Bab. V Maafkan mama

'Dasar anak kurang ajar! Bikin malu! Mati saja kau biadab!'

Plakkk ...

Plakkk ...

Plakkk ...

'Aaaaarh ... ampun, yah! Ampuni Bunga, yah! Bunga mohon ampun, yah! Sakit yah!'

'Ampun katamu, hah! Kau memang anak tak tahu diri. Tega sekali kau melempar kotoran ke muka kami. Kami mengajar dan mendidik mu agar jadi wanita terhormat, tapi kau malah melakukan perbuatan menjijikkan sampai hamil di luar nikah. Dimana otakmu hah? Kau disekolahkan untuk menjadikanmu wanita berilmu, bukan untuk menjadi *wanita murahan.'

Cletak ...

Cletak ...

Cletakkk ...

'Sudah yah, kasian Bunga yah! Dia bisa mati kalau ayah sabet terus pakai ikat pinggang ayah. Ayah lihat, tubuhnya sudah berdarah-darah, kasihan Bunga yah, jangan sakiti Bunga lagi.'

'Ibu nggak usah bela anak kurang ajar ini. Apa kata orang kalau tahu anak ini hamil di luar nikah? Malu Bu, ayah malu. Cepat katakan siapa laki-laki kurang ajar itu! Cepat katakan!'

'Bunga, cepat katakan sama ayah, nak! Biar dia bertanggung jawab.'

'Jadi kau masih ingin tetap diam! Oh atau jangan-jangan laki-laki yang menidurimu itu bukan hanya satu karena itu kami tidak tahu laki-laki mana yang menghamilimu?'

'Cepat bereskan barang-barangmu dan segera angkat kaki dari rumah ini dan jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi! Pergi!!!'

'Bu, kak, tolong Bunga, Bunga nggak mau pergi!'

'Pergi kataku! Apa kau tuli hah anak kurang ajar! Cepat pergi dari sini sebelum aku menyeretmu ke jalanan! Pergi!!!'

"Ma, bangun, ma! Mama bangun! Hiks ... hiks ... hiks ... "

"Eeeunghh ... hah hah hah ... "

"Ma ... "

"Putri ... " Bunga membelalakkan matanya dengan nafas terengah saat melihat sang putri tengah menangis tersedu di sisinya. "Putri kenapa nangis, hm?" tanya Bunga seraya menghapus bulir-bulir bening yang mengalir di pipi Putri. Ya, Putri merupakan anak Bunga. Putri kini sudah berusia 5 tahun.

"Mama mimpi lagi ya? Putri takut, ma. Mama nangis dalam mimpi. Kenapa mama nangis terus dalam mimpi? Siapa yang marahin mama?" lirih Putri. Kini mereka bergantian, Putri lah yang menghapus sisa-sisa air mata yang berada di pelupuk mata Bunga.

Bunga membulatkan matanya, ia baru ingat, ternyata lagi-lagi mimpi itu mendatangi malam-malamnya. Semenjak peristiwa pengusiran yang dialaminya 6 tahun yang lalu, hampir setiap malam dirinya mengalami mimpi mencekam. Peristiwa pengusiran itu menjadi momok menakutkan yang mengendap dalam pikiran dan batin terdalamnya.

Entah sampai kapan mimpi buruk itu akan pergi, Bunga pun tak tahu. Ia sudah mencoba melupakan, namun tak pernah berhasil. Walaupun tidak setiap hari datang, tapi hampir setiap bulan, bahkan bisa 2 sampai 3 kali dalam seminggu, mimpi itu merecoki tidur lelah dan lelapnya. Tak tahukah engkau wahai mimpi, Bunga pun butuh tidur. Ia butuh istirahat setelah sepanjang hari berjuang mencari pundi-pundi rupiah demi membahagiakan sang anak. Seandainya saja tak ada anaknya, mungkin sejak lama ia telah menyerah dengan kehidupan yang menyakitkan ini.

