Bab. XII Bertemu Putri

Sepanjang malam Nathan tak henti-hentinya menatap foto Bunga yang diambil Bela. Hatinya merasa miris saat melihat tubuh Bunga yang terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Bahkan pakaiannya pun terlihat sangat lusuh. Nathan bisa menebak kalau baju yang dipakai Bunga itu merupakan baju murah yang sering diobral orang-orang di pasar. Pipinya tirus, membuat hati Nathan bagai disayat sembilu.

"Bunga, ini benar kamu kan? Maaf, maafkan aku yang sudah egois padamu! Maaf, maafkan atas kebodohanku yang mencampakkanmu. Aku mohon Bunga, maafkan aku!" lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, di kontrakan mungil milik Bunga, ia pun tak dapat memejamkan matanya. Sebenarnya ingin sekali ia memeluk sahabatnya itu, tapi ia malu dengan keadaannya saat ini. Apalagi kalau sampai teman-temannya tahu kehidupannya selama 6 tahun ini dan memiliki anak di luar nikah, bukan tidak mungkin ia akan menjadi bahan olokan dan cibiran.

Sebenarnya Bunga sudah kebal dengan segala cemoohan orang-orang, tapi ia tak sanggup bila putri kecilnya yang dijadikan olokan. Putrinya tidak bersalah. Dirinya lah yang bersalah telah melakukan perbuatan yang tidak seharusnya sehingga menghadirkan Putri ke dunia ini. Bunga tak pernah menyesali kehadiran putrinya, namun caranya lah yang membuatnya tak berhenti menyesal. Mengapa ia dengan bodohnya menyerahkan kesuciannya pada Nathan? Hingga pada akhirnya, dirinya lah yang harus menanggung segala kesulitan, caci maki, cemoohan akibat hamil di luar nikah.

...***...

"Mbak, pulsanya yang 10 ribu dong!"

"Silahkan tulis nomornya di sini ya, dek!"

"Udah mbak."

"Mohon tunggu sebentar! Sudah, silahkan diperiksa !"

"Udah masuk, mbak. Berapa mbak?"

"Dua belas ribu, dek."

"Ini, mbak. Makasih ya!"

"Sama-sama," balas Bunga sumringah.

Seperti itulah keseharian Bunga di konter. Saat tak ada pelanggan, maka Bunga akan menyibukkan diri dengan mengetik novelnya melalui ponsel. Beruntung zaman sekarang bisa menulis novel online lewat ponsel, jadi Bunga tak perlu membeli laptop yang harganya pasti sangat mahal.

Sementara itu, hari sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Sudah saatnya anak-anak taman kanak-kanak Hasanah pulang. Tidak seperti anak-anak lain yang dijemput ibu atau ayahnya ataupun anggota keluarganya yang lain, maka Putri justru pulang seorang diri. Terbiasa mandiri membuatnya tidak takut melangkahkan kakinya menjejaki setiap lorong-lorong kecil yang dapat mengantarkannya ke konter tempat Bunga bekerja. Bukannya Bunga tak mau menjemput, tapi ia harus menjaga konter dan tak ada yang bisa menggantikannya jika ia pergi. Beruntung, Putri anak yang mandiri. Ia dapat menghafal jalan dengan cepat dan tepat. Jarak sekolah ke konter pun sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya melalui beberapa lorong kecil maka ia pun akan sampai di konter itu.

"Putri, kamu anak haram ya?" tanya Jeje pada Putri. Putri yang mendengar pertanyaan itu lantas mencebikkan bibirnya.

"Kata mama anak haram itu nggak ada. Setiap anak yang dilahirkan itu suci, bersih, nggak haram," sahut Putri berani. Ia pun pernah bertanya pada Bunga apakah dirinya benar-benar anak haram dan Bunga menepisnya mentah-mentah. Bunga mengatakan pada Putri kalau anak haram itu tidak ada. Semua anak terlahir dalam keadaan suci dan bersih.

"Kalau kamu bukan anak haram, papa kamu mana? Kata mama aku kamu itu nggak ada papa dan anak yang nggak ada papanya itu anak haram jadi kamu kan anak haram," timpal Tina.

Putri mencebikkan bibirnya dengan mata berkaca-kaca. Bila keberadaan ayahnya mulai dipertanyakan, ia pun merasa sedih. Mengapa teman-temannya suka sekali mengejek dirinya yang tidak memiliki seorang ayah? Apa salah dirinya tidak memiliki seorang ayah?

"Tuh kan, diem, berati benar kata mama aku kamu itu anak haram."

"Putri anak haram. Putri anak haram. Putri anak haram."

"Kasian deh Putri nggak punya papa. Kamu nggak kayak aku yang punya papa. Papa aku baik banget. Papa juga sayang aku terus suka beliin aku mainan macam-macam, beliin boneka, mainan masakan juga. Papa juga suka ajak aku jalan-jalan. Putri pasti nggak pernah kan jalan-jalan! Kasian!" Ejek Tina dan Jeje bergantian.

