Es teh manis

Deg!

Jantung Cantika berdebar cepat, dengan aliran darah yang terasa memanas, yang menyebar keseluruh tubuh, hingga membuat wajahnya ikut terasa panas.

Dimeja bagian ujung sana, sang abang dan ketiga sahabatnya yang masih ia kenali itu terlihat tengah mengobrol ringan, sementara Langit menatap tepat kearahnya tanpa berkedip.

Tak mau terlihat gugup dan dianggap tidak bisa move on darinya, Cantika melanjutkan langkah, kemudian memilih duduk di salah satu meja yang hanya berjarak dua meteran dari meja yang saat ini di duduki Langit.

"Lho, Sat itu_ itu Cantika bukan sih?" seru Haikal seraya menepuk pundak Satria dengan sedikit keras, membuat Satria sontak mengikuti kemana arah pandang Haikal.

"Bener kan, adek Lo." sambungnya antusias.

"Eh kok bisa ada disini ya, bentar gue mau samperin dulu." ucapnya yang langsung beranjak menghampiri sang adik.

"Dek?"

''Lho, Abang!"

''Ngapain disini, sama siapa?" celingukan menatap sekitar.

"Sendiri."

"Abang kira, selama enam tahun tinggal di Jogja bakal lupa sama tempat ini."

"Mana mungkin lah, aku nggak semudah itu melupakan." jawab Cantika, yang membuat Satria terkekeh kecil.

"Dek, gabung sama mereka yuk, sama teman-teman abang, masih ingat kan sama mereka?" melirik kearah sahabatnya yang melambaikan tangan kearah Cantika dengan senyum lebar.

"Malu ah."

"Lho malu kenapa, dulu juga kamu sering ikut Abang kalau futsal, dan hampir setiap hari ketemu mereka."

"Ihs itu kan dulu bang, sekarang udah beda ce_"

"Apa bedanya, ayok ah." tanpa menunggu persetujuan dari sang adik, Satria bergegas menarik tangannya.

"Hallo cantik, gimana kabarnya nih, makin cakep aja sih, meleleh hati Abang dek." celetuk Andre, seraya mengulurkan tangannya.

"Sesuai namanya Cantika, karena emang benar-benar Cantik." Adam ikut berdiri, merebut tangan Cantika dari genggaman Andre.

"Abang kira tadi ada bidadari nyasar, habisnya cantik banget." Haikal ikut menimpali, sementara disampingnya Langit tampak berdeham pelan ikut berdiri menyalami Cantika dengan wajah tenangnya.

Kemudian mereka kembali duduk di kursinya masing-masing begitupun dengan Cantika, yang ditempatkan Satria duduk disampingnya, yang berhadapan langsung dengan Langit.

"Buruan pesanin satenya Kal, gue biasa ya! lima belas tusuk, ditambah nasi timbel satu, sama kayak si Adam." ujar Andre, mendorong pelan tubuh Haikal untuk memesan langsung pada mang Asep si pemilik pondok.

"Elo gimana Lang, masih porsi biasa?" tanya Haikal, yang diangguki Langit.

"Elo Sat_"

"Gue pesan sendiri, sekalian mau pesanin buat Cantika juga." potong Satria, kemudian mengajak Haikal bergegas menuju tempat pemanggangan.

Sementara di meja sana, Cantika memalingkan wajah dengan perasaan canggung, terlebih saat ia menyadari tatapan Langit yang sejak tadi mengarah padanya.

"Cantik, besok katanya ulang tahun ya, mau hadiah apa dari Abang." ujar Andre, membuat perasaan Cantika sedikit lebih tenang.

"Nggak perlu hadiah bang, cukup datang aja, Tika udah senang kok."

"Kalau soal datang nya, abang pasti datang kok, oh iya ngomong-ngomong Cantika udah punya pacar belum sih?!"

Cantika meringis kecil.

"Diam, abang anggap belum ya."

"Lo kok maksa sih Ndre." ucap Adam terlihat kesal.

"Lho! siapa yang maksa, Lo nggak lihat gue lagi berusaha mendapatkan hati bidadari idaman gue."

"Tika jangan mau sama si Andre, dia itu udah dijodohin ibunya sama anak pak lurah dari sejak dalam kandungan." celetuk Adam, yang langsung mendapatkan toyoran dikepalanya.

"Sialan! sembarangan banget Lo kalau ngomong, bilang aja kalau Lo takut kalah saing sama gue iya kan, ngaku Lo!"

"Kenapa harus takut kalah saing sama elo, yang jelas-jelas wajah Lo udah mirip kayak panci yang ditambal seribu kali."

"CK, elo sendiri malah lebih mirip saringan dawet."

"Anjir."

Cantika hanya bisa menghela napas melihat perdebatan keduanya yang tak berujung, merogoh ponselnya dari dalam tas yang beberapa kali berbunyi yang menandakan ada sebuah notifikasi pesan chat masuk.

Tanpa sadar ia tersenyum saat membaca isi pesan tersebut.

Sementara dihadapannya, Langit terus menatapnya tanpa ada rasa bosan sedikitpun, terlebih posisi mereka yang berhadap-hadapan membuat Langit lebih leluasa untuk terus menatap wajah Cantika lebih lama.

