Bab. II Dimabuk asmara

"Dari mana aja kamu, hah? Lihat jam, ini sudah jam berapa?" bentak pak Broto pada putrinya.

Bunga yang baru saja pulang hanya bisa menunduk dalam diam dan rasa takut. Bunga menyadari, ia memang salah karena pulang terlambat. Tapi ia terlalu terlambat. Ini baru jam 3 menjelang sore pikirnya. Sedangkan pulang sekolah pukul 12.30. Ia memanfaatkan 2 jamnya untuk makan dan nyantai dengan Nathan di sebuah cafe. Lama perjalanan pulang membutuhkan waktu 30 menit, alhasil ia tiba di rumah pukul 3.

Pak Broto memang terkenal over protective dan keras. Bahkan di kampus tempat ia mengajar ia dijuluki dosen killer karena sikap kelewat tegas dan galaknya. Ia tak segan-segan memukul anak-anaknya bila melakukan kesalahan. Ibu Bunga, Nilawati, hanya bisa mematung tak mampu menolong. Ia baru bergerak saat perbuatan pak Broto sudah sangat keterlaluan pada anak-anaknya.

"Jelaskan, jangan diam aja, Bunga!" bentak pak Broto lagi membuat tubuh Bunga bergetar.

"Bu-bunga tadi habis ... habis latihan nari, pak di rumah Bela untuk diambil nilai pas ujian praktek nanti," dusta Bunga. Memang mereka sempat latihan menari tadi, tapi itu saat jam pelajaran kosong sebab guru bahasa Indonesia mereka berhalangan hadir jadi mereka manfaatkan waktu itu untuk latihan menari.

Pak Broto mendengus dengan sorot mata tajam tak lepas dari anak kedua dari tiga bersaudara itu. Lalu tanpa kata, pak Broto berlalu dari hadapan Bunga membuat Bunga dapat bernafas dengan lega.

...***...

"Sayang, lagi ngapain?"

Sebuah pesan masuk di ponsel Bunga, membuat Bunga yang sedang membaca buku, menghentikan kegiatannya. Lalu ia tersenyum lebar. Wajah muramnya seketika berganti ceria. Ia pun segera mengetikkan balasan pada pesan sang kekasih.

"Lagi bad mood," jawabnya singkat.

"Bad mood kenapa? Kangen ya!"

"Ih, pede! 😛 Aku tadi dimarahin bokap," adu Bunga melalui pesannya.

"Kenapa? Apa karena pulang telat? Bukannya kata kamu hari ini bokap pulang sore?"

"Iya. Nggak tahu tuh, tiba-tiba pas pulang, bokap udah berdiri di depan pintu. Bikin sport jantung tahu nggak."

Nathan yang membaca pesan itu hanya bisa tersenyum iba. Ia sebenarnya kasihan dengan sang kekasih yang terlalu dikekang. Sebenarnya tidak salah, mungkin itu cara sang ayah untuk menjaga anak gadisnya. Tapi tidak juga dengan sedikit-sedikit marah dan sedikit-sedikit memukul. Pernah, hanya karena sang ayah pernah menemukan kertas hasil ulangan Bunga yang nilainya 65, ayahnya sampai tega memukul Bunga dengan penggaris dari kayu hingga kakinya memar membiru. Belum puas, ayahnya menghukum tidak memberikan uang saku selama seminggu, membuat Nathan tak kuasa menahan kesedihannya. Mengapa ada seorang ayah yang sangat suka sekali main tangan dengan anaknya? Bukankah seorang ayah itu seharusnya menjadi seorang pelindung? Apalagi status ayah Bunga yang ternyata seorang dosen, tentu ia tahu perbuatan itu tak pantas dan dilarang. Marah boleh, tapi tidak juga dengan menghukum semaunya seperti itu.

"Maafin aku ya! Kalau tadi kamu nggak jalan sama aku, kamu pasti nggak bakal dikayak gituin sama bokap. Aku janji, aku akan jadi orang sukses dan nikahin kamu terus bahagiain kamu supaya bokap kamu nggak bisa kasarin kamu lagi."

"Janji?"

"I promise with all my life*."

Membaca pesan terakhir itu, Bunga tak bisa tidak tersenyum. Namun, senyumnya seketika teralihkan saat sang adik masuk ke dalam kamarnya.

"Mbak lagi ngapain? Lagi chattan sama pacarnya ya?" goda Kia, adik perempuan Bunga.

"Ih, sok tau banget! Dasar anak kecil!" hardik Bunga sambil melotot membuat remaja yang duduk di bangku kelas VIII SMP itu terkekeh.

