Usai tiup lilin dan potong kue, Cantika memilih untuk duduk sendirian dipinggir kolam dengan kedua kaki yang ia turunkan, sementara gaun panjangnya sedikit ia naikkan hingga sebatas lutut untuk menghindari resiko basah.
Sempat mengobrol dengan ketiga kakak ipar perempuan nya membahas rencana Cantika kedepan, hingga kemudian ketiganya mulai sibuk dengan anak-anaknya yang tidak sabaran untuk tidur, karena jam kini sudah menunjukkan jam sepuluh malam.
Cantika menatap bayangan diatas air orang-orang yang tengah berjoged, mengikuti alunan musik yang berasal dari sebuah sound sistem besar yang sengaja dipasang oleh sang abang.
Memejamkan mata menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya.
"Lama tidak bertemu, sepertinya kamu sudah banyak berubah ya."
Suara itu? batin Cantika.
Sontak kedua matanya terbuka dengan sempurna, menoleh memastikan sesuatu yang ia dengar.
Disampingnya Langit tampak santai duduk dengan tatapan lurus kedepan, kemudian menoleh hingga mata mereka kembali bertemu saling mengunci satu sama lain.
"Aslan siapa?" tanyanya, membuat Cantika mengerutkan keningnya antara bingung, dan gugup.
"Aslan?" Cantika balik bertanya.
Ada dengusan kecil dari bibir Langit, seolah kesal dan tidak puas dengan jawaban Cantika.
"Pacar, calon suami?!" lanjut Langit.
Cantika mendengus, mengalihkan tatapannya kearah lain, "Saya tidak berkewajiban menjawabnya bukan?"
Deg!
Langit mengatupkan rahangnya dengan perasaan yang tidak mampu ia jabarkan.
"Tika?"
Hening..
Tak ada jawaban.
"Apa hanya sebatas ini rasa_" ucapan Langit selanjutnya menggantung di udara, saat Haikal tiba-tiba saja datang menghampirinya.
"Pantesan gue cariin nggak ada, tahunya Lo ada disini Lang, ngapain Lo berduaan sama ayang gue di tempat sepi begini coba, Lo mau nikung gue dari belakang?" celetuk Haikal yang terdengar menggebu-gebu.
"Apaan sih Lo."
Langit beranjak dari duduknya, sempat melirik kearah Cantika yang masih menatap kearah lain, kemudian meninggalkan area tersebut begitu saja, meninggalkan sejuta pertanyaan dalam benak Haikal.
"Lang, tunggu Lang, elahhh!"
"Lang tunggu! Lo kenapa sih?"
"Gue cabut duluan kayaknya Kal, gue lupa si Poby belum gue kasih makan."
"CK, anabul Lo yang montok itu?"
"Iya, bilangin ke Satria sekalian ya Kal, kalau gue balik duluan.''
"Oke deh iya, nanti gue bilangin."
*
*
"Yakin? nggak mau pakai nama kamu sendiri saja dek?" ujar Ando satu hari sebelum meresmikan Cafe yang baru saja selesai dibangun yang di mandori oleh Aslan beberapa waktu lalu.
Dan keduanya kini sedang berada didalam Cafe tersebut, yang sudah bersih, sekaligus keseluruhan Nya telah komplit terisi penuh, karena sesuai rencana mulai besok ArsenioCafe resmi dibuka kembali.
"Memangnya kenapa yah, ArsenioCafe lebih bagus! lagipula dari dulu orang-orang mengenal Cafe ini dengan sebutan ArsenioCafe jadi aku rasa nggak perlu diganti."
"Yasudah kalau itu memang kemauan kamu, ayah akan selalu mendukung."
"Makasih ayah." Cantika memeluknya seperti biasa.
"Sama-sama nak." Ando balas memeluk seraya mengusap kepalanya lembut.
"Oh iya, ayah ingin berbicara sesuatu." Ando mengajaknya duduk di kursi yang sudah tersedia disana.
"Soal apa yah?" Cantika yang merasa penasaran pun mengikuti sang ayah, kemudian ikut duduk di salah satu kursi yang berada disampingnya.
"Kamu sudah punya pacar?" tanyanya yang terlihat serius.
"K-kenapa ayah bertanya soal itu?"
Terlihat Ando menghela napas, menatap putri satu-satunya itu.
"Sebenarnya ayah dilarang memberi tahu kamu, tapi Ayah rasa kamu perlu tahu dek."
"M-maksud ayah apa sih?"
"Menurut kamu Langit orangnya seperti apa dek?"
"L-langit, maksudnya bang Langit?"
"Iya, menurut kamu dia bagaimana."
