"Awan sahabatku. Walaupun hasil ujian tidak sesuai yang kami harapkan dan loe tidak masuk sepuluh besar. Loe jangan patah semangat dan putus asa. Kami bertiga akan selalu ada buat loe dan gue minta loe jangan bersedih begitu juga hati kami bertiga sakit bila kau bersedih." Kata Irma memberi semangat kepada pemuda yang tertunduk lesu tidak bergairah.
"Iya......" Betul apa yang dikatakan oleh Irma. Loe tetep sahabat kami bertiga." Sahut Kiara memberi semangat dan di anggukan dari Mira.
"Kalian bertiga terima kasih ya atas motivasi dan nasehatnya. Tapi sory harapan tidak sesuai kenyataan. Tadinya gue berharap ingin menjadi peringkat pertama tapi apa daya cuma jadi peringkat ketiga dan Alhamdulillah aku syukuri serta lulus untuk melanjutkan ke tingkat SMA." Kata Awan dengan senyuman manis nya.
"Apa..........! Teriak Irma. Seraya membekap mulut nya.
"Yang bener sia Sarwan teu ngawadul sia ngomong." Kata Kiara memakai bahasa Sunda.
Beda hal nya dengan Mira hanya bergeming diam membisu tampa berkata aliran darahnya berhenti ketika seorang pemuda berkata dan terdengar di telinga nya bahwa dia mendapatkan peringkat ketiga dan lulus untuk sekolah menuju tingkat SMA.
"Sarwan.....! Serius atau hanya membual.? Tanya mereka serentak.
"Dua rius dan apa yang gue ucapkan itu kenyataan nya." Kata Awan seraya dua jari tangannya dia arahkan kepada mereka bertiga.
"Alhamdulillah" Kata mereka bertiga mengucap syukur atas apa yang dia dengar sahabatnya lulus.
"Mana raport nya Sarwan gue lihat takut nya loe bohong dan membual." Kata Mira begitu juga Kiara dan Irma ikut mengiyakan ucapan Mira.
Awan menjawab pertanyaan dari mereka bertiga. "Kalian bertiga minta sama bunda gue. Masa ke Masjid bawa bawa raport seraya tersenyum.
"Ok." Ok." Kami bertiga percaya sama loe. Dan sekarang
mau kemana? Tanya Mira.
"Gue ada perlu dulu ke rumah Pak Lukman dan tadi juga Anaknya Fikri menyuruh untuk datang kerumah nya." Awan menjelaskan kepada Mira.
"Mau ngapain kerumah Paman Lukman." Kata Irma penasaran. Karna ayahnya dan Pak Lukman Adik Kaka jadi wajar Irma memanggil nya Pak Lukman dengan sebutan Paman.
Sedangkan Kiara hanya mendengar kan obrolan antara Irma dan pemuda tampan itu tampa mau menyela dan menjadi pendengar setia.
"Tidak....." Tahu Ir.." Jawab Awan singkat
Irma hanya manggut manggut saja dia berpikir ada apakah pemuda itu di panggil oleh Paman Lukman atau kah masalah pendaftaran sekolah. Kata Irma membatin dalam hatinya.
"Kalian bertiga gue berangkat dulu. Nanti sore kita kumpul di tempat biasa." Ucap Awan pamit kepada mereka bertiga.
"Ok....! Sekalian loe bawa ya hasil ujian ke basecamp." Pesan Mira dan di angguki oleh Kiara dan Irma.
"Siap Mira bohay dan pantat seksi." Goda Awan seraya berlari dan tertawa terbahak bahak takut nya kena lempar sendal Mira.
"Sarwan........! Gelo dan mesum sia....! Teriak Mira.
Setelah berlari dengan kencang dan tidak kelihatan bidadari bidadari kampung itu. pemuda itu sedikit berhenti untuk mengatur napas nya yang ngos ngosan. lalu mulai melanjutkan lagi langkah kaki nya setelah napasnya stabil.
Tidak lama berselang pemuda itu pun sampai di rumah yang cukup luas dengan halaman yang sejuk karna tumbuh nya dua pohon rambutan yang cukup membuat suasana di halaman itu sejuk dengan angin sepoi-sepoi.
Ketika pemuda yang bernama Awan itu membuka pagar terlihat dua wanita paruh baya sedang asyik bercanda ria sambil di iringi cekikikan. Entah apa yang di obrolkan oleh mereka berdua.
"Assalamualaikum" Kata ku seraya menghampiri nya dan mencium kedua tangan wanita paruh baya itu secara bergantian.
