"Bunga, dimana anak kita?"
deggg ...
Sejenak, Bunga membelalakkan matanya saat mendengar pertanyaan tak terduga itu. Lalu dalam sekejap, ekspresinya berubah menjadi tatapan mencemooh. Bunga bahkan tak sungkan-sungkan menertawakan Nathan yang tiba-tiba saja menanyakan dimana anaknya.
Mengapa baru sekarang?
Kemana saja ia selama ini?
Kemana ia saat Bunga butuh?
Dan yang paling menyakitkan adalah pernyataan Nathan saat ia mengatakan perihal kehamilannya tempo hari.
"Apa katamu tadi? Apa aku salah dengar?" sinis Bunga dengan sorot mata tajam.
"Kamu tidak salah dengar, Nga. Aku menanyakan dimana anak kita? Bagaimana keadaannya?" cecar Nathan cepat yang sudah penasaran bagaimana keadaan anak yang Bunga kandung dahulu.
"Anak? Anak mana? Anak kita? Anak kita yang mana, hah?" tanya Bunga sambil tertawa sinis. "Jangan bercanda kau tuan Nathan Wiryatama!" pekik Bunga dengan nafas terengah-engah. Tepat saat lampu lalu lintas sudah berubah menjadi warna kuning, dengan gesit Bunga membuka pintu dan menutupnya dengan kasar membuat Nathan terkesiap. Mata Nathan langsung membulat saat melihat bagaimana Bunga menyeberangi jalanan yang begitu padat merayap dengan tanpa rasa takut sama sekali. Bahkan beberapa pengendara sampai mengumpati Bunga karena menyeberang semaunya. Sangat jauh berbeda dengan Bunga dulu yang bahkan tak berani menyeberang saat tak ada yang mendampingi. Ia kini mulai menyadari, Bunga yang sekarang bukanlah Bunga yang dulu.
Baru saja Nathan hendak turun untuk mengejar, namun lampu kini telah berubah menjadi warna hijau membuat Nathan mau tak mau harus menjalankan mobilnya sebab bunyi klakson telah bersahutan-sahutan di belakangnya.
Nathan tak henti-hentinya mengumpati dirinya sendiri karena kehilangan Bunga lagi. Bunga-nya tampak begitu membenci dirinya. Bunga-nya sangat jelas tak ingin bertemu dengannya lagi.
"Bunga, apakah aku telah benar-benar kehilangan dirimu?" lirih Nathan yang tanpa sadar meneteskan air matanya.
Matanya mengabur. Ia tak dapat membendung air matanya yang kian deras. Nathan lantas menepikan mobilnya di sisi jalanan yang sepi. Ia menangis menumpahkan segala penyesalan yang kian membelenggu jiwanya. Apalagi melihat penampilan Bunga tadi, hatinya begitu teriris. Pakaiannya lusuh. Wajahnya tirus dengan lingkar mata yang terlihat jelas. Tubuhnya pun lebih kurus. Entah bagaimana caranya Bunya bertahan hidup selama ini, ia tak tahu.
"Kau memang bajingaan Nathan. Kau memang laki-laki brengsekkk. Kau laki-laki pecundang yang telah merusak masa depan kekasihmu sendiri. Kau memang laki-laki tak tahu diri yang mencampakkan kekasihnya sendiri di saat ia sedang mengandung anakmu. Aku memang bajingaan," lirihnya pilu sambil menepuk-nepuk dadanya yang kian sesak karena penyesalan yang menggerogoti hati dan jiwanya.
...***...
Bugh ...
Bunga terduduk di lantai setelah masuk ke dalam konter yang belum buka. Nafasnya terengah-engah karena ia banyak berlarian sejak turun dari mobil Nathan, menyeberangi jalanan yang sedang padat merayap, naik angkot, lalu berlarian melewati lorong demi lorong untuk tiba di konter itu. Beruntung Putri belum pulang sekolah jadi ia tidak melihat bagaimana kacau ibunya saat ini.
Bunga membenamkan wajahnya di antara kedua kakinya. Nafas memburu, jantung bertalu, keringat dingin pun mengucur deras membuat beberapa bagian bajunya basah. Bunga masih begitu shock. Bagaimana bisa ia kembali bertemu dengan pria yang telah menorehkan lubang di dasar hatinya? Laki-laki yang dengan tega mencampakkannya di saat ia benar-benar tak berdaya. Lelaki yang tidak mau mempercayai perkataannya padahal apa yang ia sampaikan itu merupakan kejujuran. Tak pernah terbesit di benak Bunga untuk menjadi batu sandungan pria itu untuk meraih cita-cita, tapi mengapa ia bisa berpikir seperti itu?
Bunga marah, Bunga kecewa, Bunga terluka, mengapa laki-laki yang ia cinta tidak bisa melihat kejujuran di matanya.
Lalu setelah 6 tahun menghilang, kini ia tiba-tiba kembali. Ingin bicara berdua katanya, bicara apa? Bagi Bunga tak ada lagi yang perlu ia bicarakan. Semua telah usai.
