"Bukannya om mau langsung melihat proyek pembangunan Mall yang ada disamping lapangan golf itu om, bagaimana kalau Cantika biar saya saja yang antar, kebetulan perusahaan saya kan searah dengan rumah om."
"Apa tidak merepotkan kamu Lang,?"
"Tidak sama sekali om." jawabnya sopan.
Ando terlihat berpikir, kemudian menoleh kearah putrinya yang tampak menegang.
"Gimana dek, dianter Langit mau?!"
"Nggak yah, Tika naik taxi saja." tolaknya halus, sembari merapalkan doa dalam hati, agar sang ayah tak memaksanya untuk ikut bersama Langit.
"Tapi ayah khawatir, dua Minggu ini kan kamu belum kemana-mana dek, jadi ayah lebih tenang kalau kamu di antar sama Langit saja."
"Yah tapi_"
"Ini demi keselamatan kamu dek, seharusnya memang ayah yang mengantar kamu pulang, tapi waktu ayah hanya sedikit, sebentar lagi pengiriman matrial akan segera sampai disana."
"Tap_"
"Sudah, sudah! ayah jamin kamu akan aman bersama Langit, betul begitu kan Langit?" menatap Langit yang menganggukan kepalanya cepat.
Cantika men desah pelan, mau tidak mau akhirnya ia hanya bisa menuruti keinginan sang ayah, untuk ikut bersama Langit.
*
"Saya duduk dibelakang saja." ucap Cantika, tanpa mempedulikan Langit yang sudah membukakan pintu mobil bagian depan untuknya.
Didepan sana, Langit hanya bisa menghela napas pelan, kemudian mulai memasuki mobil, melajukannya meninggalkan area perusahaan milik Ando, dengan kecepatan sedang.
Berkali ia melirik wajah Cantika lewat kaca spion, yang memperlihatkan dengan jelas wajah dingin Cantika, yang menatap kearah luar.
Tidak ada lagi senyum ceria yang sering gadis itu perlihatkan padanya, tak ada lagi gombalan-gombalan receh yang keluar dari bibir mungilnya, tak ada lagi tatapan hangat yang sering menatapnya dengan tatapan memuja seperti dulu.
Cantika benar-benar berubah, seratus delapan puluh derajat dari Cantika yang ia kenal dulu.
Dan hal tersebut berdampak pada perasaan Langit yang mendadak resah, seolah tidak terima dengan sikap Cantika yang sekarang.
Kini dibenaknya dipenuhi dengan banyak pertanyaan, Apakah Cantika marah karena ucapannya dulu, karena seingatnya saat itu untuk pertama kalinya ia melihat Cantika menangis dihadapannya, dan berkata jika ia akan menyerah dengan perasaannya, dan tidak akan pernah mengganggunya lagi.
Atau Cantika yang sekarang telah memiliki kekasih, dan sipat dinginnya ia perlihatkan untuk menjaga perasaan seseorang yang kini dicintainya.
Enam tahun?
Ya, enam tahun! diwaktu selama itu, tidak mungkin jika tidak ada sesuatu yang berubah bukan, jangankan waktu selama itu dalam hitungan hari, Minggu, ataupun bulan, sesuatu bisa saja terjadi.
Terlebih selama itu, batin Langit.
Selama diperjalanan tidak ada satupun dari mereka yang memulai percakapan, berkali Langit berdeham untuk mengusir keheningan, dan diwaktu yang sama Cantika masih diam di posisi semula.
Hingga akhirnya Langitlah yang memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu.
"Euhmz Cantika apa kabar, lama ya kita tidak bertemu." menoleh sebentar kearah Cantika yang seperti enggan menjawabnya.
"Bagaimana selama tinggal disana, apakah menyenangkan.?"
"Baik."
"Lumayan."
Jawaban singkat Cantika, membuat Langit tanpa sadar mencengkram erat kemudi, menarik napas dalam, kemudian menghembuskan nya secara perlahan.
Namun, ia masih berusaha untuk terlihat tenang, seolah tidak terjadi apa-apa.
Beberapa menit berlalu, begitu mobil berhenti tepat didepan rumah kedua orang tuanya, Cantika bergegas turun setelah mengucapkan terimakasih pada Langit, tanpa menatapnya.