"Halah, nggak usah bohong, mbak. Kia tahu kok. Mbak kan setiap hari dianterin sampai di depan ruko kosong sebelah kan. Kia udah berapa kali lihat kok," cibir Kia membuat Bunga membulatkan matanya.

Lalu Bunga segera membekap mulut sang adik agar suaranya tidak sampai terdengar keluar.

"Ssst ... suara kamu jangan gede-gede, entar ada yang denger bisa habis mbak kena pukul bapak!" bujuk Bunga seraya celingukan ke arah pintu yang tertutup rapat.

"Iya, mbak. Kia tahu kok, jangan khawatir. Btw, cowok mbak ganteng banget ya. Udah tinggi, putih, kayaknya kaya juga meskipun gayanya sedikit badboy gitu," puji Kia membuat Bunga tersenyum lebar.

"Badboy-badboy gitu, dia itu pinter lho dek. Saingan berat mbak. Karena itu, meskipun gayanya badboy, guru-guru pada sayang. Gayanya aja yang badboy, tapi hatinya kayak hello kitty," sahut Bunga membuat Kia tergelak.

"Unyu-unyu dong," balasnya sambil tergelak. "Eh, ooops ... entar bapak tiba-tiba kemari gara-gara suara tawa kita."

"Ah, kalau kamu mah dek, nggak bakalan dimarahin deh, tahu banget mbak. Paling nggak ditegur doang. Abang sama kamu itu anak kesayangan tahu nggak. Apalah mbak ini yang ... " Bunga mengedikkan bahunya. Bunga kadang merasa aneh, ayahnya memang pemarah, tapi ia bersikap lebih kasar pada dirinya. Entah apa salahnya. Bunga pun tak mengerti.

"Ah, itu perasaan mbak aja! Tahu sendiri mbak bapak itu gimana," kilahnya walaupun tak dapat dipungkiri Kia pun turut merasakan perbedaan perlakuan itu.

Namun sebisa mungkin Kia membesarkan hati kakak perempuannya itu. Ia tak mau Bunga merasa sikap ayahnya itu pilih kasih sehingga merenggangkan tali persaudaraan mereka.

Bunga hanya tersenyum masam. Ia tahu, adiknya itu sedang berusaha membesarkan hatinya. Tapi biarpun ayahnya kerap bersikap demikian, ia tetap menyayangi adik, kakak, ayah, dan ibunya. Tanpa terkecuali.

...***...

"Sayang, happy birthday!" seru Nathan saat telah memasuki sebuah ruangan private di cafe Starla.

Bunga yang baru saja membuka matanya karena ditutup Nathan dengan sehelai kain hitam, lantas mengerjapkan matanya berkali-kali. Lalu senyum lebar tersungging di bibirnya. Pemandangan di hadapannya ini begitu indah. Sebuah ruangan private dihiasi dengan balon warna-warni. Ada namanya di tengah-tengah dinding dengan ucapan selamat ulang tahun Bungaku, membuat perasaan Bunga seketika membuncah bahagia.

Bunga pun segera membalikkan badannya menghadap Nathan lalu memeluk erat tubuhnya sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang Nathan.

"Makasih Nath, makasih banget. I love you," ujarnya dengan tatapan penuh cinta.

"I love you more, Bungaku," balasnya lalu Nathan segera menundukkan wajahnya menghadap Bunga. Kemudian dalam hitungan detik, Nathan berhasil menyatukan bibirnya dengan Bunga. Kegiatan yang mulai menjadi candunya semenjak ia berhasil menjadikan Bunga sebagai kekasihnya.

Setelah kegiatan menyatukan bibir mereka usai, Nathan menyerahkan hadiah pada Bunga. Sebuah boneka Teddy bear yang tidak begitu besar, coklat, dan sebuah liontin inisial N. Bunga menerimanya dengan suka cinta. Lalu Nathan pun memasangkan liontin itu di leher Bunga. Pasangan kekasih itu kini tengah benar-benar dimabuk asmara.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

mampir thor

2024-10-15

0

Pisces97

Pisces97

kadang kalau orang tua terlalu over protective...
anak semakin menjadi alias tambah penasaran dan terjerumus hal negatif

2024-07-09

1

꧁ 🇨 🇭 🇾 🇾 🇾 🇷 🇦 🇦 🇦 ꧂

꧁ 🇨 🇭 🇾 🇾 🇾 🇷 🇦 🇦 🇦 ꧂

PK Broto dalam visulku SPT Abang sate Madura berkumis tebal🤣🤣🤣 maaf yaaaa bang sate
btw waktu nathan nembk bunga entah kenapa AQ merasa dia berniat mainin bunga aja,,karena begitu jadian langsung nyosor trs..
bunga kamu kog y mau aja sih dipegang2 cowok kalian kan masih sekolah..sebegitu cintakah pad Nathan??? jiwa muda belum tau asam manis kehidupan..🙈

