Ngambek

Deg!

Langit menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Hanya sebatas terbawa perasaan Cantika bilang! Langit berdecak pelan.

"Kamu yakin?" tanya Langit seraya memperhatikan raut wajah Cantika yang tampak tenang, seolah memang hatinya tidak ada rasa sama sekali untuk dirinya.

"Sudah jelas kan, ini yang ingin abang bahas dari awal, jadi tolong sekarang buka pintunya, aku mau pulang."

"Aku nggak puas sama jawaban kamu, jadi aku nggak akan membiarkan kamu keluar dari sini sebelum kamu mengakui perasaan kamu yang sebenarnya." balas Langit, mencekal pergelangan tangan Cantika yang hendak membuka pintu.

Cantika menepis tangan Langit seraya berdecak lirih, seketika perasaannya diliputi emosi ingin rasanya saat ini ia memaki sang abang yang ia yakini telah membantu Langit menjebaknya dalam situasi seperti ini.

"Aku_" ucapan nya terjeda, saat ponsel disakunya berbunyi yang menandakan ada sebuah panggilan masuk, dengan sigap ia merogohnya dan melihat siapa yang menelponnya.

"Bang Aslan?" lirihnya, sempat melirik Langit sebelum kemudian memutuskan untuk mengangkat telpon tersebut.

"Hallo bang."

"Hallo Tika, lagi ngapain?" suara Aslan disebrang sana.

"Ummz lagi,_" Cantika sedikit gelagapan melirik Langit yang tampak santai bersender di tembok dengan kedua tangan yang dilipat didepan dada.

"Abang kangen, pengen ketemu, bisa?"

Deg!

Cantika menelan ludahnya susah payah, bibirnya kelu entah harus mengatakan apa, disampingnya Langit mulai gelisah, memalingkan wajah gusar.

Dari jarak yang sedekat itu, sudah dipastikan Langit mendengar dengan jelas apa yang baru saja Aslan ucapkan.

"Abang aku_"

Disaat yang bersamaan, Langit mengeluarkan kunci dari dalam saku jaketnya, memasukannya kedalam silinder kemudian membuka pintu tersebut, dan tanpa mengatakan apapun, ia keluar dari Cafe, melangkah menuju motornya yang ternyata ia titipkan di penjual buah disebelah Cafe tersebut.

Sementara di pintu Cafe, Cantika terdiam meremas ponselnya menatap kepergian Langit dengan tatapan nanar.

Seharusnya ia senang bukan, karena Langit sudah tidak menekannya seperti tadi, seharusnya ia senang bukan, karena tidak lagi merasa terjebak dalam situasi yang menegangkan seperti tadi.

Namun, alih-alih merasa lega, justru kini hatinya merasa bagaikan tersayat-sayat, sangat perih.

Ia bersender di daun pintu, dan seketika tubuhnya luruh, merosot hingga terduduk diatas lantai yang dingin.

"Dek, kamu nggak apa-apa?" sebuah suara yang tentu sangat ia kenal menyapa indra pendengarannya, membuat ia repleks mendongak menatap kearah si pemilik suara.

"Abang?" ia berhambur memeluk seseorang yang tak lain adalah kakaknya sendiri, Satria membiarkan Cantika menangis hingga puas dalam pelukannya, sesekali mengelus punggungnya seolah memberi kekuatan dan sedikit ketenangan untuk sang adik.

Cukup lama Cantika menangis dalam pelukan sang abang, kemudian memutuskan untuk menarik diri saat menyadari sesuatu.

"Abang jahat, ngeselin! Abang sengaja kan?" Cantika memukuli tangan sang abang berulang kali melampiaskan kekesalannya.

"Kenapa malah nangis sih, bukannya kamu suka sama Langit ya, harusnya senang dong!" ucap sang abang mengingat ketika masih SMA dulu Cantika ngotot agar Satria membantunya untuk dekat dengan Langit.

"Abang sok tahu." ucapnya ketus, seraya berdiri melangkah keluar meninggalkan Cafe tersebut.

"Lah emang salah, jadi kamu udah nggak suka lagi sama si Langit." tutur Satria, mengejar langkah Cantika yang hampir sampai didekat motornya.

"Nggak."

"Dek, serius?"

"Jadi nggak beli mainannya, kalau nggak mendingan langsung anter aku pulang aja, aku juga tadi kan bilang sama abang kalau aku cape mau istirahat."

"Ngambek nih ceritanya." menjawil dagu sang adik yang langsung ditepis olehnya.

"Ngomongnya udah nggak cinta, tapi mukanya langsung jelek begitu,"

"Abaannngg!"

"Iya iya, ayok pulang!" Satria mengangkat kedua tangannya seraya menyengir kuda.

"Ngambekan sekarang ya."