Meski ada perasaan tak terima, saat lagi-lagi Cantika tersenyum manis didepan ponsel yang dipegangnya.

Tak lama berselang, Satria kembali membawa sebuah nampan coklat yang berisi dua piring sate dan satu piring nasi.

"Nih spesial buat adek yang paling Abang sayang."

"Terimakasih Abang." Cantika menampilkan senyum terbaiknya, yang dibalas Satria dengan mengusap lembut kepalanya.

"Abang." keluhnya.

"Iya iya, Abang lupa! kalau adek abang sekarang udah gede." ringis Satria, saat menyadari kesalahannya yang masih mengusap kepala sang adik.

Dan hal tersebut tidak luput dari pandangan Langit.

"Minumnya apa dek?"

"Es teh manis." Langit yang menyahut membuat keempat sahabatnya sontak saling pandang.

"Emangnya kamu suka es teh manis dek? sejak kapan?" tanya Satria bingung, pasalnya dari kecil adik bungsunya itu tak menyukai yang berhubungan dengan teh.

Cantika menggeleng, "nggak."

"Abang pikir yang dikatakan Langit benar, karena seingat abang dari kamu kecil nggak suka yang namanya aroma teh, apalagi sampai meminumnya."

Uhukkk..

Langit yang mulai mengunyah makanannya hampir saja tersedak saat mendengar penuturan Satria, mengenai Cantika yang tidak menyukai teh sejak kecil.

Pasalnya saat mereka sering jalan berdua enam tahun yang lalu, Cantika selalu meminum minuman yang sama dengan dirinya yaitu, es teh manis.

Dan Cantika tidak pernah mengeluh, walau sesekali ia menangkap ekspresi lain dari wajah gadis itu saat tengah meminumnya.

Mungkinkah Cantika memang benar-benar tidak menyukai es teh manis, dan hal itu ia lakukan karena dulu Cantika benar-benar menyukai dirinya, lalu sekarang?

Ada yang terasa sesak didalam sana, terlebih saat melihat tatapan dingin Cantika terhadapnya.

"Wah si Langit sok tahu nih." celetuk Haikal.

"Gue cuma nebak, soalnya dulu gue sering jalan sama cewek, dia bilang kalau dia suka banget sama es teh manis." jawab Langit penuh penekanan, dengan tatapan yang mengarah pada Cantika.

''Ya bedalah, ini kan Cantika, bukan cewek yang Lo bilang itu."

"Iya, tapi seharusnya kalau dia emang nggak suka, ya bilang aja nggak suka, kenapa harus maksain."

"Lo ngomong apa sih Lang?" Haikal semakin dibuat bingung, namun setelahnya ia memilih tak peduli, karena akhir-akhir ini sikap Langit memang terlihat aneh.

"Udah udah, pada dihabisin dulu makanannya, gue nggak bisa lama-lama soalnya, karena habis ini gue mau anterin adek gue dulu." ucap Satria memotong pembicaraan keduanya.

"Abang nggak usah anterin aku pulang, aku bisa sendiri, tadi juga kan keluar sendiri." sahut Cantika tak terima jika sang abang terus memperlakukan nya seperti anak kecil.

"Nggak bisa dek, kamu itu anak gadis, bahaya kalau keluar sendirian, apalagi kalau bunda sampai tahu, bunda tahu nggak kamu keluar?!"

Cantika menggigit bibir bawahnya dengan gelengan kecil.

"Tuh kan!"

*

*

"Abang bisa nggak sih, nggak usah berlebihan kayak gini, Cantika udah gede, udah bisa jaga diri Abang." protes Cantika, saat keduanya kini berada didalam mobil Satria hendak mengantarkan nya pulang.

"Tapi kamu itu perempuan dek."

"Masalahnya dimana."

"Dimana-mana." jawabnya sambil tergelak.

"Abang ihs."

"Dek dengar,! abang begini karena abang sayang banget sama kamu, kita semua sayang sama kamu, kamu satu-satunya anak gadis dikeluarga kita, dan abang nggak akan pernah membiarkan sesuatu hal buruk terjadi sama kamu."

"Nafisa sama Yasmine juga anak gadis."

"Mereka beda cerita, lagi pula kan mereka masih kecil."

"Ya justru yang harus dikhawatirkan itu yang masih kecil, bukan yang udah segede gajah begini."

"Emangnya kamu udah ngerasa Segede gajah?" tanyanya dengan kekehan kecil, yang membuat sang adik mengerucutkan bibirnya.

"Nggak juga sih."

Satria menepikan mobilnya sebentar, sebelum kemudian menghela napasnya, menoleh kearah sang adik dengan tatapan lembut.

"Intinya apapun yang kami lakukan, kami ingin yang terbaik untuk mu dek."

*

*

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Sering jalan jalan berdua??Katanya Langit selalu menolak cinta Tika,,🤔🤔🤔

2023-01-12

1

bunda Earsa

bunda Earsa

duuhhh...
senengnya punya abang yg perhatian...
semoga cinta Cantika ke langit terbalaskan😁👍👍👍

2022-07-27

1

Tri Sudarso

Tri Sudarso

syukuri loe langit...q seneng ma sikapnya cantik...pertahankan cantik biarkan langit yg mengejarmu...

2022-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!