Sementara didalam mobilnya, Langit masih setia menatap tubuh Cantika, hingga punggung mungil milik gadis tersebut menghilang dibalik pintu.
*
"Cielah, sekalinya kagak bawa papan segi empatnya, malah galau." cibir Haikal pada Langit yang tak lagi membawa laptop seperti biasanya.
"Kenapa Lang, Lo lagi ada masalah! si Kiran bikin ulah lagi bukan sih.?" seru Satria, saat melihat Langit yang tidak bersemangat seperti biasanya.
"Udah sih putusin aja, ngapain nenek sihir bermuka dua gitu masih Lo pertahankan, cewek yang suka sama Lo masih banyak kali Lang." timpal Andre yang memang sejak awal tidak menyukai Kiran.
"Gue udah bilang, gue sama Kiran nggak ada hubungan apa-apa." jelas Langit.
"Jadi benar kan, selama ini dia itu memang cuma ngaku-ngaku." Timpal Adam.
"Oh iya Sat, gue sampai lupa mulu mau nanya, minggu lalu Lo bilang mau jemput adek Lo kan ke Stasiun, jadi Cantika udah balik ke Jakarta?" Adam menoleh kearah Satria yang berada disampingnya, sedangkan Langit yang semula sibuk dengan pikirannya sendiri, kini mendadak tertarik untuk mendengarkan obrolan keempat sahabatnya.
"Iya, kenapa emang Dam?"
"Ya, nanya aja sih, eh ngomong-ngomong adek Lo sekarang tambah cakep pastinya ya, secara waktu kecilnya aja cakep banget, sekali-kali kalau kita lagi nongkrong dibawa ya."
"CK, mana mungkin dia mau, orang dirumah aja nggak pernah kemana-mana selain kerumah gue, Kerumah bang El, paling jauhnya ya kerumah si Satya."
"Masa sih?"
"Seriusan gue, kalau soal cakep, adek gue emang cakep banget, gue berani jamin kalau Lo ketemu dia pasti langsung suka."
"Emang adek elo belum punya pacar Sat,?"
"Kayaknya sih belum."
"Kok gue nggak percaya yah, mana mungkin cewek secantik dia nggak punya pacar sih Sat, elo nya aja yang nggak tahu kali."
"Gue sih nggak tahu pasti ya, tapi gue yakin adek gue itu belum punya pacar."
"Gue mau daftar Sat, boleh kali ya."
"CK, Cantika yang cantiknya kayak bidadari mana mau sama elo yang tiap malam tidurnya ngelonin anabul, geli yang ada, dia Dam." Cibir Haikal.
"Sialan!"
"Lima hari lagi adek gue ulang tahun." seru Satria, yang membuat ketiga sahabatnya bersorak riang, berbeda dengan Langit yang terlihat biasa saja.
"Eh seriusan, ada acara besar dong ya dirumah orang tua elo Sat?" Adam terlihat paling antusias diantara yang lainnya.
"Iya sih, yang diundang Cantika lumayan banyak, kebanyakan teman-teman masa kecilnya dulu, tapi sahabatnya bokap gue juga banyak sih."
"Jadi kita seriusan di undang nih?"
"Ya, datang aja."
"Lho! Lo mau kemana Lang?" seru Haikal saat melihat Langit hendak beranjak dari duduknya.
"Balik."
"Elah, masih ada waktu setengah jam lagi kali bro."
"Gue banyak kerjaan." sahutnya, tanpa menoleh bergegas meninggalkan keempat sahabatnya yang saat ini masih berada di WorkCafe.
"Aneh emang tuh bocah kadang-kadang."
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2023-04-17
0
Qaisaa Nazarudin
Makanya jgn keterlaluan,Sabar juga ada batasnya loh,,
Bagus Tika pertahankan sikap dingin mu,biar sekarang Langit yg uring uringan dan ngejar2 kamu,biar dia yg berjuang utk mu👍🏻👍🏻👍🏻
2023-01-12
0
Becky D'lafonte
cantika dulu suka sama langit tp ditolak gegara masib bocah ingusan kali ya
2022-08-27
1