"Aku bukan anak haram! Aku punya papa. Papa aku juga baik banget sama aku. Papa sayang banget sama aku dan mama. Kalau papa Putri pulang pasti papa akan ajak Putri jalan-jalan," sahut Putri dengan suara meninggi dan mata berapi-api.

"Halah, bohong!" Jeje maju dan mendorong pundak Putri sampai terhuyung ke tepi trotoar.

"Aku nggak bohong!" balas Putri yang juga mendorong Jeje.

Tidak terima didorong, Jeje maju menarik-narik rambut Putri dibantu Tina membuat Putri menjerit.

"Lepas!" teriak Putri. "Lepasin aku!"

"Hei, lepaskan!" seru seorang laki-laki yang langsung menarik tangan Jeje dan Tina agar melepaskan cengkeramannya pada rambut Putri.

Melihat ada orang yang menolong Putri, Jeje dan Tina pun segera berlari.

"Hiks hiks hiks ... Putri punya papa. Putri bukan anak haram," raung Putri membuat seseorang yang baru saja menolongnya itu ikut merasakan perih di hatinya. Lalu ia mendekap tubuh mungil Putri sambil mengusap-usap punggungnya agar tangis Putri segera mereda.

Deg ...

Tiba-tiba darah laki-laki terasa berdesir. Seperti ada suatu rasa yang tak biasa kini ia rasakan. Seperti sesuatu yang telah lama ia rindukan, terasa begitu nyaman dan menenangkan.

"Sudah puas nangisnya?" tanya Nathan lembut.

Ya, yang membantu Putri adalah Nathan.

Saat ingin mengunjungi lokasi project, Nathan tak sengaja melihat seorang gadis kecil yang dirundung beberapa temannya. Awalnya Nathan ingin mengabaikannya saja, tapi entah tubuhnya justru membimbingnya menepikan mobil dan menghampiri gadis kecil yang malang itu. Apalagi saat mendengar teman-temannya mengejeknya anak haram, tidak punya papa, membuat batinnya menjerit pilu. Dan dadanya kian sesak saat rambut gadis kecil yang malang itu ditarik kedua temannya.

Nathan pun bergegas melerai pertengkaran anak-anak itu. Nathan merasa heran, padahal di sana ada beberapa orang dewasa yang melihat tapi mereka tidak berusaha melerai sama sekali. Entah dimana hati nurani orang-orang itu pikirnya.

Putri pun mengangguk dalam dekapan Nathan,"sudah," cicitnya pelan.

Putri menjauhkan wajahnya dari dada Nathan. Mata dan hidung Putri memerah lalu ia membersit hidungnya dengan ujung lengan bajunya membuat Nathan terkekeh geli.

"Jorok!" ejek Nathan membuat bibir mungil Putri kembali mengerucut.

Lalu Putri mendongakkan wajahnya menatap wajah tampan Nathan.

Deg ...

Melihat wajah cantik dan lucu Putri tiba-tiba membuat jantung Nathan berdegup kencang.

'Perasaan aneh apa ini? Nggak mungkin kan aku suka sama gadis kecil ini? Nggak mungkin setelah sekian tahun nggak pacaran tiba-tiba jadi pedofil? Ck ... ada-ada saja kau Nathan. Tapi wajah itu ... kenapa begitu familiar ya?' batin Nathan bermonolog.

"Makasih ya, Om udah tolong Putri," ucap Putri dengan mata berbinar.

"Hmmm ... Jadi nama kamu Putri?"

"Iya, Om. Nih, nama Putri tertulis di sini," tunjuk Putri pada namanya yang ada di dada.

"Putri Buana W? Nama yang cantik secantik kamu," puji Nathan membuat Putri tersipu.

"Nama ini pemberian mama, Om," jawabnya antusias.

"Oh ya? Terus mama kamu mana? Kok nggak jemput?" tanya Nathan sambil celingukan.

"Putri pulang sendiri, Om. Mama kan harus kerja cari duit buat makan," jawab Putri polos membuat hati Nathan seketika pilu.

"Kalau papa?"

"Papa nggak ada, Om. Papa Putri nggak tau dimana."

Jawaban Putri sontak membuat Nathan terperangah. Seketika ia teringat ejekan teman-teman Putri tadi.

'Jangan-jangan dia ... "

"Om, Putri pulang dulu ya! Dadah Om," pamit Putri sambil melambaikan tangannya.

Nathan pun ikut melambaikan tangannya sambil tersenyum. Seperginya Putri, mata Nathan memanas.

