Bab. IV Hurt

Siang ini Bunga berpamitan dengan sang ibu dengan alasan ingin bertemu Bela dan Lilya untuk mencari tahu kampus yang bagus untuk melanjutkan kuliah. Tentu saja itu hanya alasan sebab yang sebenarnya Bunga hendak menemui Nathan di cafe Starla. Bunga ingin memberitahukan perihal kehamilannya pada Nathan. Di saat yang sama, Nathan juga ingin memberitahukan sesuatu padanya yang entah apa, Bunga pun turut penasaran sebab saat Nathan mengatakan ingin bertemu, ia menyampaikannya dengan begitu bersemangat.

"Nath," panggil Bunga setibanya di cafe Starla.

Dengan senyum merekah, Nathan menyambut kedatangan Bunga dan tak lupa ia sambil celingak-celinguk mendaratkan satu buah kecupan di puncak kepala Bunga.

"Sayang," serunya ceria. Terlihat jelas Nathan saat ini benar-benar tengah berbahagia. Entah apa alasannya. "Duduk sana yuk! Aku udah pesan minuman tadi. Makanannya nunggu kamu datang," lanjut Nathan seraya menghela pundak Bunga untuk duduk di kursi yang telah ia tarikkan sebelumnya.

Bunga mengulas senyum manis. Ia tak ingin merusak momen bahagia mereka ini dengan tiba-tiba menangis.

"Mau makan apa, Yang?" tawar Nathan.

"Samain sama kamu aja deh, Yang!" balas Bunga.

"Okay!" sahut Nathan. Lalu ia segera memanggil pelayan dan memesan beberapa hidangan untuk dirinya dan Bunga.

"Yang, mata kamu kok merah? Kamu habis nangis ya?" tanya Nathan yang menyadari mata Bunga agak merah dan sendu.

"Ah, itu ... ng-nggak kok," kilah Bunga sambil melanjutkan makan siang mereka. Entah mengapa, perasaan Bunga terasa tidak enak. Jadi sebisa mungkin ia menikmati makan siang itu dengan penuh bahagia.

Kini keduanya telah selesai makan. Setelah makan, mereka melanjutkan makan es krim sesuai permintaan Bunga. Bunga yang kurang menyukai es krim entah mengapa hari ini begitu ingin menikmati es krim berdua Nathan. Nathan pun menurutinya dengan senang hati sebab Nathan menang penggemar es krim khususnya rasa durian dan coklat.

"Enak?" tanya Nathan.

Bunga mengangguk antusias," enak banget," ujarnya seraya tersenyum lebar.

Tak terasa mereka berdua telah menghabiskan 3 cup eskrim. Mereka tertawa lebar karena tak sadar menikmati es krim berdua ternyata seenak itu.

"Jadi, kamu mau bilang apa, Yang?" tanya Nathan setelah sesi makan es krim mereka selesai.

"Kamu dulu aja. Kayaknya lagi happy banget. Ada kabar bahagia apa sih?" tanya Bunga penasaran.

"Oke deh kalau begitu. Yaps, kamu emang paling ngerti aku, Yang. Aku lagi happy banget ... " Nathan terdiam sesaat seraya melipat bibirnya. Senang saja melihat ekspresi Bunga yang begitu penasaran dengan kabar baik darinya.

"Nathan, buruan ih! Demen banget buat orang penasaran," cetus Bunga seraya mengerucutkan bibirnya. Nathan yang gemas melihat ekspresi Bunga lantas mengacak rambutnya.

"Nathan, jangan berantakin rambut aku!" omel Bunga seraya merapikan kembali rambutnya.

"Iya, iya, sorry. Aku emang sedang benar-benar bahagia, Sayang. Kamu tahu nggak, pengajuan beasiswa aku untuk kuliah jurusan arsitektur di Harvard udah di approve. Dan 2 Minggu lagi aku diminta datang kesana untuk melengkapi administrasi. Jadi, seminggu dari sini aku bakal terbang ke sana buat cari tempat tinggal dan mengurus segala keperluan selama di sana biar nggak bodoh-bodoh banget pas di sana," ujar Nathan seraya terkekeh. Terlihat binar bahagia juga bangga di matanya membuat hati Bunga seketika mencelos.

"Sayang, kok diem aja? Kamu nggak seneng aku bisa kuliah di Harvard university?" tanya Nathan dengan dahi mengerut. Ekspresi Bunga saat ini jauh dari ekspresi bahagia. Bunga tampak tak rela ia mengejar mimpinya hingga ke negeri Paman Sam.