"WaallAikum Salam" Kata mereka berdua.
"Ehk Nak Awan.....! Sudah di tunggu sama suami ibu." Kata salah satu dari wanita paruh baya itu.
"Ohk....! Iya...! Bu kalau begitu saya masuk dulu.'' Kata Awan dengan ramah dan sopan.
"Silahkan Nak Awan." Sahut Bu Edah istrinya Pak Lukman.
*
*
*
Sementara di kediaman rumah Nenek Romlah. Siang itu Istri nya Ujang Mulyadi bersama anak nya dan mertua nya baru tiba di rumah panggung milik Nenek Romlah.
Dua wanita bergelar menantu dan mertua pun masuk kedalam rumah milik wanita paruh baya berusia 65 tahun itu. tanpa mengucap salam atau pun permisi karna sudah kebiasaan masuk kerumah ibu nya Lisnawati.
Nenek' Romlah yang biasa tinggal sendirian ketika di tinggal oleh suami nya dan ayahnya sudah terbiasa dan setiap sore hari anaknya serta cucu nya selalu datang dengan membawa beras atau pun bahan pangan lainnya.
Kedatangan kali ini emang yang di tunggu tunggu oleh ibunya Lisnawati karna ada sesuatu yang harus di obrolkan tentang masalah sawah yang di gadaikan oleh Hajah Markonah yaitu adik Nenek Romlah.
Lisnawati dan menantu nya serta cucu nya kini telah duduk di lantai yang terbuat dari papan dan duduk bersama Nenek Romlah.
"Lisnawati....! Apakah sudah ada jalan keluar tentang permasalahan yang tempo dulu ibu bicarakan kepadamu." Tanya Ibu kandung nya.
Anaknya hanya geleng-geleng kepala saat di tanya oleh ibu kandung nya itu.
"Uuh...." Keluh Nenek nya pasrah seandainya sawah itu dalam sebulan ini tidak bisa di tebus atau minimal membayar bunga nya dulu. Terpaksa sawah itu akan milik lintah darat itu.
"Ibu sabar dulu pasti ada jalan keluar nya karna masih ada waktu sekitar satu bulan lagi untuk kita berikhtiar." Kata Lisnawati memberi semangat kepada ibu nya agar tidak pasrah begitu saja.
"Apakah sudah di bicarakan kepada Mulyana. Atau kepada Muhammad Awan Pratama tentang masalah sawah yang di gadaikan oleh adik ibu yang bernama Hajah Markonah." Tanya ibu kandung nya yang bernama Siti Romlah.
"Kalau sama Mulyana sudah Bu dia bilang duit dari mana dia kerja cuma cukup makan pagi sampai sore. Ibu juga tahu pekerjaan Mulyana bagaimana." kata Lisnawati tertunduk lesu.
"Terus Awan Pratama bagaimana." Balas Romlah sedikit memaksa kepada Lisnawati anak nya itu.
"Belum aku obrolkan kepada anak itu. Karna dia sekarang sedang sibuk ngurus untuk masuk sekolah tingkat SMA. Tadinya aku juga mau di obrolkan tapi saat dia di tanya sama adiknya mau melanjutkan sekolah jadi aku ada sedikit rasa tidak tega." Keluh Lisnawati.
"Maafkan. Ibu Nak bukan maksud ibu menekan kamu tapi ibu ingat perkataan dari ayah. Yaitu kakek mu. Dulu waktu kamu melahirkan Awan tepat malam Jumat tanggal satu syuro.
"Romlah dan Cucuku Lisnawati. Nanti suatu saat dimana anak ini menginjak dewasa setiap ada badai menerjang di keluargamu segera lah musyawarah kan kepada anak ini dan insyaallah akan ada jalan keluarnya dari arah tidak di sangka sangka.
"Apakah kau masih ingat anakku perkataan dari Kakekmu." Tanya wanita paruh baya itu.
"Masih Bu....! Lisnawati berkata dengan nada pelan.
"Apakah kau tidak merasa saat ini ekonomi keluarga selama ini dari siapa.....! Sedangkan suami tidak pernah memberikan nafkah sudah tiga tahun lama nya." Kata Bu Romlah.
"Iya Bu.....! Awan selama ini yang mencukupi kebutuhan selama ini.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Aden Aja
mantap aku suka Thor
2023-11-11
3
Rusliadi Rusli
sabar
2023-03-08
3
anugrah
gasss poll
2022-11-16
13