2022-07-18

5

lihat semua
Episodes
1 Bab. I Asmara Putih abu-abu
2 Bab. II Dimabuk asmara
3 Bab. III Dua garis
4 Bab. IV Hurt
5 Bab. V Maafkan mama
6 Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7 Bab. VII Bolos
8 Bab. VIII Mencari Bunga
9 Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10 Bab. X Keributan
11 Bab. XI Hampir
12 Bab. XII Bertemu Putri
13 Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14 Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15 Bab. XV Merindukan Putri
16 Bab. XVI Penjelasan
17 Bab. XVII Putri
18 Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19 Bab. XIX Dimana anak kita?
20 Bab. XX Curahan hati Putri
21 Bab. XXI Keyakinan Putri
22 Bab. XXII Papa untuk Putri
23 Bab. XXIII Putri mau papa
24 Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25 Bab. XXV Bertemu ?
26 Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27 Bab. XXVII Hurt
28 Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29 Bab. XXIX A day with ...
30 Bab. XXX Mungkinkah
31 Bab. XXXI Luka Bunga
32 Bab. XXXII Protes Putri
33 Bab. XXXIII Khawatir
34 Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35 Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36 Bab. XXXVI
37 Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38 Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39 Bab. XXXIX
40 Bab. XL
41 Bab. XLI
42 Bab. XLII Benci tapi cinta
43 Bab. XLIII Amarah Karlina
44 Bab. XLIV Kabar tak terduga
45 Bab. XLV Rumah Sakit
46 Bab. XLVI Takut dan cemas
47 Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48 Bab. XLVIII Putus asa
49 Bab. XLIX Mulai menyadari
50 Bab. L Kenyataan memilukan
51 Bab. LI Penyesalan
52 Bab. LII Izin
53 Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54 Bab. LIV VC with Putri
55 Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56 Bab. LVI Kiss
57 Bab. LVII Takkan pernah terganti
58 Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59 Bab. LIX
60 Bab. LX Permintaan Putri
61 Bab. LXI Menggenggam hati
62 Bab. LXII Hamil?
63 BAB. LXIII Definisi mencintai
64 Bab. LXIV KAMU
65 Bab. LXV Hari Bahagia
66 Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67 Bab. LXVII Perkara durian
68 Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69 Bab. LXIX
70 Bab. LXX
71 BAB. LXXI See you and bye-bye
72 Special from othor D'wie
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab. I Asmara Putih abu-abu
2
Bab. II Dimabuk asmara
3
Bab. III Dua garis
4
Bab. IV Hurt
5
Bab. V Maafkan mama
6
Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7
Bab. VII Bolos
8
Bab. VIII Mencari Bunga
9
Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10
Bab. X Keributan
11
Bab. XI Hampir
12
Bab. XII Bertemu Putri
13
Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14
Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15
Bab. XV Merindukan Putri
16
Bab. XVI Penjelasan
17
Bab. XVII Putri
18
Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19
Bab. XIX Dimana anak kita?
20
Bab. XX Curahan hati Putri
21
Bab. XXI Keyakinan Putri
22
Bab. XXII Papa untuk Putri
23
Bab. XXIII Putri mau papa
24
Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25
Bab. XXV Bertemu ?
26
Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27
Bab. XXVII Hurt
28
Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29
Bab. XXIX A day with ...
30
Bab. XXX Mungkinkah
31
Bab. XXXI Luka Bunga
32
Bab. XXXII Protes Putri
33
Bab. XXXIII Khawatir
34
Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35
Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36
Bab. XXXVI
37
Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38
Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39
Bab. XXXIX
40
Bab. XL
41
Bab. XLI
42
Bab. XLII Benci tapi cinta
43
Bab. XLIII Amarah Karlina
44
Bab. XLIV Kabar tak terduga
45
Bab. XLV Rumah Sakit
46
Bab. XLVI Takut dan cemas
47
Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48
Bab. XLVIII Putus asa
49
Bab. XLIX Mulai menyadari
50
Bab. L Kenyataan memilukan
51
Bab. LI Penyesalan
52
Bab. LII Izin
53
Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54
Bab. LIV VC with Putri
55
Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56
Bab. LVI Kiss
57
Bab. LVII Takkan pernah terganti
58
Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59
Bab. LIX
60
Bab. LX Permintaan Putri
61
Bab. LXI Menggenggam hati
62
Bab. LXII Hamil?
63
BAB. LXIII Definisi mencintai
64
Bab. LXIV KAMU
65
Bab. LXV Hari Bahagia
66
Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67
Bab. LXVII Perkara durian
68
Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69
Bab. LXIX
70
Bab. LXX
71
BAB. LXXI See you and bye-bye
72
Special from othor D'wie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!