Sagara
10
#9 Cakap-Cakap Sejenak
11
#10 Ulah Baru?
12
#11 di Rumah Kenalan
13
#12 Lagi Lagi
14
#13 Bicara dengan Marah
15
#14 Mulai Event Baru
16
#15 Drama Aneh di Pagi Hari
17
#16 Basecamp yang Mengkhawatirkan
18
#17 Tanggal ke Tujuh Belas
19
#18 Terjadi Sesuatu?
20
#19 Sagara Seperti Semestinya
21
#20 Dibawa Firasat
22
#21 Debat Saja lagi!
23
#22 Kita Sudahi Konfliknya
24
#23 Manisnya Si kembar
25
#24 Malam Hari kok Begini?
26
#25 Lepaskanlah~
27
#26 Mencari Keuntungan
28
#27 Detektif Menemukan Sesuatu
29
#28 Rencana Pembasmian Lele
30
#29 Memang Kacau
31
#30 Undangan
32
#31 Ayo Jalan-Jalan
33
#32 Memperbaiki Hati
34
#33 Pulang Jalan-Jalan kok Begini?!
35
#34 Seperti Ini Lagi
36
#35 di Sela Pemulihan
37
#36 Tirisnya Cedera
38
#37 Penarik Ragu Hati
39
Pengumuman : Emma Semedi Dulu Ya~
40
#38 Setengah Lingkaran
41
#39 Karut Tak Larut
42
#40 Takut yang Tak Dapat Dibendung
43
#41 Sorak Sorai Penguat Diri
44
#42 Pelarian
45
#43 Sekilas Tawa
46
#44 Bertahan
47
#45 Keraguan dan Luka
48
#46 Aaaaaaa
49
#47 Setelah Tegang...
50
#48 Tegang Lagi
51
#49 Cinta itu Memang Tegang
52
#50 Tidak Tahu!!
53
#51 Emosi tak Jelas
54
#52 Amarah dan Debat
55
#53 Awal di Kisah yang Lalu
56
#54 Masa Lalu yang Sesak
57
#55 Kejutan
58
#56 SOS!!
59
#57 Hujan Oh Hujan
60
#58 Sehabis Hujan
61
#59 Pintu Ruang Dokter
62
#60 Kesibukan Ruang Dokter
63
#61 Sebelum Istirahat
64
#62 Dingin dan Takut
65
#63 Kencan dengan Putri Ini
66
#64 Sungguh?! Kencan dengan Papa?!
67
#65 Kunjungan yang Membangongkan
68
#66 Masalah Masalah Masalah
69
#67 Pasca Sakit, Tambah sakit
70
#Special New Year : Sweet Fireworks
71
#68 Kencan yang Berubah
72
#69 Pasar di Rumah
73
#70 Tenang Sebelum Badai
74
#71 Mara di Petang
75
#72 Mara yang Gelap
76
#73 Rintikan yang Menyayat
77
#74 Persiapan Untuk kembali Biasa
78
#75 Triple Kejutan
79
#76 Putar-Putar~ Komedi Putar~
80
#77 Ajakan
81
#78 Teraduk-Aduk
82
#79 Perubahan
83
#80 Mencari Udara Segar
84
#81 Detik-Detik Pembukaan Pita
85
#82 Bertabrakan
86
Pengumuman : Saatnya Persiapan Season Baru
87
Pengumuman : Emma Di Sini~
88
#83 Tak Ada yang Aneh di Kesehariannya
89
#84 Satu Goyah
90
#85 Mari Kita Bicarakan
91
#86 Apa yang Harus Dilakukan
92
#87 Tenang yang Diharapkan
93
#88 Panggilan
94
#89 Tak Berujung
95
#90 Permintaan tak Terduga
96
#91 Tegang Tegas Seorang Ayah
97
#92 Tak Dapat Diperbaiki
98
#93 Hari Libur
99
#94 Mengunjungi Tamu
100
#95 Ketakutan Kembali
101
#96 Menyerah?
102
#97 Setangkai Bunga
103
#98 Buket Bunga
104
#99 Lembar Kenangan dan Lembar yang Belum Selesai
105
#100 Are You Love Him?
106
#Special 100: Big Family?!
107
#101 Dari Hongkong!!
108
#102 Dekorasi Membawa Demo
109
#103 Rampung Kah?
110
#104 A I U E O
111
#105 Kayaknya
112
#106 Kesibukan
113
#107 Silap Malam
114
#108 Arus Semakin Jauh
115
#109 Deklarasi
116
#110 Baiklah! Silahkan!
117
#111 Saha?
118
#112 Saatnya Konsultasi?
119
#113 As Ta Ga
120
#114 Pelan-Pelan
121
#115 Berpikir Sampai Hujan
122
#116 Tegang dan Lega di Satu Waktu
123
#117 Gosong!!
124
#118 Datang dan Pergi
125
#119 Magnet ya?
126
#120 Dua Orang ini
127
#121 Inginnya Liburan
128
#122 Gelombang Emosi
129
#123 Gemuruh Ombak
130
#124 Kakak dan Adik
131
#125 Burung Ketiga
132
#126 Kuncup yang Terbuka
133
#127 Janji, Bersalah, dan Keputusan
134
#128 Pencarian Penemuan
135
#129 Permulaan
136
#130 Pengakuan Tak Sampai
137
#131 Angin Datang
138
#132 Keberanian
139
#133 Tabrak Saja Terus!
140
#134 Rusuh di Mall Lagi
141
#135 Silent Date?!
142
#136 Romantis nih?!
143
#137 Kasmaran di Mana-Mana
144
#138 Cinta?
145
#139 The Adaptation Period
146
#140 Continues
147
#141 Hearts
148
#142 Happy
149
#143 Curhatan Membawa Ribut
150
#144 Kejutan yang Tidak Lucu
151
#145 Rencanakan Saja
152
#146 Tak Ada Ketenangan
153
#147 Yang Ada di Samping
154
#148 Konfirmasi
155
#149 Finale: Aku Pilih Kamu~
156
Pengumuman : Sapa Finale
157
#Special1 Baru yang Bukan Baru dan Kembali yang Bukan Kembali
158
#Special2 Aku Juga Harus Berusaha
159
#Special3 Ingatan Sekecil Apapun Bisa Lebih dari Berarti.
160
#Special4 Masa Lalu Masa Kini yang Bertabrakan
161
#Special5 Sedikit Lebih Besar, Sedikit Lebih Pendek
162
#Special6 Urdha dan Azkia
163
#SpecialSpecialSpecial : Rasyi Kecil yang Tersesat
164
Pengumuman : Good Bye~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!