Bila dilihat, sepertinya usia Putri sekitar 5 sampai 6 tahun. Tentu hal tersebut mengingatkan dirinya pada sosok Bunga. Mereka telah berpisah selama 6 tahun. Bila benar saat itu Bunga hamil, artinya usia anaknya pun hampir sama dengan Putri. Batinnya kian menjerit. Bagaimana bila anaknya pun mengalami perundungan seperti Putri. Sungguh, Nathan mungkin takkan bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah membuat Bunga dan buah hatinya mengalami kesulitan dan penderitaan.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Wani Ihwani

Wani Ihwani

itu memang anak kamu oon

2024-07-11

0

Ihza

Ihza

😭😭😭😭

2024-04-02

0

Alya Yuni

Alya Yuni

Msa ank kecil ko tau ank haram itu pengaruh dri mulut orng tua gk baik

2022-11-28

3

lihat semua
Episodes
1 Bab. I Asmara Putih abu-abu
2 Bab. II Dimabuk asmara
3 Bab. III Dua garis
4 Bab. IV Hurt
5 Bab. V Maafkan mama
6 Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7 Bab. VII Bolos
8 Bab. VIII Mencari Bunga
9 Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10 Bab. X Keributan
11 Bab. XI Hampir
12 Bab. XII Bertemu Putri
13 Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14 Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15 Bab. XV Merindukan Putri
16 Bab. XVI Penjelasan
17 Bab. XVII Putri
18 Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19 Bab. XIX Dimana anak kita?
20 Bab. XX Curahan hati Putri
21 Bab. XXI Keyakinan Putri
22 Bab. XXII Papa untuk Putri
23 Bab. XXIII Putri mau papa
24 Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25 Bab. XXV Bertemu ?
26 Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27 Bab. XXVII Hurt
28 Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29 Bab. XXIX A day with ...
30 Bab. XXX Mungkinkah
31 Bab. XXXI Luka Bunga
32 Bab. XXXII Protes Putri
33 Bab. XXXIII Khawatir
34 Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35 Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36 Bab. XXXVI
37 Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38 Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39 Bab. XXXIX
40 Bab. XL
41 Bab. XLI
42 Bab. XLII Benci tapi cinta
43 Bab. XLIII Amarah Karlina
44 Bab. XLIV Kabar tak terduga
45 Bab. XLV Rumah Sakit
46 Bab. XLVI Takut dan cemas
47 Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48 Bab. XLVIII Putus asa
49 Bab. XLIX Mulai menyadari
50 Bab. L Kenyataan memilukan
51 Bab. LI Penyesalan
52 Bab. LII Izin
53 Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54 Bab. LIV VC with Putri
55 Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56 Bab. LVI Kiss
57 Bab. LVII Takkan pernah terganti
58 Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59 Bab. LIX
60 Bab. LX Permintaan Putri
61 Bab. LXI Menggenggam hati
62 Bab. LXII Hamil?
63 BAB. LXIII Definisi mencintai
64 Bab. LXIV KAMU
65 Bab. LXV Hari Bahagia
66 Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67 Bab. LXVII Perkara durian
68 Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69 Bab. LXIX
70 Bab. LXX
71 BAB. LXXI See you and bye-bye
72 Special from othor D'wie
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab. I Asmara Putih abu-abu
2
Bab. II Dimabuk asmara
3
Bab. III Dua garis
4
Bab. IV Hurt
5
Bab. V Maafkan mama
6
Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7
Bab. VII Bolos
8
Bab. VIII Mencari Bunga
9
Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10
Bab. X Keributan
11
Bab. XI Hampir
12
Bab. XII Bertemu Putri
13
Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14
Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15
Bab. XV Merindukan Putri
16
Bab. XVI Penjelasan
17
Bab. XVII Putri
18
Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19
Bab. XIX Dimana anak kita?
20
Bab. XX Curahan hati Putri
21
Bab. XXI Keyakinan Putri
22
Bab. XXII Papa untuk Putri
23
Bab. XXIII Putri mau papa
24
Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25
Bab. XXV Bertemu ?
26
Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27
Bab. XXVII Hurt
28
Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29
Bab. XXIX A day with ...
30
Bab. XXX Mungkinkah
31
Bab. XXXI Luka Bunga
32
Bab. XXXII Protes Putri
33
Bab. XXXIII Khawatir
34
Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35
Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36
Bab. XXXVI
37
Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38
Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39
Bab. XXXIX
40
Bab. XL
41
Bab. XLI
42
Bab. XLII Benci tapi cinta
43
Bab. XLIII Amarah Karlina
44
Bab. XLIV Kabar tak terduga
45
Bab. XLV Rumah Sakit
46
Bab. XLVI Takut dan cemas
47
Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48
Bab. XLVIII Putus asa
49
Bab. XLIX Mulai menyadari
50
Bab. L Kenyataan memilukan
51
Bab. LI Penyesalan
52
Bab. LII Izin
53
Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54
Bab. LIV VC with Putri
55
Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56
Bab. LVI Kiss
57
Bab. LVII Takkan pernah terganti
58
Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59
Bab. LIX
60
Bab. LX Permintaan Putri
61
Bab. LXI Menggenggam hati
62
Bab. LXII Hamil?
63
BAB. LXIII Definisi mencintai
64
Bab. LXIV KAMU
65
Bab. LXV Hari Bahagia
66
Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67
Bab. LXVII Perkara durian
68
Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69
Bab. LXIX
70
Bab. LXX
71
BAB. LXXI See you and bye-bye
72
Special from othor D'wie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!