Bab. IX Bunga, maafkan aku.

"Eh, itu Nathan tuh!" ujar Bela saat melihat Nathan di pintu masuk cafe tempat mereka janjian nongkrong.

"Nath, di sini!" panggil Aryo seraya melambaikan tangan. Nathan pun segera beranjak mendekati keempat teman semasa putih abu-abunya itu seraya tersenyum lebar.

"Hai, bro!" sapa Nathan sambil melakukan fist bump atau beradu kepalan yang merupakan cara berjabat tangan ala anak muda yang sudah sering mereka lakukan sejak SMA. Lalu Nathan pun bersalaman dengan Bela dan Lilya yang sudah terlihat lebih dewasa sekarang. Sangat berbeda dari zaman SMA mereka dulu. 6 tahun ternyata telah mengubah segalanya. Wajah Aryo yang sudah dipenuhi jambang dan Andra yang tampil klimis dengan wajah bersih mulus tanpa jambang seperti Aryo.

"Hai juga, Nath! Apa kabar nih? Gaya loe udah kayak eksekutif muda euy!" celetuk Aryo yang diamini ketiga temannya.

"Kabar gue, ya gini. Kalau kalian?" jawab Nathan seraya. terkekeh kemudian ia menghempaskan bokongnya pada kursi di samping Andra.

"Alhamdulillah, gue baik," sahut Bela.

"Kalau gue kurang baik," sahut Lilya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa loe, Lil? Jangan bilang loe putus lagi sama si ogep?" ledek Bela.

"Ih, emang suka bener loe kalo ngomong," sahut Lilya yang sudah tergelak.

"Makanya, ngapain sih putus nyambung mulu sama si ogep, udah tau dia tukang selingkuh. Tuh, mending sama Aryo yang udah teruji kesetiaannya, ya nggak Ndra?" ujar Bela sambil mengerlingkan matanya sebelah pada Andra.

"Loe bener banget, Bel. Gue sampai salut betah bener jomblo nungguin si mantan ogep satu itu," sahut Andra sambil cengengesan. Mata Aryo melotot tajam pada Andra yang sudah membuka kartunya di hadapan Lilya.

"Udah ih, kalian ini malah ngerjain gue melulu. Nggak bosen apa! Tuh, si Nathan jadi bengong melamun gitu, nggak kalian hirauin!" sergah Lilya agar berhenti merecoki urusannya.

"Oops, lupa! Hahaha ... Eh, mungkin dia lagi mikirin Bunga. Oh iya, kok Bunga nggak ada ya? Kalian nggak menghubungi dia?" tanya Aryo yang baru menyadari ada satu teman dekat mereka yang tidak hadir hari itu.

"Iya, Bel? Loe nggak ngehubungi Bunga?" tanya Andra yang juga penasaran.

Nathan yang tadinya melamun, seketika tersadar saat nama Bunga disebut. Ia pun penasaran dengan keberadaan Bunga. Karena itu ia menghubungi teman-temannya dan mengajak mereka bertemu dengan harapan bisa mengetahui keberadaan Bunga.

"Bukan nggak ngehubungi, tapi nggak bisa," jawab Bela. Lalu ia menghembuskan nafas panjang.

"Semenjak beberapa hari setelah kelulusan, dia ngilang gitu aja. Kayak ditelan bumi tau nggak. Kami berdua dulu pernah nyamperin ke rumah orang tuanya tapi malah diusir," timpal Lilya dengan pandangan mata menerawang.

"Kalian diusir?" tanya Nathan memastikan dan Bela juga Lilya mengangguk bersamaan.

"Kenapa?" tanya Andra yang juga ikut kepo.

Bela mengedikkan bahunya tak tahu.

"Sehari setelah kelulusan aku sempat ketemu sama dia di jalanan. Dia jalan jalan sendirian padahal sedang hujan deras. Matanya bengkak gitu, kayaknya habis nangis. Pas gue tanya apa dia nangis, jawabnya enggak. Pas gue tanya kenapa hujan-hujanan jawabnya nggak nemu taksi. Bo'ong banget. Jadi gue anterin lah pulang ke rumahnya," cerita Bela sambil mengaduk-aduk milk shake miliknya. "Besoknya dia sakit. Mukanya pucat banget. Muntah-muntah terus. Nggak mau makan. Tiap cium aroma masakan atau makanan pasti muntah. Nyokapnya mau bawa ke rumah sakit, tapi Bunga mati-matian nolak, nggak mau. Gue sampai 3 hari bolak-balik ke sana ikut bantu jagain dia gantian sama Lilya. Tanya aja tuh ama Lilya, ya kan Lil?"