"Ya_"
"Dia tampan kan? pinter juga, baik, sopan!"
"Itu menurut ayah ya?"
Ando terkekeh, "Tapi memang iya kan?"
"Jadi begini dek, kemarin siang itu Langit datang kekantor ayah."
Deg!
"Dia, meminta ijin sama ayah, kalau dia mau mendekati kamu."
Deg!
Bagai genderang yang ditabuh bertalu-talu, napas Cantika memburu dengan aliran darah yang terasa memanas di sekujur tubuhnya.
"Dek?"
"Eh iya yah." ia tersentak kaget, membuat sang ayah menggelengkan kepalanya.
"Kamu melamun?"
"Ng-nggak yah.''
"Jadi gimana,?"
"Kenapa ayah nggak larang."
"Lho, kenapa memangnya?"
"Tika_ euhmz Tika nggak suka."
"Maksudnya nggak suka sama Langit, begitu?"
Cantika menganggukan kepalanya pelan.
"Menurut ayah_"
"Yah." ucapnya terlihat memohon.
"Yasudah, kalau kamu memang tidak mau, tapi ayah tidak bisa melarang Langit, setidaknya biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, soal suka atau tidak sukanya, itu hak kamu dek, Ayah tidak akan memaksa." jelas Ando.
"Tapi menurut ayah, Langit itu serasi sama kamu lho dek, bunda juga bilang begitu, tapi semuanya ayah kembalikan padamu, apapun keputusan mu Ayah pasti akan selalu mendukung."
*
*
"Kena!"
"Abaaaangg?" pekik Cantika, saat sang abang berungkali memoles wajahnya menggunakan terigu.
Di hari pertamanya membuka ArsenioCafe, Satya lah yang menemani Cantika belajar mengenai apa saja yang berhubungan dengan Cafe.
Contohnya seperti saat ini, Satya mengajarkan Cantika untuk membuat salah satu menu favorit kebanyakan orang, yaitu membuat croissant dengan resep sendiri ala Satya.
Cantika berlari mengejar sang abang hingga ketempat duduk para pelanggan.
Dan seketika tubuhnya membeku, saat lagi-lagi tatapannya harus bertemu dengan kedua manik milik Langit.
Ya, disana Langit, Satria, Haikal, Adam, dan Andre berkunjung ke Cafenya, tepat saat jam makan siang.
Sementara di meja sana, Langit mengerutkan keningnya melihat penampilan Cantika yang tampak seperti badut, dengan wajah yang dipenuhi terigu dan pewarna makanan.
Tak ingin membuat dirinya terlihat semakin memalukan, Cantika berbalik berjalan menuju ruangan belakang, dengan bibir mengerucut.
*
Tepat jam lima sore, Cantika menutup Cafenya dengan di bantu Siska yang merupakan salah satu karyawan Satya, untuk menggantikan dirinya yang pulang siang dikarenakan Nafisa mendadak demam.
Siska berpamitan pulang terlebih dahulu setelah ojek online yang dipesannya sampai didepan Cafe tepat waktu.
Sementara Cantika yang hendak memesan Taxi terhenti, saat menyadari ada seseorang tengah berdiri dihadapannya.
"B-bang_" ucapnya dengan bibir bergetar, seraya melangkah mundur.
"Tika, bisa kita bicara sebentar?"
"Maaf, saya tidak ada waktu, saya_ saya harus segera pulang."
Grep!
Cantika memejamkan matanya dengan jantung berdebar, saat sebuah cekalan ditangannya terasa sangat erat.
Ya, tangannya ditahan oleh laki-laki yang tak lain adalah Langit.
"Tika, please! hanya sebentar, saya janji nggak akan lama." ucapnya dengan suara lirih namun terdengar sangat tegas dan penuh penekanan.
"Nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi." jawabnya, sembari berusaha melepaskan cekalan tangan Langit dari tangannya.
"Ada, banyak! yang perlu kita bahas, tolong jangan begini Tika, saya mohon!"
Deg!
Cantika repleks menatap Langit, sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Seorang Arbi Langit Perkasa memohon padanya.
Sungguh diluar dugaan, mengingat bagaimana dinginnya sikap Langit yang ia kenal dulu, bahkan dengan tanpa perasaan berkali-kali Langit menyakitinya.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
aisya_
sprti ada keterpaksaan dulu langit menyakiti Cantika...
2023-03-27
0
Qaisaa Nazarudin
Nah kan sekarang giliran kamu yg memohon2 ke Tika,,,
2023-01-12
0
Anisnikmah
6th dibuat untuk menyesali
2022-08-14
1