Obrolan Panjang Bersama Pak Lukman.
Siang itu lelaki yang biasa di panggil Awan sedang berada di kediaman rumah Pak Lukman salah satu orang terpandang di kampung kelahirannya.
"Nak Awan di minum kopi nya. " Kata Pak Lukman di saat salah satu pembantunya menyuguhkan minuman serta makanan ringan untuk di cicipi.
"Terima Kasih Pak.! Balas nya ramah.
Sejenak mereka berdua terdiam menikmati nikmatnya kopi yang ada di meja tamu itu. Tak lama obrolan pun berlanjut menuju mode serius.
"Nak Awan bagaimana hasil ujian mu? Apakah kamu lulus dengan peringkat 10 besar?" Tanya Lelaki tua langsung pada intinya.
"Maafkan saya Pak! Harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Hanya mampu menjadi peringkat ketiga dan Alhamdulillah bisa masuk sekolah menuju tingkat SMA." Terang Awan tertunduk sesaat.
"Alhamdulillah. Saya cukup puas mendengar jawaban dari kamu Nak. Bapak bahagia dan bangga kepadamu mendengarnya. Kau harapan dari Ibu mu untuk mengangkat martabat dan derajat keluarga mu?" Kata Pak Lukman dengan senyuman yang penuh arti.
"Ahk.......! Pak Lukman terlalu berlebihan. Seandainya tidak ada bantuan moral dan dukungan finansial dari bapak. Mungkin aku pribadi tidak akan bisa seperti ini. Pemuda itu berkata dengan sangat sopan dan nada yang bawah di hadapan lelaki tua itu.
"Nak Awan selalu rendah hati. Apalah arti bantuan yang di berikan oleh Saya. Hanya setetes debu yang ada dalam lautan padang pasir, tak sebanding dengan bantuan kakek buyut mu kepadaku dan keluarga ku yang sangat berharga lebih dari materi sekalipun. Justru karna kemampuan serta kerja keras dari dirimu sendiri. Sehingga bisa membuat saya berserta kakek buyut mu yang sudah bahagia di alam sana sangat bangga. Dan saya yakin dengan kecerdasan dan ketrampilan yang kamu miliki akan membawamu kesuksesan. " Puji Pak lukman dengan yakin.
"Terima Kasih Pak Lukman mudah mudahan. saya tidak terlena dengan pujian yang anda berikan kepadaku. Karna bagiku pujian itu adalah racun yang dapat membutakan akal dan membuat orang merasa bangga dan puas. " Kata Awan berdiri lalu membungkuk hormat.
Pak Lukman tersenyum dan takjub serta kagum terhadap pemuda yang berada di hadapannya. Tutur bahasa nya serta bisa menempatkan arah pembicaraan bersama lawan jenis yang berbeda usia nya.
"Muhammad Awan Pratama. Rencana masuk ke SMA apakah sudah di persiapkan persyaratan administrasi dan lain lainnya? Tanya Pak Lukman sesaat terdiam sejenak.
''Kalau untuk persyaratan yang lainnya sudah saya persiapkan jauh jauh hari sebelum UN di mulai. Tetapi saya lagi mencari sekolah agar bisa masuknya sesudah pukul 12:00 karna saya dari jam empat dini hari harus pergi ke pasar untuk bekerja. Untuk mencukupi kebutuhan sehari hari Ibu dan kedua adikku serta Nenek." Terang Awan dengan kebingungan nya.
"Ohk.....! Nak Awan tidak usah khawatir dan cemas kalau masalah itu. Ada di kecamatan kota sekolah bisa masuk dari pukul 12:00 dan sesuai janji saya yang dahulu waktu pertama masuk SMP untuk urusan sekolah serta pendaftaran dan alat alat lainnya sudah di persiapkan tinggal nanti nanti Nak Awan langsung sekolah.." Kata Pak Lukman mengerti tentang kekhawatiran pemuda yang sedang berada di hadapannya.
Sebenernya Pak Lukman membantu bukan kepada Awan semata agar bisa terus sekolah. Dahulu juga pernah menawari kepada kedua kakak' pemuda itu. Tapi oleh mereka berdua di tolak dengan alasan ingin membantu ekonomi keluarga. Padahal sangat di sayangkan waktu itu oleh Pak Lukman. Karna melihat kepintaran dan kecerdasan anak anak Bu Lisnawati. Pak Lukman waktu itu tidak bisa berbuat apa-apa.!