"Iya, tapi beberapa hari kemudian kami nggak bisa kesana karena mau urus pendaftaran kuliah. Tepat seminggu setelah kita kelulusan, gue sama Bela coba samperin rumah Bunga lagi soalnya ternyata dari pagi dia teleponin tapi karena kami sibuk, nggak sempat ngangkat panggilan dia. Pas sore hari baru deh kami sempat. Itupun kami usahain soalnya dia kirim pesan yang isinya tolong gue. Ya, kami takutlah terjadi apa-apa sama dia jadi kami buru-buru kesana. Tapi ... " cerita Lilya terpotong. Lalu ia saling pandang dengan Bela.

"Pas kami kesana, kami justru nggak ketemu Bunga. Yang ada ayah, ibu, kakak, dan adiknya. Yang sampai gue penasaran, gue liat mata nyokap sama adik perempuannya tuh merah gitu. Sembah kayak habis nangis. Sedangkan wajah bokap sama kakaknya kayak lagi emosi banget. Tanpa basa-basi mereka usir kami terus bilang nggak usah datang kesana lagi. Nggak perlu cari Bunga lagi karena dia udah nggak ada di sana. Kami bingung dong, kok mereka kayak lagi marah banget kayak gitu."

"Ho'oh. Pas pulang kami coba hubungi Bunga, tapi ternyata nomornya udah nggak aktif dan sampai sekarang kami nggak pernah bertemu dia lagi." Tutup Lilya membuat ketiga laki-laki yang ada di hadapan mereka terdiam.

"Aneh!" seru Aryo dengan dahi berkerut.

"Apa ya yang buat bokapnya marah banget kayak gitu? Dan kemana Bunga?" timpal Andra. "Loe Nath, kan loe pacarnya Bunga, emang dia nggak ada hubungin loe selama ini? Gue lihat, nomor loe masih yang lama," tanya Andra yang sudah mengalihkan pandangannya pada Nathan.

Nathan terkesiap. Bibirnya kelu untuk menjawab.

"Nath, are you okay?" tanya Aryo.

"Gue ... gue udah putus dari Bunga sehari setelah kelulusan kita," jawab Nathan lirih membuat keempat temannya itu membulatkan matanya.

"Jangan bilang, Bunga pulang hujan-hujanan itu karena habis putus sama loe?" terka Bela dengan suara naik satu oktaf membuat Nathan terdiam.

"Beneran, Nath?" timpal yang lainnya ikut bertanya.

Nathan menghembuskan nafasnya. Ekspresinya begitu sendu, tanpa menjawab pun keempat temannya sudah bisa menebak.

"Njir! Gila loe ya! Loe yang mati-matian deketin Bunga, tapi loe yang mutusin terus mencampakkan dia begitu aja. Dasar laki-laki brengsekkk loe!" seru Bela sambil berkacak pinggang. Bahkan ia tanpa ragu mengumpati Nathan yang menurutnya memang brengsekkk.

"Apa? Apa alasan loe mutusin dia? Apa karena loe mau berangkat ke Amrik jadi loe mutusin dia begitu aja?" Nathan bungkam. Ia tak mungkin menceritakan alasannya. Bisa-bisa ia benar-benar dicap laki-laki paling brengsekkk sedunia oleh keempat temannya itu.

"Udah-udah, nggak perlu bahas alasan Nathan dan Bunga putus. Yang jadi pertanyaan itu, kemana Bunga? Apa benar dia diusir? Terus karena apa?" lerai Aryo tak ingin teman-temannya terlalu menyudutkan Nathan. Menurutnya, apapun alasan Nathan dan Bunga putus, itu merupakan urusan pribadi mereka.

Kelima orang yang awalnya tampak begitu bahagia karena bisa berkumpul kembali setelah sekian tahun lamanya berpisah, kini justru saling membungkam. Tak ada yang mengeluarkan suara. Mereka justru sibuk dengan pikiran masing-masing. Meskipun Aryo dan Andra tidak begitu dekat dengan Bunga karena sifat posesif Nathan yang tidak menyukai Bunga terlalu dekat dengan laki-laki lain meskipun itu teman-teman mereka sendiri, tapi mereka tetap saja khawatir. Bunga bukan hanya gadis yang cantik dan pintar, tapi ia juga sangat baik. Bahkan tanpa orang lain ketahui, kedua laki-laki itu pun pernah menyukai Bunga, walaupun hanya dalam diam. Oleh sebab itu, hilangnya Bunga tanpa jejak sedikit pun membuat mereka tak urung khawatir.

'Bunga, maafin sikap bodohku 6 tahun lalu! Bunga, maaf karena mutusin kamu begitu aja tanpa mendengarkan penjelasanmu dulu. Bunga, kamu dimana? Apa benar kamu waktu itu benar-benar hamil? Kalau iya, bagaimana keadaan anak kita? Bunga, aku harap kita bisa berjumpa lagi. Bunga, aku tahu kata maaf pun takkan mengembalikan segalanya seperti semula. Tapi aku bisa berjanji, akan memperbaiki dan menebus semua kesalahanku. Meskipun seumur hidup, aku bersedia. Bunga, jujur dari dalam hatiku, aku masih mencintaimu. Bunga, maafkan aku.'

...***...

