Sekali lagi loe muji muji...! Gue tendang loe ke lubang belut yang ada di sawah ini. " Sergah Irma dengan mimik kesal dan Jutek.
"Ohh.........! Bidadari ku Irma dengan senang hati aku mauuuuuuu kau tendang ke lubang yang licin dan sempit itu. " Goda Awan dengan tertawa terbahak-bahak.
"Dasar Sarwan......! Gelo....! Sinting....! Seketika cangkir plastik yang ada di hadapannya melayang kearah muka pemuda tampan itu.
"Uh........" Sadis untuk tidak kena....! Gumam Awan.
"Irma..... dan kau Sarwan gelo....! Sudah....." Sudah...! Kiara melerai antara Awan dan Irma.
"Sarwan.....! Cepetan mau ngomong apa sampai minta mode serius segala. " Tanya Mira.
"Sumpah demi ibu ku....! Kalian bertiga kan tahu sahabat yang gue percaya hanya kalian.'' Ujar Awan.
"Muhammad Awan Pratama. Kami bertiga ngerti cuma yang membuat kita penasaran selama kita bersahabat bersama loe. Tidak ada dalam kamus nya kau berkata dengan mode serius yang ada kau bikin tensi darah naik saja.'' Kata Mira penasaran dengan topik pembicaraan hari ini.
"Sedangkan Kiara dan Irma mengangguk perkataan dari Mira. Mereka berdua sama halnya di buat penasaran sama pemuda yang ada di hadapannya.
"Kiara, Mira dan Irma. Ini Hasil ujian dan raport gue. Lihat saja sama kalian bertiga di sana tercantum peringkat ketiga dan dalam dan dalam selembaran kertas tertulis lulus dengan nilai terbaik.
"Mereka bertiga menerima buku raport dan membuka nya serta membaca bait demi bait nilai yang ada di dalam raport serta kertas hasil ujian.
''Kalian bertiga Gue tidak bohong kan ucapan waktu itu sedang berada di luar Masjid. Kalian mau tahu nggak kenapa saya hanya menjadi peringkat Ketiga. Kenapa gue tidak mau peringkat satu, dua, atau empat dan lainnya.
"Ketiga gadis itu menggeleng.
"Karna angka tiga itu berarti buat gue. Pertama gue anak ketiga dan sahabat yang mengerti tentang hidup gue hanya kalian bertiga. Mira, Kiara dan Irma. Kalau boleh gue jujur dan sombong sama semua orang. dari awal kelas satu sampai kelas enam SD atau pun sampai kelas sembilan gue selalu dapat peringkat ke satu. Akan tetapi saya meminta ke guru pembimbing saya untuk tidak di cantumkan atau pun di berikan saja pada orang lain.'' Awan menjelaskan semua nya kepada mereka bertiga sahabatnya.
"Kok.....! Bisa balas Kiara.
"Yaa......! Bisalah Kiara....! Awan gitu loh.....! Kekeh pemuda itu.
"Sombong......! Timpal Mira.....!
"Awan tersenyum lalu melanjutkan lagi cerita nya.
#Plasbackinflas#
"Waktu suasana belajar sedang hening mendengar kan materi yang di berikan oleh Bu Guru Dewi di ruangan kelas tiga SD.
"Tiga bulan kemudian sebelum seminggu memulai ujian Nasional aku pun menghadap keruangan Bu Guru Dewi yang berada di ruangan Guru.
"Assalamualaikum.' Bu Dewi." Kata siswa berusia delapan tahun itu.
"WaallAikum Salam" Ehk.....! Nak Awan silahkan masuk." Jawab Bu Dewi guru pembimbing.
Awan langsung berjalan masuk menghampiri wanita berusia 32 tahun itu dan duduk di kursi berhadapan dengan guru pembimbing.
"Tidak lama kemudian setelah aku duduk di kursi yang di sediakan di ruangan guru itu. Bu Dewi lalu bertanya.
"Anakku...." Ada hal penting Apakah yang mau di sampaikan kepada Ibu." Tanya Bu Dewi.
"Mohon Maap sebelum nya kedatangan Ananda keruangan ini. Tapi ada sesuatu yang mau di utarakan dan mungkin butuh pertolongan dari Bu Guru. " Jawabku.
"Silahkan Anakku di sampaikan. " Pinta Bu Dewi.
"Begini. Seandainya Bu Guru bisa tidak mencantumkan peringkat kelas yang ada dalam buku raport ananda atau pun di berikan kepada siswa lain.! Pinta Awan.
"Saat itu Bu Dewi kaget bukan main nya dan syok permintaan dari anak didiknya saat itu. Orang lain berlomba lomba untuk menjadi bintang kelas di sekolah nya tapi anak ini dengan mudah nya memberikan peringkat kelas nya kepada siswa lain.