"Kenapa tadi tiba-tiba ia menanyakan anak? Apa sebenarnya saat itu ia tahu aku sedang hamil? Lalu karena tidak ingin bertanggung jawab, ia mencampakkanku. Seolah-olah tak percaya, padahal ... "
Air mata Bunga kembali mengalir deras. Hatinya kian sakit mengetahui fakta ini. Fakta berdasarkan asumsinya sendiri. Ia pikir Nathan mencampakkannya karena tak ingin bertanggung jawab.
"Anakmu? Tidak ada anakmu. Hanya ada anakku. Dan aku takkan pernah membiarkan kau menemui anakku. Anakku hanya milikku. Aku yang mengandungnya, aku yang melahirkannya, aku yang membesarkannya, jadi Putri hanya milikku. Kau tak memiliki hak apapun atas putriku," gumam Bunga dengan sorot mata penuh kebencian.
...***...
30 menit telah berlalu, akhirnya Nathan sudah lebih tenang. Tiba-tiba ia teringat dengan sosok malaikat kecil yang begitu cantik dan menggemaskan. Siapa lagi kalau bukan Putri.
"Sepertinya bertemu dengan Putri pasti akan cukup menyenangkan," gumamnya seraya tersenyum.
Lalu Nathan melihat dirinya sendiri melalui cermin di depannya. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan lalu mengelap sisa-sisa air mata di pipinya. Nathan mengulas senyum dengan terpaksa.
"Bunga, semoga kita bertemu lagi. Bila itu terjadi, aku akan memperjuangkan mu kembali," gumamnya lagi saat lagi-lagi ia teringat sosok mantan kekasihnya itu.
Lalu bayangan Bunga tergantikan dengan sosok Putri yang sedang tersenyum manis. Mata mereka sama, namun wajah berbeda. Mungkin hal itulah yang membuatnya menyukai Putri pikirnya sebab mata Putri begitu persis dengan mata Bunga, bulat, besar, berbulu mata panjang dan lentik, dan bola mata kecoklatan. Bila tersenyum, mata itu akan berpendar seperti bukan sambut, sungguh indah dan cantik.
Dengan penuh semangat, Nathan mengemudikan mobilnya menuju sekolah Putri yang sebentar lagi pasti bubar. Ia tak mau kehilangan kesempatan berjumpa dengan malaikat kecilnya yang sungguh imut, lucu, dan cantik. Sungguh beruntung orang tua yang memiliki anak secantik Putri pikirnya. Tapi sayang, nasibnya kurang beruntung sebab ia lahir tanpa seorang ayah. Terdengar helaan nafas kasar dari mulut Nathan, mengingat Putri membuatnya teringat Bunga. Apakah anak mereka juga mengalami seperti yang Putri alami, pikirnya?
Lagi-lagi batinnya terasa seperti disayat sembilu membayangkan apa yang Putri alami dialami juga oleh anaknya.
"Semoga kalian hidup dengan baik di manapun kalian berada," gumamnya.
"Om baik?" panggil Putri saat melihat Nathan tengah berjalan mendekat ke arah Putri.
"Hai cantik, baru pulang?" tanya Nathan seraya berjongkok agar tubuh mereka saling sejajar.
"Ih Om aneh udah tahu nanya," ejek Putri sambil terkekeh membuat Nathan gemas lalu mencubit pipi chubby Putri.
"Kamu gemesin banget deh!"
"Om, Om udah punya anak?" tanya Putri tiba-tiba membuat Nathan mengerutkan keningnya.
"Memangnya kenapa sayang?"
"Pasti anak Om bahagia banget bisa punya ayah sebaik Om, nggak kayak Putri yang nggak punya ayah. Seandainya Om jadi papa Putri, Putri pasti seneeeeng banget. Om itu udah baik, ganteng, kaya juga. Mama pasti nggak perlu repot-repot kerja siang malam lagi. Nggak ada lagi yang marah-marah karena duit kontrakan belum bayar. Nggak ada brisik bunyi token hampir habis. Nggak ada yang ngatain mama murahan lagi. Terus pasti nggak ada lagi yang katain Putri anak haram karena putri udah punya papa kayak teman-teman Putri yang lain," ucap Putri pelan dengan mata berkaca-kaca.
Tanpa sadar, Putri telah mengungkapkan segala keluh-kesah yang dipendamnya selama ini. Nathan yang mendengarnya pun dapat merasakan betapa perih perjalanan hidup Putri dan ibunya. Dalam hati Nathan membatin, apakah Bunga dan anaknya pun mengalami hal serupa?
Kesedihan yang sempat reda kini kembali menyeruak. Tanpa sadar ia pun ikut menitikkan air mata. Mengapa anak sekecil ini sudah harus mengalami kehidupan yang menyedihkan seperti ini?
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Wani Ihwani
putri tu anak mu oon
2024-07-12
0
Ihza
dan putri itu anakmu😭
2024-04-02
0
Tulip
cb dulu nathan percaya sm bunga kan bs kuliah di indonesia sj gak mesti diluar negri
2022-12-19
0