"Salah siapa?"

"Salah mang Toha, jualan rujak gerobaknya nggak dibawa."

"Abangg!! nggak lucu."

"Abang juga nggak bilang kalau itu lucu."

"Ngeselin, buruan pulang."

"Iya iya."

*

*

"Lho..lho.. itu adeknya kamu apain Sat?" sergah Nada saat melihat Cantika melewatinya begitu saja dengan wajah masam.

"Biasa Bun masalah anak muda, bentar ya! aku mau bujuk dia dulu, ngambek dia!"

"Yaudah sana."

Satria mempercepat langkahnya melewati satu persatu anak tangga, kemudian mengetuk pintu kamar Cantika dengan napas tersengal.

"Apa lagi sih bang?" protes Cantika begitu pintu terbuka.

"Dek bentar! jangan tidur dulu, Abang mau ngomong."

"Dari tadi juga abang emang ngomong terus kan?"

"Kali ini serius."

Tanpa mengatakan apapun lagi Satria ngeloyor memasuki kamar sang adik kemudian memilih untuk duduk diatas meja rias.

"Abang mau ngomong apaan sih?" seru Cantika yang kini telah duduk disisi ranjangnya dengan kedua kaki menggantung.

"Abang minta maaf dek."

"Soal?"

"Soal yang tadi, abang salah! meninggalkan kamu berdua sama Langit, karena abang pikir perasaan kamu masih sama seperti dulu."

"Ck! yaudahlah, udah terjadi juga kan?"

"Dek?"

"Hmmm."

"Serius kamu udah nggak suka sama Langit, kasihan lho dia dek."

''Kenapa harus kasihan, emangnya dia kenapa?"

"Kamu sadar nggak sih dek, atau pura-pura nggak sadar, kalau Langit itu kelihatan suka banget sama kamu."

Deg!

"Ck, Abang ini emang rajanya sok tahu, apa coba?"

"Abang serius dek, kamu tahu dia sampai sakit parah kayak kemarin itu karena apa? karena kamu, dia bingung harus mulai semuanya dari mana."

"Abang! udah ah abang pulang gih, ngomongnya makin ngaco tahu nggak sih!" mendorong tubuh sang abang hingga keluar dari kamarnya.

*

Meski badannya masih terasa lemas, namun hari ini Langit memutuskan untuk kembali bekerja, karena sudah terlalu banyak pekerjaannya yang terbengkalai.

Masalah demi masalah di pabrik bagian produksi sarung tangan kian bertambah, Danish yang ditempatkan diposisi bagian manager dipabriknya semalam memberi kabar, bahwa dari pihak buyer yang telah menerima barang yang di ekspor dari perusahaan nya dua hari lalu mengajukan komplain.

Dari hasil pemeriksaan, mereka mengatakan jika barang yang mereka terima dalam keadaan banyak yang cacat, terutama dibagian printing.

"Nanti saat jam istirahat tolong datang ke BCP Garmindo ya Lif, saya tunggu disini." ujar Langit lewat sambungan telpon pada Alif yang bertugas memantau di perusahaan cabang.

"Baik pak." jawab Alif di sebrang sana.

Setelah menutup sambungan telponnya dengan Alif, Langitpun memutuskan untuk sarapan terlebih dulu di salah satu Cafe yang tidak jauh dari kantornya.

Karena saat dirumah ia belum sempat sarapan, dengan alasan karena ia belum merasa lapar, namun saat setengah perjalanan nya menuju kantor, ia tiba-tiba teringat bahwa ia belum meminum obatnya.

Langit memilih duduk di meja paling ujung bagian depan, karena selain ia dapat merasakan sejuknya udara pagi, disana juga ia dapat melihat dengan jelas lalu lalang kendaraan yang tampak mengular memenuhi jalanan Ibukota pagi ini.

Selesai menghabiskan sarapan dan meminum obatnya, Langit memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanannya menuju kantor, namun saat ia hendak keluar dari Cafe tak sengaja pandangannya teralihkan pada sosok Aslan yang tengah bersama wanita lain.

Disana tepatnya di meja yang berada di paling tengah, keduanya terlihat akrab, bahkan Langit dapat melihat dengan jelas jika wanita dihadapan Aslan berkali-kali tersipu dengan pipi memerah saat Aslan mengatakan sesuatu yang tentu tak bisa ia dengar.

*

*

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ambil aja poto nya kirim ke Tika,biar dia tau siapa Aslan,,

2023-01-12

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Udah deh Tika,rasa nya sudah cukup hukuman utk Langit,sekarang lebih baik kamu jujur dgn hati kamu,,jgn memaksa diri lagi,,

2023-01-12

0

Ris Andika Pujiono

Ris Andika Pujiono

nah lho aslan ternyata...

2022-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!