Terpopuler

Comments

Pisces97

Pisces97

enak banget hanya minta maaf 😒

2024-07-10

0

Ihza

Ihza

mulai ni yg bikin nangis

2024-04-02

1

tris tanto

tris tanto

trll puanjng untuk obrolnnya dn penjelsannya ,trus banyak kata2 yg diulang2

2023-06-06

3

lihat semua
Episodes
1 Bab. I Asmara Putih abu-abu
2 Bab. II Dimabuk asmara
3 Bab. III Dua garis
4 Bab. IV Hurt
5 Bab. V Maafkan mama
6 Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7 Bab. VII Bolos
8 Bab. VIII Mencari Bunga
9 Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10 Bab. X Keributan
11 Bab. XI Hampir
12 Bab. XII Bertemu Putri
13 Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14 Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15 Bab. XV Merindukan Putri
16 Bab. XVI Penjelasan
17 Bab. XVII Putri
18 Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19 Bab. XIX Dimana anak kita?
20 Bab. XX Curahan hati Putri
21 Bab. XXI Keyakinan Putri
22 Bab. XXII Papa untuk Putri
23 Bab. XXIII Putri mau papa
24 Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25 Bab. XXV Bertemu ?
26 Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27 Bab. XXVII Hurt
28 Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29 Bab. XXIX A day with ...
30 Bab. XXX Mungkinkah
31 Bab. XXXI Luka Bunga
32 Bab. XXXII Protes Putri
33 Bab. XXXIII Khawatir
34 Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35 Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36 Bab. XXXVI
37 Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38 Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39 Bab. XXXIX
40 Bab. XL
41 Bab. XLI
42 Bab. XLII Benci tapi cinta
43 Bab. XLIII Amarah Karlina
44 Bab. XLIV Kabar tak terduga
45 Bab. XLV Rumah Sakit
46 Bab. XLVI Takut dan cemas
47 Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48 Bab. XLVIII Putus asa
49 Bab. XLIX Mulai menyadari
50 Bab. L Kenyataan memilukan
51 Bab. LI Penyesalan
52 Bab. LII Izin
53 Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54 Bab. LIV VC with Putri
55 Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56 Bab. LVI Kiss
57 Bab. LVII Takkan pernah terganti
58 Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59 Bab. LIX
60 Bab. LX Permintaan Putri
61 Bab. LXI Menggenggam hati
62 Bab. LXII Hamil?
63 BAB. LXIII Definisi mencintai
64 Bab. LXIV KAMU
65 Bab. LXV Hari Bahagia
66 Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67 Bab. LXVII Perkara durian
68 Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69 Bab. LXIX
70 Bab. LXX
71 BAB. LXXI See you and bye-bye
72 Special from othor D'wie
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab. I Asmara Putih abu-abu
2
Bab. II Dimabuk asmara
3
Bab. III Dua garis
4
Bab. IV Hurt
5
Bab. V Maafkan mama
6
Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7
Bab. VII Bolos
8
Bab. VIII Mencari Bunga
9
Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10
Bab. X Keributan
11
Bab. XI Hampir
12
Bab. XII Bertemu Putri
13
Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14
Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15
Bab. XV Merindukan Putri
16
Bab. XVI Penjelasan
17
Bab. XVII Putri
18
Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19
Bab. XIX Dimana anak kita?
20
Bab. XX Curahan hati Putri
21
Bab. XXI Keyakinan Putri
22
Bab. XXII Papa untuk Putri
23
Bab. XXIII Putri mau papa
24
Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25
Bab. XXV Bertemu ?
26
Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27
Bab. XXVII Hurt
28
Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29
Bab. XXIX A day with ...
30
Bab. XXX Mungkinkah
31
Bab. XXXI Luka Bunga
32
Bab. XXXII Protes Putri
33
Bab. XXXIII Khawatir
34
Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35
Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36
Bab. XXXVI
37
Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38
Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39
Bab. XXXIX
40
Bab. XL
41
Bab. XLI
42
Bab. XLII Benci tapi cinta
43
Bab. XLIII Amarah Karlina
44
Bab. XLIV Kabar tak terduga
45
Bab. XLV Rumah Sakit
46
Bab. XLVI Takut dan cemas
47
Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48
Bab. XLVIII Putus asa
49
Bab. XLIX Mulai menyadari
50
Bab. L Kenyataan memilukan
51
Bab. LI Penyesalan
52
Bab. LII Izin
53
Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54
Bab. LIV VC with Putri
55
Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56
Bab. LVI Kiss
57
Bab. LVII Takkan pernah terganti
58
Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59
Bab. LIX
60
Bab. LX Permintaan Putri
61
Bab. LXI Menggenggam hati
62
Bab. LXII Hamil?
63
BAB. LXIII Definisi mencintai
64
Bab. LXIV KAMU
65
Bab. LXV Hari Bahagia
66
Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67
Bab. LXVII Perkara durian
68
Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69
Bab. LXIX
70
Bab. LXX
71
BAB. LXXI See you and bye-bye
72
Special from othor D'wie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!