"Nggak ada yang marahin mama kok. Mama bukan mimpi di marahi, tapi mimpi dikejar-kejar hantu. Hantunya serem banget soalnya," kilah Bunga. Tak mungkin ia berkata jujur kalau ia mimpi dipukuli kakeknya lalu diusir dari rumah karena mengandung dirinya.

"Oh, pantes mama minta ampun! Waktu itu mama mimpi dikejar anjing. Sekarang mimpi dikejar hantu. Besok kalau mama mimpi lagi jangan lari ma. Kata Bu ustadzah, kalau ketemu hantu itu harus baca doa, bukannya ketakutan," ujar gadis kecil dengan nama panjang Putri Buana Wiryatama itu.

"Oh ya! Putri tahu nggak doanya? Ajarin mama dong biar kalau hantunya datangi mimpi mama lagi mama bisa bacain doa biar hantunya minggat," seloroh Bunga dengan memasang wajah antusias. Senang rasanya melihat ekspresi polos dan lucu putri kecilnya itu. Padahal jarum jam masih menunjukkan pukul 3 fajar, tapi matanya sudah tidak mengantuk lagi.

Putri tampak berpikir, "tempo hari Putri pernah nonton di TV baca doa ini ma, Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar. Aamiin," Putri membacakan doa seraya menengadahkan kedua telapak tangannya ke atas.

Terang saja, setelah mendengar putrinya membacakan doa yang sebenarnya doa makan membuatnya tergelak kencang.

"Mama kok ketawa? Memang doanya salah ya ma?" tanya Putri polos.

"Putri tau itu doa apa?"

"Tahu, doa makan."

"Nah, terus kenapa pas ketemu hantu malah baca doa itu?"

"Biar hantunya takut ma, takut dimakan. Putri nontonnya gitu, hantunya beneran ketakutan ma sampai jatuh guling-guling, takut dimakan hantunya. Jadi kalau mama mimpi dikejar hantu lagi, baca aja doa makan ma, pasti hantunya takut terus langsung lari," ucap Putri penuh semangat membuat Bunga sampai tertawa terpingkal-pingkal.

"Haduh, perut mama sampai sakit. Kamu lucu banget sih sayang. Yuk tidur lagi, kan entar pagi Putri harus sekolah. Jangan sampai kesiangan!" tukas Bunga seraya mengusap surai panjang Putri yang hitam berkilau juga lurus.

"Iya, ma. Putri juga masih ngantuk. Jangan lupa baca doanya ya ma!"

"Iya, iya, ayo, Putri yang pimpin doa!"

"Bismillahirrahmanirrahim, Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut. Aamiin."

...***...

"Kak, pulsanya yang 10 ribu dong."

"Pulsa apa dek?"

"Pulsa Indosat kak,"

"Tulis nomornya di sini ya dek!" ujar Bunga seraya menyerahkan sebuah buku kepada pembeli.

"Udah kak."

Setelah melihat deretan angka yang tertulis di dalam buku, Bunga pun mulai mengisikan pulsa sesuai nominal yang diinginkan pembeli.

"Udah ya dek."

"Berapa kak?"

"12 ribu dek."

"Ini uangnya kak. Makasih kak."

"Sama-sama," sahut Bunga seraya mengulas senyum manis.

"Mbak, kuota Smartfren unlimited 1 bulan ada?"

"Mau yang inject atau voucher?"

"Inject aja deh mbak biar nggak repot."

"Silahkan tulis nomornya di sini!"

Dan seperti tadi, Bunga pun mulai mengisikan kuota sesuai pesanan.

2 tahun ini, Bunga bekerja menjaga konter pulsa. Konter itu tidak terlalu besar karena hanya melayani pembelian pulsa, kuota, token listrik, juga berbagai macam pembayaran seperti membayar listrik, PDAM, top up saldo, dan beberapa tagihan lainnya.