Bunga menggeleng dengan cepat, "bukan, bukan itu. Aku ... aku senang banget mendengar kamu mendapatkan beasiswa di universitas ternama seperti Harvard. Tapi ... "

"Tapi apa?" cecar Nathan dengan ekspresi tak terbaca.

Bunga menunduk dengan tangan meremas tali tas selempangnya. Ia benar-benar gugup saat ini. Ia bingung bagaimana cara untuk menyampaikannya. Mulut Bunga terbuka namun tertutup lagi. Tubuhnya sudah berkeringat dingin hingga ke telapak tangan.

"Bunga, sebenarnya ada apa? Tapi apa? Katakan yang jelas!" titah Nathan dengan suara datarnya membuat Bunga mencelos.

Bunga mengangkat wajahnya. Menatap lekat netra laki-laki yang begitu dicintainya itu.

"Nath ... aku hamil."

Nathan membulatkan matanya mendengar kata-kata Bunga barusan. Kemudian ia terkekeh sumbang.

"Udah deh, Yang! Nggak usah ngeprank aku kayak gitu lah! Nggak lucu," dengus Nathan.

"Aku serius, Nath. Aku hamil," ucap Bunga sungguh-sungguh. Sebisa mungkin Bunga tahan air mata yang hendak menerobos netranya. Ia tak ingin menjadi bahan tontonan orang-orang. Untung saja mereka memilih meja yang agak sudut jadi tak ada yang ikut mencuri dengar perbincangan mereka.

"Nga, gue tau loe cinta gue karena gue pun cinta sama loe. Gue tau loe nggak mau jauh dari gue, tapi bukan kayak gini juga caranya. Ini sama aja loe berusaha menentang impian gue," bentak Nathan emosi. Ia bahkan menggunakan panggilan loe-gue pada Bunga karena terlampau kesal.

"Tapi aku serius, Nath. Aku nggak ... "

"Sudah. Kalau loe masih bersikap kayak gini, mending kita putus. Gue nggak mau loe jadi batu sandungan gue dalam mencapai cita-cita gue. Makasih udah hadir dalam hidup gue. Mulai saat ini, hubungan kita berakhir," tegas Nathan memotong kata-kata Bunga.

Setelah mengatakan itu, Nathan berdiri lalu mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dalam dompetnya dan diletakkannya di atas meja. Setelah itu, ia pun segera berlalu dari hadapan Bunga. Meninggalkan Bunga yang tergugu dan terisak pilu.

"Nath, jangan pergi! Aku nggak bohong, aku benar-benar hamil anak kamu. Nath ... "

Air mata yang sedari tadi ditahan Bunga akhirnya jatuh berderai tak berhenti. Ia tak menyangka, laki-laki yang dicintainya telah pergi dan tak mempercayai dirinya. Ia tak menyangka, laki-laki yang dengan tulus ia cintai pergi begitu saja tanpa mempedulikannya.

Tiba-tiba awan yang awalnya cerah berubah menjadi menghitam. Angin berhembus kencang. Gemuruh di langit disertai petir terdengar bersahut-sahutan. Tak lama kemudian, hujan turun dengan begitu derasnya.

Semesta berubah begitu cepat seakan tahu kesedihan yang kini tengah Bunga alami dan rasakan. Dada Bunga terasa begitu sesak. Tenggorokannya terasa begitu sakit, bahkan untuk menelan ludah pun sulit. Bunga berdiri lalu berjalan keluar. Dipandanginya langit yang begitu hitam pekat disertai guyuran hujan yang begitu deras. Tampak banyak orang-orang berlarian masuk ke dalam cafe untuk minum sekalian berteduh. Tak peduli langit sedang tak bersahabat, Bunga justru melangkahkan kakinya menapaki jalanan dengan hujan yang mengguyur seluruh tubuhnya. Dingin, tapi tak sedingin hatinya yang dicampakkan. Hatinya sakit. Hatinya hancur. Dirinya hamil tapi kekasihnya tidak percaya dan meninggalkannya. Adakah yang lebih menyakitkan daripada ini?

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Rasni Saldi

Rasni Saldi

tega banget si nathan.ini si ceritanya Nathan cuma mau enaknya aja kasihan si bunga.

2024-11-19

0

Ros Sita

Ros Sita

masa masa suram yang harus di lalui hamil tanpa suami

2024-06-18

0

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

penyesalan akan selalu datang terlambat...

