"Wah, mas Langit lama di Bandung tambah ganteng saja ya." puji mang Aan yang merupakan petugas yang berjaga dirumahnya.
"Bisa saja mamang ini! Gimana selama saya tinggal, rumah aman kan?"
"Aman mas! nggak ada yang berani gotong." jawab mang Aan sekenanya.
"Eh tapi mas Langit kok kayak kurusan ya, agak pucat juga kalau dilihat-lihat." lanjut mang Aan setelah memperhatikan wajah Langit dari dekat.
"Perasaan mamang aja kali,"
"Beneran lho mas."
"Selama saya tinggal nggak berantem kan sama bi Esih? oh iya mang dibagasi mobil ada sedikit oleh-oleh, mamang ambil terus bagi dua sama bi Esih ya." ucapnya mengalihkan pembicaraan sembari berjalan masuk kedalam rumah dengan tangan yang menarik koper besarnya.
"Eh iya mas, makasih ya!" ucapnya sedikit berteriak, pasalnya Langit sudah tak terlihat lagi.
Selesai mandi, Langit mengambil ponselnya kemudian membawanya keatas kasur, memijat beberapa kali keningnya yang terasa ngilu.
Kemudian terkekeh geli saat melihat rentetan kalimat Absurd dari keempat sahabatnya yang memenuhi pesan grup chat saat ini.
Satria.
"Oy, si Langit sore ini balik pemirsa!"
Haikal.
"Uwohoo, jam 7 cus ke Warkop Cang Naim ngab!"
Adam
"Asyiiaap."
Andre
"Oyyy, tungguin gue, gue lagi dirumah sakit nih."
Haikal.
"Ngapa Lo Ndre, jatoh dari pohon toge?"
Adam
"Paling-paling nyungseb lagi diselokan kayak waktu itu."
Andre
"Sialan Lo berdua, serius gue lagi dirumah sakit, kagak sengaja tadi nyerempet nenek-nenek sampai giginya copot satu."
Adam
"Kejam banget lo sama orang tua, awas kualat nanti."
Andre
"Udah gue bilang kagak sengaja, gimana sih Lo!"
Haikal
"Nenek-nenek nya janda apa bersuami Ndre?"
Andre
"Harus emang gue tanyain janda atau nggaknya."
Haikal
"Maksud gue bawa aja nenek-neneknya kesini gitu, jodohin sama Cang Naim mblo."
Adam
"Cang Naim udah resmi pacaran kali sama ceu Edoh."
Haikal
"Hah seriusan, yaudah kagak jadi dibawa deh Ndre, Cang Naim udah punya calon katanya."
Langit menghela napas, beralih ke menu utama ponselnya, kemudian menekan tombol hijau dimana ada kontak Cantika tertera dengan jelas disana.
satu kali.
dua kali.
Tidak ada jawaban.
Namun di panggilan ketiga, tubuh Langit mendadak kaku dengan napas tercekat, saat suara lain dari sebrang sana menyapa Indra pendengarannya.
"Hallo."
"Hallo, ini siapa ya, Cantika nya sedang ke toilet."
Langit memutus sepihak panggilan telpon tersebut, kemudian melemparkan sembarang ponselnya keatas kasur.
Mengusap wajah gusar, turun dari atas ranjangnya mengganti pakaian, mengambil kunci mobil serta ponselnya yang sempat ia lempar tadi.
Bergegas ia berlari kearah garasi, memasuki mobilnya yang baru beristirahat beberapa menit yang lalu, melajukan nya secepat mungkin, tanpa menghiraukan mang Aan yang memanggil-manggil namanya berulang kali.
ArsenioCafe.
Sebuah tempat yang berhasil menggagalkan fokus Langit saat ini.
Tanpa pikir panjang, ia menaikan laju kecepatan mobilnya hingga sampai ditempat tujuan.
Langit membuka separo kaca mobilnya, men desah kecewa saat orang yang ia cari tidak ditemukan keberadaannya.
Namun, bukan Arbi Langit Perkasa namanya jika ia menyerah sampai disitu, menutup kembali kaca mobilnya kemudian turun dari mobil tersebut.
