"Lepas bang! saya sibuk." sentaknya, membuat Langit seketika melepaskan cekalannya, membiarkan Cantika melangkah pergi.
"Apa saya sudah tidak ada artinya lagi di mata kamu?" ujar Langit, yang membuat langkah Cantika terhenti seketika, mematung hingga beberapa saat, bahkan hingga menit berlalu Cantika memilih untuk tetap diam, kemudian memejamkan mata, dengan kedua tangan yang memegang erat rantai yang menjadi tali tas yang saat ini dikenakannya.
Suara itu, suara lembut Langit saat ini, yang jarang dan hampir tak pernah ia dengar sebelumnya.
Mungkin jika hal tersebut terjadi saat dulu, Cantika akan dengan sangat bahagia, berbalik kemudian memeluknya.
Tapi tidak untuk sekarang!
Semenjak kepergian nya meninggalkan kota Jakarta enam tahun yang lalu, ia sudah memutuskan untuk tidak lagi berharap pada Langit, meskipun harus menahan rasa sakit yang tak berujung sekalipun.
"Diantara kita tidak pernah ada sesuatu yang penting, jadi saya rasa saat inipun tidak ada yang perlu dibicarakan."
Deg!
"Saya harus segera pulang, permisi!" lanjut Cantika, bergegas melangkah cepat hendak meninggalkan area Cafe menuju pangkalan ojek, namun lagi-lagi langkahnya kembali tertahan.
"Tika, Tika tunggu! biar saya yang antar kamu pulang." Langit menahan tangan Cantika yang hendak pergi, membuatnya men desah kesal dengan sikap Langit saat ini.
"Please! biarkan saya yang mengantar kamu pulang ya?" lanjutnya dengan nada suara yang terdengar lembut dan penuh kekhawatiran.
"Tap_"
"Tika dengar! saya nggak masalah kalau kamu nggak mau ngomong sama saya, tapi setidaknya kamu mau ya ikut sama saya, lagi pula kalau kakak kamu sampai tahu kamu pergi sendirian dia pasti akan sangat marah, percaya sama saya!"
"Ayok!"
Tanpa menunggu persetujuan dari Cantika, Langit menarik tangannya sedikit paksa, membuka pintu mobil kemudian mendorong pelan tubuh Cantika kedalam mobilnya, tak mempedulikan gadis tersebut yang beberapa kali memberontak minta dilepaskan.
Kemudian bergegas melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Tika?"
Hening, seperti biasa! Cantika akan memilih diam saat Langit memanggil namanya.
"Besok, dan sepuluh hari kedepan, saya ada pekerjaan di Bandung." menoleh kearah Cantika yang terlihat sama sekali tidak bereaksi dan terpengaruh dengan ucapannya.
"Kita tidak akan bertemu selama beberapa hari."
"Tika, apakah kamu mendengar apa yang barusan saya ucapkan?" tanyanya seraya menoleh sebentar kearah Cantika, dengan tangan yang fokus mengendalikan kemudi.
"Dengar!" jawab singkat Cantika, membuat Langit terpaksa menghentikan mobilnya sejenak, menepikannya ke bahu jalan.
"Kamu tidak keberatan jika kita berpisah selama itu?" lanjutnya, tak tahan dengan sikap cuek Cantika, akhirnya Langitpun hanya bisa pasrah, menurunkan sedikit egonya.
"Tika?"
Meskipun tak berhadapan langsung dengannya, namun Langit dapat melihat ada senyuman sinis yang terpancar dari raut wajah Cantika.
"Kenapa harus keberatan, Abang lupa! kita bahkan tidak pernah bertemu selama enam tahun, dan seperti yang abang lihat, saya baik-baik saja bukan,? lagi pula nggak ada alasan bagi saya untuk merasa keberatan seperti yang abang kira." jawaban telak Cantika membuat Langit terdiam seketika.
Sementara itu Cantika melengos memalingkan wajahnya menatap keluar, sebelah tangan kirinya mencengkram sisi dress yang dikenakannya saat ini, untuk melampiaskan perasaan yang tengah berkecamuk, hingga membuat dadanya terasa seperti terhimpit batu.
Sangat berat, dan menyesakkan.
"Bisa kita lanjutkan perjalanan nya, atau turunkan saya disini saja." ucap Cantika, setelah ia berhasil mengendalikan emosinya.
"Jangan! baik, kita lanjutkan." balas Langit berusaha menepis perasaan gundahnya.
*
"Terimakasih." ucap Cantika, begitu ia keluar dari mobil milik Langit.
"Tika?"
Tak mempedulikan Langit yang memanggil namanya berulangkali, ia bergegas memasuki rumah, melangkah sedikit berlari menuju kamar, melompat keatas kasur kemudian menelungkupkan wajahnya disana, menangis sepuas yang ia mau.
Sementara dibawah sana berkali Langit melirik pintu coklat dihadapannya yang tak kunjung terbuka.
Menunduk dengan helaan napas berat, dan dengan berat hati ia kembali melajukan mobilnya meninggalkan rumah Cantika.
Sesampainya di rumah, Langit melemparkan sembarang kunci mobilnya diatas meja, melangkah menuju kamarnya, membuka laci mencari sesuatu yang selalu ia simpan disana, lalu membawanya ke balkon.
Menarik salah satu kursi kemudian menjatuhkan tubuhnya disana, dan mulai menyalakan rokok yang barusan ia bawa.
Arrggggh!
Langit mengacak rambutnya beberapa kali melampiaskan perasaan yang ia sendiri tidak mengerti, ia pikir dengan ia merokok dapat sedikit melupakan tentang bayang-bayang Cantika, yang sebulan terakhir ini memenuhi hati dan isi kepalanya.
"What happened to me."
Sekali lagi ia mengacak dan menjambak rambutnya sendiri.
Arrggggh!
"Kamu pikir kamu siapa, kenapa terus mengganggu pikiranku, Emily Cantika Putri, gadis kecil labil dan manja." gumamnya, seraya menggerus rokoknya dengan penuh emosi.
*
*
Hallo readers tercinta, apa kabarnya? semoga sehat selalu ya, peluk jauh untuk kalian 🥰
Terimakasih sudah mengikuti kisah cinta Cantika dan Langit, terimakasih untuk like, komen, dan dukungannya 😊🙏
Pagi ini Author up sedikit dulu, biar kalian nggak terlalu lama nunggu.
Kalau nggak ada halangan dilanjutkan sore ya 😊
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
HR_junior
mng seblm crita ini ada crita lainya toh..crita si Tika yg nngejar langit kak athor
2024-06-07
1
Sulaiman Efendy
SAKITKN DICUEKIN, DLU TU BOCAH KEJAR2 CINTA LOO, TPI LO SKITI HATINYA, KRN LO ANGGAP DY MSH BOCAH, HINGGA BOCAH TU NYERAH, MSKI DI HATINYA MSH MNCINTAI LOO
2023-01-23
2
Qaisaa Nazarudin
wkwkwk emang nya kenapa?? apa hubungan nya dgn kamu yg mau pergi ke bandung selama 10 hari itu?? kamu pikir dia peduli,kepedean banget🙄🙄
2023-01-12
0