2024-05-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. I Asmara Putih abu-abu
2 Bab. II Dimabuk asmara
3 Bab. III Dua garis
4 Bab. IV Hurt
5 Bab. V Maafkan mama
6 Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7 Bab. VII Bolos
8 Bab. VIII Mencari Bunga
9 Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10 Bab. X Keributan
11 Bab. XI Hampir
12 Bab. XII Bertemu Putri
13 Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14 Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15 Bab. XV Merindukan Putri
16 Bab. XVI Penjelasan
17 Bab. XVII Putri
18 Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19 Bab. XIX Dimana anak kita?
20 Bab. XX Curahan hati Putri
21 Bab. XXI Keyakinan Putri
22 Bab. XXII Papa untuk Putri
23 Bab. XXIII Putri mau papa
24 Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25 Bab. XXV Bertemu ?
26 Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27 Bab. XXVII Hurt
28 Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29 Bab. XXIX A day with ...
30 Bab. XXX Mungkinkah
31 Bab. XXXI Luka Bunga
32 Bab. XXXII Protes Putri
33 Bab. XXXIII Khawatir
34 Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35 Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36 Bab. XXXVI
37 Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38 Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39 Bab. XXXIX
40 Bab. XL
41 Bab. XLI
42 Bab. XLII Benci tapi cinta
43 Bab. XLIII Amarah Karlina
44 Bab. XLIV Kabar tak terduga
45 Bab. XLV Rumah Sakit
46 Bab. XLVI Takut dan cemas
47 Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48 Bab. XLVIII Putus asa
49 Bab. XLIX Mulai menyadari
50 Bab. L Kenyataan memilukan
51 Bab. LI Penyesalan
52 Bab. LII Izin
53 Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54 Bab. LIV VC with Putri
55 Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56 Bab. LVI Kiss
57 Bab. LVII Takkan pernah terganti
58 Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59 Bab. LIX
60 Bab. LX Permintaan Putri
61 Bab. LXI Menggenggam hati
62 Bab. LXII Hamil?
63 BAB. LXIII Definisi mencintai
64 Bab. LXIV KAMU
65 Bab. LXV Hari Bahagia
66 Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67 Bab. LXVII Perkara durian
68 Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69 Bab. LXIX
70 Bab. LXX
71 BAB. LXXI See you and bye-bye
72 Special from othor D'wie
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab. I Asmara Putih abu-abu
2
Bab. II Dimabuk asmara
3
Bab. III Dua garis
4
Bab. IV Hurt
5
Bab. V Maafkan mama
6
Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7
Bab. VII Bolos
8
Bab. VIII Mencari Bunga
9
Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10
Bab. X Keributan
11
Bab. XI Hampir
12
Bab. XII Bertemu Putri
13
Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14
Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15
Bab. XV Merindukan Putri
16
Bab. XVI Penjelasan
17
Bab. XVII Putri
18
Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19
Bab. XIX Dimana anak kita?
20
Bab. XX Curahan hati Putri
21
Bab. XXI Keyakinan Putri
22
Bab. XXII Papa untuk Putri
23
Bab. XXIII Putri mau papa
24
Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25
Bab. XXV Bertemu ?
26
Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27
Bab. XXVII Hurt
28
Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29
Bab. XXIX A day with ...
30
Bab. XXX Mungkinkah
31
Bab. XXXI Luka Bunga
32
Bab. XXXII Protes Putri
33
Bab. XXXIII Khawatir
34
Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35
Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36
Bab. XXXVI
37
Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38
Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39
Bab. XXXIX
40
Bab. XL
41
Bab. XLI
42
Bab. XLII Benci tapi cinta
43
Bab. XLIII Amarah Karlina
44
Bab. XLIV Kabar tak terduga
45
Bab. XLV Rumah Sakit
46
Bab. XLVI Takut dan cemas
47
Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48
Bab. XLVIII Putus asa
49
Bab. XLIX Mulai menyadari
50
Bab. L Kenyataan memilukan
51
Bab. LI Penyesalan
52
Bab. LII Izin
53
Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54
Bab. LIV VC with Putri
55
Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56
Bab. LVI Kiss
57
Bab. LVII Takkan pernah terganti
58
Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59
Bab. LIX
60
Bab. LX Permintaan Putri
61
Bab. LXI Menggenggam hati
62
Bab. LXII Hamil?
63
BAB. LXIII Definisi mencintai
64
Bab. LXIV KAMU
65
Bab. LXV Hari Bahagia
66
Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67
Bab. LXVII Perkara durian
68
Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69
Bab. LXIX
70
Bab. LXX
71
BAB. LXXI See you and bye-bye
72
Special from othor D'wie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!