Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan

Makin hari, Edgar makin gencar mendekati Bunga. Namun, sebisa mungkin Bunga bersikap biasa saja. Ia tak mau terlalu baper dengan sikap baik dan perhatian Edgar padanya. Entah apa tujuan Edgar, Bunga tak mau ambil hati daripada membuatnya pusing. Yang menjadi fokusnya hingga kini hanyalah Putri.

"Hai, malam," sapa Edgar membuat Bunga yang sedang membereskan barang-barangnya agar bisa segera pulang tersentak. Ia mengerutkan keningnya karena melihat keberadaan Edgar yang lagi-lagi datang ke konter. Padahal siang tadi ia sudah datang ke sana dengan alasan ingin makan siang bersama.

"Kak Edgar, kok kemari lagi?" tanya Bunga bingung.

Edgar tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia merasa salah tingkah sendiri.

"Aku ... mau antar pulang kalian, boleh?" tanya Edgar malu-malu membuat Bunga bingung.

"Nanti merepotkan," ujar Bunga yang sebenarnya mencoba menolak secara halus. Ia merasa tak enak harus satu mobil dengan Edgar. Ia hanya tak ingin orang-orang menggunjingkannya apalagi hari sudah malam. Walaupun belum begitu larut karena baru jam 8 malam, tapi tetap saja, tak enak dipandang orang lain. Apalagi ia sudah mendapatkan cap tak baik di tempat tinggalnya.

"Nggak, nggak merepotkan sama sekali kok. Mau ya? Lagipula bukankah katamu sepedamu sedang putus rantai jadi lebih baik kalian pulang sama kakak. Mau ya kakak anterin pulang," ujar Edgar berupaya membujuk Bunga. "Putri mau kan Om anter pulang?" Tak mau menyerah, Edgar juga berusaha membujuk Putri agar bersedia ia antar pulang.

Putri melirik Bunga, tidak tahu harus menjawab apa. Kendati Edgar telah berusaha keras untuk mendekatinya, namun Putri merasa biasa saja. Ia tidak seantusias saat bertemu dengan Nathan.

"Putri terserah sama mama aja, Om," tukas Putri yang lebih menyerahkan semuanya pada ibunya.

"Gimana, Bunga? Mau kan? Udah malam lho ini, kasihan kalau Putri harus ikut jalan."

Bunga menghela nafasnya, kemudian mengangguk pasrah. Tak apalah mungkin pikirnya. Toh ini hanya sesekali saja.

"Baiklah," jawab Bunga seraya tersenyum membuat Edgar riang bukan kepalang.

Tak butuh waktu lama, mobil yang dikendarai oleh Edgar pun telah tiba di kontrakan mungil Bunga. Bunga pun bergegas turun diikuti Putri dari mobil itu.

"Maaf ya kak, nggak bisa nawarin mampir soalnya udah malam. Kalau begitu, terima kasih ya kak. Maaf udah ngerepotin," tukas Bunga yang diangguki Edgar.

"Nggak papa. Silahkan masuk gih! Setelah kalian masuk, baru kakak pulang," ucap Edgar.

Bunga pun segera mengajak Putri masuk ke dalam rumah dan tak lupa ia mengunci kembali pintu rumahnya. Setelah keduanya menghilang, barulah Edgar menyalakan mobilnya dan bergegas pergi dari sana.

...***...

"Mbak, aku hari ini sibuk banget jadi nggak sempat beli kartu baru sama voucher. Gimana kalau mbak aja? Tutup aja dulu konternya paling lama 2 jam, gimana mbak? Sekalian mbak setor tunai pendapatan Minggu ini di bank yang ada di sebelahnya, gimana? Mbak mau?" ujar Niko melalui sambungan telepon.

Bunga nampak menimbang, memang stok voucher fisik dan kartu-kartu perdana sudah habis terjual. . Bunga pun mengangguk tanpa sadar, "eh .. " Bunga geli sendiri saat sadar. Memangnya Niko bisa melihat anggukannya.

"Gimana mbak?" tanya Niko lagi.

"Oke deh! Entar setelah anterin Putri sekolah, aku ke sana. Eh, tapi ini nggak perlu diperiksa lagi pembukuannya?" tanya Bunga memastikan. Biasanya sebelum disetorkan, Niko akan memeriksa pembukaannya terlebih dahulu.

"Nggak usah. Percaya gue," ujar Niko seraya terkekeh. "2 tahun mbak kerja sama Niko jadi Niko dah percaya 100% sama mbak Bunga. Tolong ya, mbak! Maaf udah ngerepotin."

