Hal pertama yang dilakukan Langit ketika sampai di Bandung, adalah mendatangi rumah Haris adik dari sang ayah untuk meminta kunci rumah kakek neneknya yang sampai saat ini masih terawat dengan baik.
"Aduh, anak bujangnya mas Ryan sudah besar ya, Lama sekali lho Lang kamu nggak mampir kesini, bagaimana kabar kakak-kakak mu disana, sehat?" sergah Ratna begitu mengetahui siapa yang bertamu kerumahnya siang ini.
"Sehat semua tante, oh iya, om Haris sama Laras kemana?" tanyanya seraya mencium punggung tangan Ratna, yang merupakan istri dari om nya tersebut.
"Om Haris sedang mengikuti rapat mingguan di rumah pak RT, kalau Laras sudah satu bulan ini berada di pesantren, bareng Dilla."
"Memangnya Laras sudah lulus sekolah tan? seru Langit, yang membuat Ratna menepuk gemas tangannya.
"Tuhkan! berapa lama coba kamu nggak kesini sampai nggak tahu Laras sudah lulus sekolah apa belum."
Langit meringis, "Empat tahun tan."
"Lama banget kan?! jelaslah lupa pasti, bulan kemarin Laras lulus SMA terus om sama tante memutuskan untuk langsung memasukkan Laras ke pesantren saja, tahu sendiri kan pergaulan anak-anak jaman sekarang itu susah terkontrol, jadi ya om sama tante pikir dengan memasukkan Laras itu sudah menjadi keputusan terbaik."
"Oh iya tante sampai lupa, ayok masuk-masuk, tante buatkan minum dulu."
"Iya tan."
Ratna melangkahkan kakinya menuju dapur, sedangkan Langit menunggu di sofa ruang tamu yang bentuknya sudah tak lagi utuh, banyak bolongan kecil disana sini.
Karena sofa tersebut sudah ada dari sejak Langit kecil, bahkan ketika orang tuanya masih hidup belasan tahun silam.
Langit tak merasa heran, karena sejak dulu keluarga dari sang ayah memang terkenal dari keluarga yang tak berada, begitupun dengan kedua orang tuanya.
Sama halnya dengan adik bungsu sang ayah yang bernama Arini, yang saat ini tinggal di Tasik bersama suaminya.
Untuk itu, saat menginjak sekolah dibangku SMP Langit lebih tekun belajar agar mendapatkan beasiswa, terlebih sejak kecil dirinya memang paling cerdas diantara kakak-kakaknya.
Dan saat ia mendapatkan beasiswa SMA yang berada di Jogja, Langit mulai bekerja di salah satu Cafe dengan bagian khusus malam, karena siang hari ia harus tetap sekolah.
Langit bukanlah seorang anak bungsu yang manja, yang akan meminta-minta pada kelima kakaknya untuk mencukupi seluruh kebutuhan nya.
Lalu ketika ia mendapatkan beasiswa kuliah lanjutan, ia harus kembali ke Jakarta, dan mendapatkan tawaran pekerjaan dengan gaji yang lumayan tinggi.
Dan demi mendapatkan keduanya, kuliah dan pekerjaan, Langitpun memutuskan untuk kuliah saat malam hari, dan siang harinya ia gunakan untuk bekerja. terasa melelahkan memang!
Tapi untuk orang sekelas dirinya, Langit tak menghiraukan rasa lelahnya.
"Minum dulu Lang, atau makan sekalian ya, Tante baru saja selesai masak lho ini." ujar Ratna, sembari meletakkan segelas kopi yang masih mengepulkan uap panasnya.
"Terimakasih tante, tapi saya udah makan tadi dijalan."
"Ah yang bener kamu ini Lang."
"Benar Tante, saya kesini hanya mampir sebentar mau pinjam kunci rumah nenek, rencananya mau menginap sekitar sepuluh harian Tan, ada urusan pekerjaan."
"Lho, kenapa nggak menginap disini saja, tidur dikamar Laras, kan sekarang kosong."
"Nggak Tan, nanti malah banyak merepotkan om dan Tante."
"Nggak sama sekali Lang."
"Terimakasih sebelumnya Tan, tapi saya rasa lebih baik tinggal dirumah nenek aja, lebih dekat juga sama pekerjaan saya."
"Owalah, kamu ini memang jiplakannya mas Riyan ya, nggak bisa diganggu gugat, kalau harus begitu ya begitu." Ratna terkekeh pelan, sementara Langit hanya meringis kecil.
Setelah berpamitan, dan memberikan bingkisan yang sengaja ia bawa untuk Ratna, Langit bergegas menuju rumah tua yang terletak paling dekat dengan jalan utama.
Menghela napas lega, saat mendapati rumah tua tersebut, yang selalu terlihat rapi dan bersih meski sudah lama tak ditempati, karena Ratna selalu membersihkannya setiap tiga hari sekali.
*
*
Tenggelam dalam lautan rumput liar yang lebih tinggi dari batas lutut orang dewasa sambil memandangi langit sore yang tampak kemerahan, juga hembusan angin yang membuat rumput didepan bangunan setengah jadi itu bergoyang, meniup dedaunan kering membawanya ke segala arah.
Dalam kesendirian nya Langit menunduk dalam, membayangkan banyak moment kebersamaannya bersama Cantika dulu, dimana Cantikalah yang lebih banyak berbicara dan selalu sabar menghadapi sikap cuek dan ketusnya.
Hingga sampai di suatu hari, gadis itu mengucapkan kata perpisahan, dengan air mata yang berderai, dan bodohnya saat itu ia memilih tidak peduli.
Langit menarik napas dalam, memandangi bangunan setengah jadi dihadapannya dengan tatapan kosong, yang menyiratkan bahwa semangatnya kini telah memudar.
Beautiful Villa, yang ia bangun dengan rencana sejak lama itu seakan tidak ada artinya lagi di mata Langit.
Terutama setelah ia mendapat kabar jika saat ini Cantika sangat dekat dengan seseorang yang ia ketahui bernama Evano Malik Arsalan, mandor muda yang terkenal sangat tampan dan ramah.
Sembilan belas hari sudah!
Ya, hari ini genap sembilan belas hari keberadaannya tinggal diBandung, tidak sesuai rencana memang, karena ada banyak hal yang harus ia selesaikan mengenai tanah dan harta warisan almarhum orang tuanya yang harus di pecah dengan saudara orang tuanya yang lain.
Namun, selama sembilan belas hari ia disana, ratusan chat yang ia kirimi pada Cantika, tak satupun yang dibalasnya, begitupun dengan puluhan panggilan telpon yang ia lakukan sama sekali tidak ada jawaban.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sekarang giliran kamu yg harus berjuang langit,,untuk mendapatkan yg terbaik garus lah dgn perjuangan💪🏻💪🏻💪🏻
2023-01-12
0
Anisnikmah
semangat Thor semangat update semangat untuk bang langit buat berjodoh dengan Cantika
2022-08-14
1
Sutiah
nyesek" deh lo ngit 😏
2022-07-30
0