Kembali 2

"Abang ihs lama banget?" keluh Cantika, dengan bibir mengerucut, ketika sang abang tiba di Stasiun, setelah ia menunggu hampir satu jam lamanya.

"Iya dek abang lupa, maaf ya!" mengusap kepala sang adik seperti biasanya.

"Abang bisa nggak, nggak usah ngacak-ngacak rambut aku, udah gede lho aku sekarang Abang." protesnya.

"Masa sih sudah gede, coba Abang lihat." menggandeng lengan sang adik kemudian mensejajarkan tubuhnya yang ternyata hanya sebatas dadanya.

"Pendek begini kok, kata siapa sudah gede."

"Abang!" rengeknya, dengan bibir yang kembali mengerucut, sementara Satria tergelak sembari mengambil alih membawa koper Cantika, dan merangkul bahunya.

"Bagi Abang, dari dulu sampai sekarang, kamu tetap adik kecil abang dek."

"Tapi sekarang udah gede bang, udah dewasa."

"Iya, iya." jawabnya, sembari mengacak rambut Cantika untuk yang kedua kali, membuat gadis tersebut mendelik kesal.

"Euhmz bang, bang Langit apa kabar?" tanyanya lirih, sembari menggigit bibir bawahnya, sebenarnya ia tak ingin mengingat-ingat lagi tentang seorang Langit, namun entah mengapa sudut hatinya yang lain merasa sangat penasaran mengenai kabarnya yang sekarang.

Satria menghentikan langkahnya, dengan kernyitan didahi. "Kenapa tiba-tiba nanyain Langit?"

"Uhmz, itu_ itu dulu kan bang Langit temannya Abang." ucapnya gugup.

"Iya, teman Abang! tapi teman abang kan banyak dek, bukan cuma Langit."

"Ihs Abang, tinggal jawab doang kenapa?"

"Kamu suka sama Langit?" tanyanya menatap sang adik dengan tatapan menyelidik.

"Abang ihs ngaco, nggak! bukan."

"CK, kalau iya juga nggak apa-apa, dia tambah ganteng lho sekarang, udah punya perusahaan sendiri juga, Abang salut sama dia, salut sama kegigihannya juga, Abang kalah jauh kalau dibandingkan sama Langit dek." ujar Satria, saat mengingat bagaimana kerasnya perjuangan Langit selama ini.

Cantika menunduk dalam, mendengar ucapan sang abang barusan membuat sudut hatinya semakin merasa bahwa dirinya tak memiliki harapan apapun dengan Langit, terlebih dengan popularitas Langit yang sekarang.

"Ayo naik!"

"Abang, ini mobil baru?" tanyanya, saat melihat sang abang membuka bagasi mobil yang dibawanya saat menjemput Cantika tadi.

"Bukan! ini mobilnya, si Dahlan! tadi Abang ke perusahaan bawa motor, terus abang baru ingat kalau kamu pasti bawa barang banyak, jadi tadi Abang minjem punya dia dulu makanya lama."

Cantika mengangguk mengerti.

Kemudian memasuki mobil, yang pintunya sudah dibukakan oleh sang abang.

"Yasmine sama Levine udah bisa apa sekarang bang?" tanyanya ketika mereka sudah berada dimobil dalam perjalanan pulang.

"Udah bisa ngacak-ngacak seisi rumah." jawabnya sambil terkekeh, Yasmine dan Levine merupakan putra putri kembar kedua Satria dan Stela, sementara putra kembar pertama mereka Zahran dan Zayyan sudah memasuki sekolah TK.

"Jadi nggak sabar pengen ketemu mereka."

"Mereka juga kayaknya udah kangen banget sama Aunty nya."

"Abang sih sok sibuk, jarang banget datang ke Jogja, beda sama bang Satya."

"Ya jelas dong dek, Abang udah punya empat anak, empat-empat nya sedang di tahap yang luar biasa, kasihan kak Stela."

"Iya-iya bercanda Abang." hiburnya, Cantika cukup paham dengan kondisi sang abang selama ini, memiliki putra putri kembar itu memang bukanlah sesuatu yang mudah, terlebih sang abang memiliki empat anak kembar sekaligus.

Meski Zahran dan Zayyan terpaut usia empat tahun dengan adiknya, Yasmine dan Levine, namun mereka juga belum cukup mengerti untuk tidak membuat onar setiap harinya.

Sementara Satya, dia baru dikaruniai satu orang anak perempuan yang diberi nama Nafisa, yang kini memasuki usia tiga tahun.

Keduanya larut dalam obrolan ringan, hingga tanpa mereka sadari mobil yang ditumpangi keduanya telah sampai dirumah kedua orang tuanya.

"Tahu nggak kalau hari ini bunda pulang sore, katanya ada acara tahunan sama ayah, di kantor cabang." ujar Satria, sembari mengeluarkan koper dari dalam bagasi, kemudian membawanya keteras depan.

"Tahu, tadi kan bunda udah ngechat aku duluan."

"Yaudah, masuk gih! Abang musti balik kekantor soalnya." melirik jam dipergelangan tangannya, yang menunjukkan hampir jam satu siang.

"Iya Abang, hati-hati dijalan."

"Iya, kamu juga jangan lupa makan, istirahat! pasti cape kan?"

"Iya."

Setelah memastikan Cantika masuk, Satria pun bergegas kembali ke kantor, sebuah perusahaan yang menjadi tempatnya mengumpulkan pundi-pundi rupiah, untuk menghidupi anak dan istrinya selama ini.

Sebuah perusahaan yang sebenarnya milik sang ayah, namun ia memilih menjadi karyawan biasa.

*

*

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sukses

2023-04-17

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

wahh udah married semua teenyata,Terus2 si El udah berapa org anaknya??😁😁 setelah tamat baca yg ini langsung meluncur ke novel si kembar😁😁

2023-01-12

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

wwuuiihh udah marriied ternyata,udah punya 2 pasang kembaran,,gen bapak nya ya kembar😂😂

2023-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!