Satu langkah.
Dua langkah.
Mendadak kepalanya terasa berat, dengan mata berkunang-kunang, sempat melihat seseorang yang dicarinya tengah berdiri menatapnya dengan raut tak terbaca sebelum kemudian tubuhnya oleng, dan tak sadarkan diri.
Brukkk..!!
*
*
Langit membuka kedua bola matanya dengan gerakan perlahan, bergerak menatap ke sekeliling, bau obat-obatan khas rumah sakit menyeruak memenuhi rongga hidungnya.
Ini bukan kamarnya.
Menoleh, saat suara pintu terbuka, disana tampak keempat sahabatnya bergantian menyembul dibalik pintu.
"Aduhh gimana sih lu bro, jagoan malah tumbang begini." celetuk Haikal, seraya menggeser tubuh Langit, kemudian duduk disisi brankar pesakitan tersebut.
"CK, pulang-pulang Lo malah sakit begini sih Lang, serius gue kangen banget sama teraktiran Lo, cepat sembuh bro." Adam mengelus bahu Langit, yang dianggukinya dengan gerakan pelan.
"Lo tahu kagak Lang, tadi gue baru aja dari sini, nganterin nenek-nenek yang nggak sengaja gue tabrak, eh baru juga gue pulang udah dapat kabar yang kagak enak dari si Satria, Lo kenapa sih bisa telat makan, kurusan juga Lo sekarang! disana kagak ada yang jualan makanan emang? atau Lo kehabisan duit buat belinya." timpal Andre yang merasa cemas dengan keadaan sahabatnya kini.
Langit men desah lirih, memijat dahinya yang memang masih terasa ngilu, kemudian mencoba mengingat-ingat hal yang menjadi penyebab dirinya berada diruangan itu.
"Gue bawa buah Lang, tapi rencananya mau gue makan separoh, laper! gue belum makan soalnya, tadi itu gue habis bantuin nyokap nganterin pesanan, jadi gue nggak sempat makan, karena si Satria keburu telpon, dan ngabarin kalau Lo pingsan di depan Cafe." curhat Adam, dengan mulut penuh mengunyah anggur.
Cukup lama mereka mengobrol, sesekali mengajak Langit bercanda, sebagai upaya untuk menghibur Langit yang memang benar-benar terlihat sakit.
Menjelang magrib mereka pun memutuskan untuk pulang, khawatir jika orang tua mereka menunggu terlalu lama, terlebih Andre dan Haikal tidak membawa ponselnya.
"Sat, lo_" Langit mengerutkan kening saat melihat Satria kembali memasuki ruangan tersebut dengan tatapan tak terbaca.
Santai Satria menarik kursi pelastik yang didudukinya tadi, kemudian menatap Langit dengan kedua tangan yang dilipat didepan dada.
Wajah dan bibir pucat pasi, dengan mata sayu yang terlihat menyedihkan.
"Lo lagi ada masalah Lang,?"
"Dokter bilang, asam lambung Lo naik! Lo jarang makan Lang? benar yang dibilang si Andre tadi, kalau sekarang Lo terlihat kurusan." lanjut Satria tanpa mengalihkan tatapannya dari Langit.
"Gue_"
"Lo tahu siapa yang udah bawa Lo kesini?" sambung Satria, yang hanya dibalas gelengan kecil oleh Langit.
"Yakin Lo nggak ingat?"
"S-siapa memangnya?"
"Adek gue."
Deg!
Langit melebarkan matanya seketika.
"Iya, adek gue yang udah bawa elo kesini, tapi dia nggak bisa nemenin elo karena sore ini dia ada janji sama bang Aslan."
Deg!
Lagi-lagi jantungnya berdegup kencang antara senang, sekaligus sedih, saat mendengar gadis yang begitu ingin ditemuinya telah menolongnya hari ini, sedih karena kabar kedekatan Cantika dengan Aslan benar adanya.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ris Andika Pujiono
Langit sih gitu suka nyakitin
2022-10-16
0
Uthe Uut
Bisa ya cantika se cuek itu sama langit...
2022-08-02
0
Liee Yoeliee
belum Up kak 😊
2022-08-01
0