"Ya, iya, nggak usah sok nggak enakan gitu kan kamu emang suka ngerepotin aku," cibir Bunga yang dibalas kekehan dari Niko.

"Ah, mbak, jujur banget jadi orang!" balasnya yang masih saja terkekeh. "Oh ya, untuk ongkos, ambil aja duit cadangan aja. Biar mbak nggak bingung pas hitung-hitungan entar!" tukas Niko.

"Siap, bos!"

"Dih, siap bos siap bos! Kayak apaan aja."

"Kan emang kamu bos nya."

"Iya juga sih!" ujarnya sambil manggut-manggut. "Eh, mbak, boleh tanya sesuatu?"

"Apa? Tanya aja. Biasanya juga nggak ada basa-basi lagi nanyain," ketus Bunga yang lagi-lagi membuat Bunga terkekeh.

"Ck ... mbak bisa aja. Niko cuma penasaran, mbak pacaran ya sama kak Edgar?" celetuk Niko tiba-tiba membuat Bunga mengerutkan keningnya.

"Kok kamu mikirnya gitu? Mbak nggak ada hubungan apa-apa kok sama kakak kamu."

"Oh, kirain ... hehehe ... Ya udah mbak, itu aja. Mbak udah mau anterin Putri sekolah kan! Hati-hati mbak! Bye ... "

Setelah panggilan itu ditutup, Bunga pun bergegas mengantar Putri ke sekolah. Setelahnya, ia mampir ke konter dulu untuk mengecek voucher dan kartu perdana apa saja yang akan dibeli. Sebelum pergi, tak lupa Bunga mengunci kembali konter kemudian barulah ia pergi.

Bunga pergi dengan menaiki angkutan kota alias angkot. Tentu saja hal itu untuk menghemat pengeluaran. Meskipun uangnya tinggal ambil dari dana cadangan yang biasanya digunakan untuk tukaran kembalian atau keperluan tak terduga di konter, tapi Bunga tak mau menggunakan semaunya. Ia berprinsip harus menjaga kepercayaan orang yang mau mempekerjakannya. Apalagi Niko sudah berbaik hati untuk mempekerjakannya jadi ia harus menjaga kepercayaan itu dan tidak menyalahgunakannya.

Sementara itu, di sebuah mobil Pajero sport berwarna hitam, tampak seorang pria berbadan tegap, berkulit putih, dan berahang tegas tengah mengemudikan mobilnya membelah jalanan ibu kota. Padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat, tapi jalanan masih sangat padat. Tiba di lampu merah, mobilnya berhenti bersisian dengan sebuah angkot berwarna merah. Mata Nathan sibuk memperhatikan sekeliling hingga tepat ia menoleh ke sebelah kanannya, ia tiba-tiba membulatkan matanya. Ia bahkan sampai mengerjapkan matanya berkali-kali lalu menguceknya untuk memastikan ia tak salah lihat. Dan benar saja, ia memang tak salah lihat. Tampak seorang perempuan cantik sedang menyandarkan kepalanya di sisi jendela angkot itu. Tatapannya kosong. Baru saja Nathan ingin menurunkan kaca pintu mobilnya, tiba-tiba lampu berubah warna dari kuning ke hijau diiringi pergerakan mobil angkot itu yang mulai menjauh. Tak mau kembali kehilangan jejak, Nathan pun segera melajukan mobilnya mengejar angkot yang didalamnya tampak Bunga sedang duduk termangu. Entah mau kemana dia, yang pasti Nathan takkan melepaskannya kali ini. Ia akan mengejar kemanapun angkot itu membawa Bunga. Terserah saat ini ia sedang ditunggu rekan kerja dan kliennya sebab untuk saat ini Bunga adalah prioritasnya. Ia harus menemukan Bunga dan bicara dengannya sesegera mungkin. Ia tak ingin kembali kehilangan. Tapi apakah semesta akan mendukungnya kali ini? Hanya othor yang tahu. Hahahaha ...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Mariani SPd

Mariani SPd

semangat terus ya thor

2024-12-08

0

Wani Ihwani

Wani Ihwani

cerita pas bunga nulis novel yng gak nyampek 5rbu pembaca itu kayak cerita di otor sendiri 🤣🤣🤣