Bunga tidak hanya mengandalkan satu mata pencaharian saja. Sembari menjaga konter, ia pun mulai belajar menulis novel di di aplikasi. Walaupun tulisannya belum banyak pembaca, Bunga tak pernah menyerah, semua demi memenuhi kebutuhan sang putri tercinta. Belum lagi ia harus membayar kontrakan yang baru satu tahun ini ditempatinya. Memiliki anak tanpa suami, membuatnya sering mendapatkan cemoohan dan tudingan-tudingan tak mengenakkan. Alhasil, selama 6 tahun ini ia kerap berpindah kesana kemari. Namun Bunga berharap, kali ini ia tak harus pindah lagi. Kasihan Putri pikirnya. Apalagi kini Putri telah memasuki taman kanak-kanak. Tidak mungkin ia harus terus berpindah kesana kemari. Ia tak ingin putri semata wayangnya itu kebingungan karena terus berpindah tempat tinggal.

Selain menjaga konter dan menulis novel, Bunga juga menerima upahan cuci gosok dari beberapa tetangganya. Kebutuhan zaman sekarang itu serba banyak dan mahal. Tidak mungkin ia hanya mengandalkan gaji menjaga konter yang tak seberapa. Gaji novelnya pun tidak bisa setiap bulan diambil karena penarikan gaji memiliki batas minimum. Alhasil, bila pendapatan belum mencapai batas minimum karena sepinya pembaca, ia jadi harus menunda penarikan. Dan dari hasil upah cuci gosoklah ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pembayarannya dengan sistem mingguan. Sedangkan gaji menjaga konter dan menulis novel untuk biaya sewa kontrakan dan biaya sekolah Putri.

"Assalamu'alaikum, ma," seru Putri saat telah berdiri di depan konter.

Bunga pun mengulas senyum lebar dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut sang putri ke dalam pelukannya.

"Wa'alaikum salam princess nya mama," balas Bunga sumringah.

"Ma, gambar Putri dapat nilai A+ lho! Nih lihat, bagus kan ma!" seru Putri dengan mata berbinar cerah.

"Memang Putri gambar apa?" tanya Bunga.

"Ini, ma, bagus kan!" ujar Putri seraya menyodorkan buku gambarnya.

Seketika nafas Bunga tercekat saat melihat gambar sang putri. Gambarnya memang sangat bagus, tapi yang menjadi fantasi gambar Putri lah yang membuat hatinya merasa miris.

"Ini gambar mama, yang di tengah-tengah ini Putri, terus yang ini papa," ujarnya bercerita dengan sorot mata mendamba juga merindu.

Hati Bunga hanya bisa meringis perih menyaksikan sang putri yang begitu merindukan sosok ayahnya di sampingnya.

'Maafkan mama nak yang tidak bisa memberikan keluarga yang sempurna pada dirimu,' lirih Bunga berkaca-kaca.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