Beberapa tahun kemudian tepatnya seminggu sebelum UN SMP di mulai aku pun masuk keruangan Bu Dewi yang saat ini dia mengajar di sekolah menengah atas.
"Nak Awan kenapa belum pulang dan malah berdiri di pintu masuk. " Tanya Bu Dewi mengelus rambut Anak didiknya itu.
"Bu Dewi.....! Bisakah bicara berdua." Pinta Awan.
"Apakah segi pekerjaan atau sekolah. " Tanya Bu Dewi penasaran.
"Sekolah Bu. Balas Awan singkat.
"Ya.....! Sudah masuk....! Ajak Bu Dewi.
"Awan pun masuk melangkah menuju ruangan guru SMP mengikuti Bu Dewi dari arah belakang.
"Ada hal penting apa yang mau di ucapkan kepada Ibu. Nak Awan.'' Tanya Bu Guru Dewi.
"Seperti biasa Bu seandai nya tahun ini Ujian Nasional ku mendapatkan nilai yang bagus dan peringkat dalam buku raport ku juara satu, Aku minta peringkat ketiga seperti waktu kelas enam SD karna ada sesuatu yang harus di perlihatkan kepada salah satu kepala sekolah SD di kampung sebelah." Kata Awan.
"Masalah itu. Bos tidak usah khawatir. Ibu insyaallah bisa membantu nya." Kekeh Bu Dewi cekikikan melihat wajah lesu' majikan nya.
"Bos, bus, bas, bes, Ahk......! Bu serius dan malas ahk di sebut dengan panggilan itu....! Kesel Awan.
"Iya......! Iya.......! Iya........! Uhk Anakku kalau lagi kesel muka nya jelek." Ledek Bu Dewi.....!
"Uhk.......! Bu Dewi kalau kumat jahilnya. Ampun tidak tahan.....! Canda Awan....!
"Hehehehe.....! Yaa sudah kita pulang." Ajak Bu Dewi.
"Ok." Balas Awan seraya beranjak meninggalkan ruangan guru sekolah itu.
"Mira, Irma dan Kiara. Jadi begitu awal nya. Sekarang gue ngomong sama kalian bertiga karna kalian bertiga yang mengerti tentang diri gue.
"Jadi selama ini loe dari kelas satu SD sampai kelas Enam dan masuk di kelas sembilan tentang kepintaran dan kecerdasan loe di sembunyikan kepada nyokap dan semua orang dan hanya Bu Dewi seorang yang mengetahui nya." Kata Kiara dengan wajah yang syok dan kaget terhadap penuturan dari sahabat nya yang selama ini dia kagumi dan mungkin jatuh cinta.
"Awan mengangguk dan berkata.
"Betul Kiara.....! Juga bukan kemauan dari Bu Dewi tapi kemauan gue sendiri. Tadinya Bu Dewi juga tidak mau melakukan nya tapi setelah aku desak dengan alasan dan drama drama mau nangis ya akhir Bu Dewi luluh." Kekeh Awan dengan tertawa terbahak bahak.
"Dasar otak sedeng kumat lagi. Kata nya obrolan mode serius tapi masih aja ketawa. " Timpal Mira bibir nya manyun kaya Tutut Sawah yang siap dimakan memakai bumbu dapur royiko, Sasa, dan garam tidak lupa memakai kunyit.
"Terus sekarang mau loe bagaimana? Tanya mereka bertiga bersamaan.
"Begini Bidadari Bidadari ku. Tadi kan gue kerumah Pak Lukman untuk meminta di daptarkan ke sekolah. Kalian bertiga kan tahu sendiri waktu yang daptarin SMP tiga hanya Pak Lukman yang mendaptarkan nya. Karna bokap Gue tidak mau dengan alasan ini itu lah....! Pusing gue kalau minta sama bokap....! Terus kalau sama nyokap gue gak tega karna nanti jadi beban pikiran. Padahal gue dari sekolah SD sampai SMP tidak pernah meminta uang sepeserpun dari mereka berdua. Karna gue tahu kesulitan mereka. Sudah syukur tiap hari ada beras juga walaupun kadang tidak sampai sore." Kekeh Awan cekikikan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
S P Lani
ah yg bener aja nih cerita author terlalu halu bikin pengen muntah mana ada orang dgn pede nya bakal nilai tertinggi ngaku orang pinter sebelum ujian udah bilang minta nilai tertinggi nya di kasihin ke orang kan tolol nih author yg ada aslinya ok rang berlomba lomba ke urutan pertama den ga annhasil pake uang dan kekuasaan terlalu lebay nih author
2023-03-14
3
Rusliadi Rusli
wah"org yg tidak pernah menyombongkan diri itulah awan
2023-03-08
2
Kang Haji Ris
siap nanti di revisi kalau sudah mulai tamat
2022-09-08
17