2024-07-12

1

Al Fatih

Al Fatih

qta liat perjuanganmu utk mendapatkan maaf dari bunga yaa Nathan

2023-09-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. I Asmara Putih abu-abu
2 Bab. II Dimabuk asmara
3 Bab. III Dua garis
4 Bab. IV Hurt
5 Bab. V Maafkan mama
6 Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7 Bab. VII Bolos
8 Bab. VIII Mencari Bunga
9 Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10 Bab. X Keributan
11 Bab. XI Hampir
12 Bab. XII Bertemu Putri
13 Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14 Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15 Bab. XV Merindukan Putri
16 Bab. XVI Penjelasan
17 Bab. XVII Putri
18 Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19 Bab. XIX Dimana anak kita?
20 Bab. XX Curahan hati Putri
21 Bab. XXI Keyakinan Putri
22 Bab. XXII Papa untuk Putri
23 Bab. XXIII Putri mau papa
24 Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25 Bab. XXV Bertemu ?
26 Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27 Bab. XXVII Hurt
28 Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29 Bab. XXIX A day with ...
30 Bab. XXX Mungkinkah
31 Bab. XXXI Luka Bunga
32 Bab. XXXII Protes Putri
33 Bab. XXXIII Khawatir
34 Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35 Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36 Bab. XXXVI
37 Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38 Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39 Bab. XXXIX
40 Bab. XL
41 Bab. XLI
42 Bab. XLII Benci tapi cinta
43 Bab. XLIII Amarah Karlina
44 Bab. XLIV Kabar tak terduga
45 Bab. XLV Rumah Sakit
46 Bab. XLVI Takut dan cemas
47 Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48 Bab. XLVIII Putus asa
49 Bab. XLIX Mulai menyadari
50 Bab. L Kenyataan memilukan
51 Bab. LI Penyesalan
52 Bab. LII Izin
53 Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54 Bab. LIV VC with Putri
55 Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56 Bab. LVI Kiss
57 Bab. LVII Takkan pernah terganti
58 Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59 Bab. LIX
60 Bab. LX Permintaan Putri
61 Bab. LXI Menggenggam hati
62 Bab. LXII Hamil?
63 BAB. LXIII Definisi mencintai
64 Bab. LXIV KAMU
65 Bab. LXV Hari Bahagia
66 Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67 Bab. LXVII Perkara durian
68 Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69 Bab. LXIX
70 Bab. LXX
71 BAB. LXXI See you and bye-bye
72 Special from othor D'wie
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab. I Asmara Putih abu-abu
2
Bab. II Dimabuk asmara
3
Bab. III Dua garis
4
Bab. IV Hurt
5
Bab. V Maafkan mama
6
Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7
Bab. VII Bolos
8
Bab. VIII Mencari Bunga
9
Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10
Bab. X Keributan
11
Bab. XI Hampir
12
Bab. XII Bertemu Putri
13
Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14
Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15
Bab. XV Merindukan Putri
16
Bab. XVI Penjelasan
17
Bab. XVII Putri
18
Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19
Bab. XIX Dimana anak kita?
20
Bab. XX Curahan hati Putri
21
Bab. XXI Keyakinan Putri
22
Bab. XXII Papa untuk Putri
23
Bab. XXIII Putri mau papa
24
Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25
Bab. XXV Bertemu ?
26
Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27
Bab. XXVII Hurt
28
Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29
Bab. XXIX A day with ...
30
Bab. XXX Mungkinkah
31
Bab. XXXI Luka Bunga
32
Bab. XXXII Protes Putri
33
Bab. XXXIII Khawatir
34
Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35
Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36
Bab. XXXVI
37
Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38
Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39
Bab. XXXIX
40
Bab. XL
41
Bab. XLI
42
Bab. XLII Benci tapi cinta
43
Bab. XLIII Amarah Karlina
44
Bab. XLIV Kabar tak terduga
45
Bab. XLV Rumah Sakit
46
Bab. XLVI Takut dan cemas
47
Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48
Bab. XLVIII Putus asa
49
Bab. XLIX Mulai menyadari
50
Bab. L Kenyataan memilukan
51
Bab. LI Penyesalan
52
Bab. LII Izin
53
Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54
Bab. LIV VC with Putri
55
Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56
Bab. LVI Kiss
57
Bab. LVII Takkan pernah terganti
58
Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59
Bab. LIX
60
Bab. LX Permintaan Putri
61
Bab. LXI Menggenggam hati
62
Bab. LXII Hamil?
63
BAB. LXIII Definisi mencintai
64
Bab. LXIV KAMU
65
Bab. LXV Hari Bahagia
66
Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67
Bab. LXVII Perkara durian
68
Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69
Bab. LXIX
70
Bab. LXX
71
BAB. LXXI See you and bye-bye
72
Special from othor D'wie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!