Harapan lelaki paruh baya itu pun sirna dan kecewa karna tidak bisa membantu keluarga dari Kakek nya Ibu Lisnawati. Akan tetapi pikiran nya waktu itu tertuju kepada seorang anak kecil yang sedang khusyu membaca kitab suci Al-Quran di saat sedang belajar mengaji di madrasah ibtidaiyah di kampung kelahiran anak kecil itu.
Seiring berjalannya waktu anak kecil bernama Muhammad Awan Pratama itu selalu di pantau oleh suruhan Pak Lukman dalam segi pergaulan dan belajarnya maupun aktivitas sehari-hari nya.
Akhirnya saat anak itu mulai semester akhir di kelas enam SD dan UN pun akan di mulai dalam waktu dekat. Anak kecil berusia 12 tahun itu di panggil oleh Pak Lukman kerumahnya dan di tawari untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP seandainya masuk peringkat 10 besar. Padahal Pak Lukman sendiri sudah mengetahui dari guru pembimbing nya itu. Bahwa anak yang bernama Muhammad Awan Pratama selalu juara kelas di sekolah nya. Tetapi karna sipat tidak mau di puji dan kerendahan hati nya dia meminta guru pembimbing nya untuk tidak mencantumkan peringkat tersebut atau memberikan kepada siswa lainnya.
Sempat waktu itu Bu Dewi guru pembimbing saat itu. Bertanya tanya kepada murid didik nya yang masih cukup belia. Lalu Bu Dewi pun menanyakan kepada murid didiknya itu. Sungguh kagum dan terkejut saat itu mendengar jawaban dari anak kecil yang mempunyai pemikiran dewasa itu. Akhirnya Bu Guru Dewi pun menyetujuinya.
"Alhamdulillah." Sekali lagi saya berterima kasih kepada Pak Lukman dan saya berjanji demi Ibu dan Nenek. Saya tidak akan melupakan kebaikan dari Pak Lukman dan sekeluarga " Kata Awan seraya mata berkaca-kaca.
"Nak Awan....! Tidak usah sungkan begitu. Saya hanya membantu sesuai kemampuan yang di miliki. Untuk urusan lainnya Nak Awan sendiri yang menjalaninya. Cuma ingat pesan dari saya jadilah seperti Awan yang masih sekolah SD dan SMP tidak sombong dan tak angkuh saling berbagi dan mengasihi. " Pesan Lelaki Tua memberikan wejangan dan nasehatnya kepada pemuda yang seumuran dengan anak bungsunya namun IQ nya kalah jauh.
"Insyaallah. Petuah dan nasehat dari sesepuh yang saya hormati serta dari orang orang terdekat akan selalu saya ingat dan di praktek kan dalam perjalanan hidup di alam fana ini. " Ucap Awan senyuman manis di berikan.
Setelah lama nya obrolan bersama dengan lelaki yang sangat di hormati. Dan adzan ashar berkumandang yang tidak jauh dari rumah Pak Lukman. Awan pun mohon Ijin pamit sekalian mau melaksanakan ibadah solat ashar berjamaah di Masjid.
"Pak....! Lukman saya mohon ijin untuk kembali ke rumah sekaligus untuk melaksanakan tugas seorang muslim di Masjid Al Ikhlas. " Ucap Awan seraya berdiri dan mencium tangan Pak Lukman.
"Silahkan Nak Awan. " Balas Pak Lukman seraya menyambut tangan pemuda itu dan mengelus ngelus rambut nya.
*
*
*
Sementara di pusat kota kecil tepat di salah satu bangunan yang menjulang tinggi ke atas. Di lantai bawah basment berjejer kios kios dengan rupa rupa dagangan nya. Disalah satu kios yang lumayan besar dan cukup ramai pembeli nya itu.
Seorang lelaki setengah baya sedang sibuk sibuk nya bersama keenam pegawai melayani para pembeli yang semakin sore semakin ramai.
Kohar Komarudin lelaki berusia 45 tahun beristrikan seorang guru sekolah bernama Dewi Ayunda dan mempunyai dua orang putra putri yang sudah dewasa.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Jumput Bois
mngkin cerita ledepannya bagus..tapi dari awal menurut saya ceritanya terlalu melebar kemana"...
2024-08-19
0
Aden Aja
semakin di baca semakin menarik Thor
2023-11-11
2
Rusliadi Rusli
mantap..lanjut thor
2023-03-08
4