yg sabar ya Bunga

2024-10-15

0

Merica Bubuk

Merica Bubuk

Hahahaaa

2024-08-12

0

Wani Ihwani

Wani Ihwani

bawang apa ini yng di pakek tor kok pedes amat di mata

2024-07-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. I Asmara Putih abu-abu
2 Bab. II Dimabuk asmara
3 Bab. III Dua garis
4 Bab. IV Hurt
5 Bab. V Maafkan mama
6 Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7 Bab. VII Bolos
8 Bab. VIII Mencari Bunga
9 Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10 Bab. X Keributan
11 Bab. XI Hampir
12 Bab. XII Bertemu Putri
13 Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14 Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15 Bab. XV Merindukan Putri
16 Bab. XVI Penjelasan
17 Bab. XVII Putri
18 Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19 Bab. XIX Dimana anak kita?
20 Bab. XX Curahan hati Putri
21 Bab. XXI Keyakinan Putri
22 Bab. XXII Papa untuk Putri
23 Bab. XXIII Putri mau papa
24 Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25 Bab. XXV Bertemu ?
26 Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27 Bab. XXVII Hurt
28 Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29 Bab. XXIX A day with ...
30 Bab. XXX Mungkinkah
31 Bab. XXXI Luka Bunga
32 Bab. XXXII Protes Putri
33 Bab. XXXIII Khawatir
34 Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35 Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36 Bab. XXXVI
37 Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38 Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39 Bab. XXXIX
40 Bab. XL
41 Bab. XLI
42 Bab. XLII Benci tapi cinta
43 Bab. XLIII Amarah Karlina
44 Bab. XLIV Kabar tak terduga
45 Bab. XLV Rumah Sakit
46 Bab. XLVI Takut dan cemas
47 Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48 Bab. XLVIII Putus asa
49 Bab. XLIX Mulai menyadari
50 Bab. L Kenyataan memilukan
51 Bab. LI Penyesalan
52 Bab. LII Izin
53 Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54 Bab. LIV VC with Putri
55 Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56 Bab. LVI Kiss
57 Bab. LVII Takkan pernah terganti
58 Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59 Bab. LIX
60 Bab. LX Permintaan Putri
61 Bab. LXI Menggenggam hati
62 Bab. LXII Hamil?
63 BAB. LXIII Definisi mencintai
64 Bab. LXIV KAMU
65 Bab. LXV Hari Bahagia
66 Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67 Bab. LXVII Perkara durian
68 Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69 Bab. LXIX
70 Bab. LXX
71 BAB. LXXI See you and bye-bye
72 Special from othor D'wie
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab. I Asmara Putih abu-abu
2
Bab. II Dimabuk asmara
3
Bab. III Dua garis
4
Bab. IV Hurt
5
Bab. V Maafkan mama
6
Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7
Bab. VII Bolos
8
Bab. VIII Mencari Bunga
9
Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10
Bab. X Keributan
11
Bab. XI Hampir
12
Bab. XII Bertemu Putri
13
Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14
Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15
Bab. XV Merindukan Putri
16
Bab. XVI Penjelasan
17
Bab. XVII Putri
18
Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19
Bab. XIX Dimana anak kita?
20
Bab. XX Curahan hati Putri
21
Bab. XXI Keyakinan Putri
22
Bab. XXII Papa untuk Putri
23
Bab. XXIII Putri mau papa
24
Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25
Bab. XXV Bertemu ?
26
Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27
Bab. XXVII Hurt
28
Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29
Bab. XXIX A day with ...
30
Bab. XXX Mungkinkah
31
Bab. XXXI Luka Bunga
32
Bab. XXXII Protes Putri
33
Bab. XXXIII Khawatir
34
Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35
Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36
Bab. XXXVI
37
Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38
Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39
Bab. XXXIX
40
Bab. XL
41
Bab. XLI
42
Bab. XLII Benci tapi cinta
43
Bab. XLIII Amarah Karlina
44
Bab. XLIV Kabar tak terduga
45
Bab. XLV Rumah Sakit
46
Bab. XLVI Takut dan cemas
47
Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48
Bab. XLVIII Putus asa
49
Bab. XLIX Mulai menyadari
50
Bab. L Kenyataan memilukan
51
Bab. LI Penyesalan
52
Bab. LII Izin
53
Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54
Bab. LIV VC with Putri
55
Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56
Bab. LVI Kiss
57
Bab. LVII Takkan pernah terganti
58
Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59
Bab. LIX
60
Bab. LX Permintaan Putri
61
Bab. LXI Menggenggam hati
62
Bab. LXII Hamil?
63
BAB. LXIII Definisi mencintai
64
Bab. LXIV KAMU
65
Bab. LXV Hari Bahagia
66
Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67
Bab. LXVII Perkara durian
68
Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69
Bab. LXIX
70
Bab. LXX
71
BAB. LXXI See you and bye-bye
72
Special from othor D'wie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!