Siang ini Bunga berpamitan dengan sang ibu dengan alasan ingin bertemu Bela dan Lilya untuk mencari tahu kampus yang bagus untuk melanjutkan kuliah. Tentu saja itu hanya alasan sebab yang sebenarnya Bunga hendak menemui Nathan di cafe Starla. Bunga ingin memberitahukan perihal kehamilannya pada Nathan. Di saat yang sama, Nathan juga ingin memberitahukan sesuatu padanya yang entah apa, Bunga pun turut penasaran sebab saat Nathan mengatakan ingin bertemu, ia menyampaikannya dengan begitu bersemangat.
"Nath," panggil Bunga setibanya di cafe Starla.
Dengan senyum merekah, Nathan menyambut kedatangan Bunga dan tak lupa ia sambil celingak-celinguk mendaratkan satu buah kecupan di puncak kepala Bunga.
"Sayang," serunya ceria. Terlihat jelas Nathan saat ini benar-benar tengah berbahagia. Entah apa alasannya. "Duduk sana yuk! Aku udah pesan minuman tadi. Makanannya nunggu kamu datang," lanjut Nathan seraya menghela pundak Bunga untuk duduk di kursi yang telah ia tarikkan sebelumnya.
Bunga mengulas senyum manis. Ia tak ingin merusak momen bahagia mereka ini dengan tiba-tiba menangis.
"Mau makan apa, Yang?" tawar Nathan.
"Samain sama kamu aja deh, Yang!" balas Bunga.
"Okay!" sahut Nathan. Lalu ia segera memanggil pelayan dan memesan beberapa hidangan untuk dirinya dan Bunga.
"Yang, mata kamu kok merah? Kamu habis nangis ya?" tanya Nathan yang menyadari mata Bunga agak merah dan sendu.
"Ah, itu ... ng-nggak kok," kilah Bunga sambil melanjutkan makan siang mereka. Entah mengapa, perasaan Bunga terasa tidak enak. Jadi sebisa mungkin ia menikmati makan siang itu dengan penuh bahagia.
Kini keduanya telah selesai makan. Setelah makan, mereka melanjutkan makan es krim sesuai permintaan Bunga. Bunga yang kurang menyukai es krim entah mengapa hari ini begitu ingin menikmati es krim berdua Nathan. Nathan pun menurutinya dengan senang hati sebab Nathan menang penggemar es krim khususnya rasa durian dan coklat.
"Enak?" tanya Nathan.
Bunga mengangguk antusias," enak banget," ujarnya seraya tersenyum lebar.
Tak terasa mereka berdua telah menghabiskan 3 cup eskrim. Mereka tertawa lebar karena tak sadar menikmati es krim berdua ternyata seenak itu.
"Jadi, kamu mau bilang apa, Yang?" tanya Nathan setelah sesi makan es krim mereka selesai.
"Kamu dulu aja. Kayaknya lagi happy banget. Ada kabar bahagia apa sih?" tanya Bunga penasaran.
"Oke deh kalau begitu. Yaps, kamu emang paling ngerti aku, Yang. Aku lagi happy banget ... " Nathan terdiam sesaat seraya melipat bibirnya. Senang saja melihat ekspresi Bunga yang begitu penasaran dengan kabar baik darinya.
"Nathan, buruan ih! Demen banget buat orang penasaran," cetus Bunga seraya mengerucutkan bibirnya. Nathan yang gemas melihat ekspresi Bunga lantas mengacak rambutnya.
"Nathan, jangan berantakin rambut aku!" omel Bunga seraya merapikan kembali rambutnya.
"Iya, iya, sorry. Aku emang sedang benar-benar bahagia, Sayang. Kamu tahu nggak, pengajuan beasiswa aku untuk kuliah jurusan arsitektur di Harvard udah di approve. Dan 2 Minggu lagi aku diminta datang kesana untuk melengkapi administrasi. Jadi, seminggu dari sini aku bakal terbang ke sana buat cari tempat tinggal dan mengurus segala keperluan selama di sana biar nggak bodoh-bodoh banget pas di sana," ujar Nathan seraya terkekeh. Terlihat binar bahagia juga bangga di matanya membuat hati Bunga seketika mencelos.
"Sayang, kok diem aja? Kamu nggak seneng aku bisa kuliah di Harvard university?" tanya Nathan dengan dahi mengerut. Ekspresi Bunga saat ini jauh dari ekspresi bahagia. Bunga tampak tak rela ia mengejar mimpinya hingga ke negeri Paman Sam.
Bunga menggeleng dengan cepat, "bukan, bukan itu. Aku ... aku senang banget mendengar kamu mendapatkan beasiswa di universitas ternama seperti Harvard. Tapi ... "
"Tapi apa?" cecar Nathan dengan ekspresi tak terbaca.
Bunga menunduk dengan tangan meremas tali tas selempangnya. Ia benar-benar gugup saat ini. Ia bingung bagaimana cara untuk menyampaikannya. Mulut Bunga terbuka namun tertutup lagi. Tubuhnya sudah berkeringat dingin hingga ke telapak tangan.
"Bunga, sebenarnya ada apa? Tapi apa? Katakan yang jelas!" titah Nathan dengan suara datarnya membuat Bunga mencelos.
Bunga mengangkat wajahnya. Menatap lekat netra laki-laki yang begitu dicintainya itu.
"Nath ... aku hamil."
Nathan membulatkan matanya mendengar kata-kata Bunga barusan. Kemudian ia terkekeh sumbang.
"Udah deh, Yang! Nggak usah ngeprank aku kayak gitu lah! Nggak lucu," dengus Nathan.
"Aku serius, Nath. Aku hamil," ucap Bunga sungguh-sungguh. Sebisa mungkin Bunga tahan air mata yang hendak menerobos netranya. Ia tak ingin menjadi bahan tontonan orang-orang. Untung saja mereka memilih meja yang agak sudut jadi tak ada yang ikut mencuri dengar perbincangan mereka.
"Nga, gue tau loe cinta gue karena gue pun cinta sama loe. Gue tau loe nggak mau jauh dari gue, tapi bukan kayak gini juga caranya. Ini sama aja loe berusaha menentang impian gue," bentak Nathan emosi. Ia bahkan menggunakan panggilan loe-gue pada Bunga karena terlampau kesal.
"Tapi aku serius, Nath. Aku nggak ... "
"Sudah. Kalau loe masih bersikap kayak gini, mending kita putus. Gue nggak mau loe jadi batu sandungan gue dalam mencapai cita-cita gue. Makasih udah hadir dalam hidup gue. Mulai saat ini, hubungan kita berakhir," tegas Nathan memotong kata-kata Bunga.
Setelah mengatakan itu, Nathan berdiri lalu mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dalam dompetnya dan diletakkannya di atas meja. Setelah itu, ia pun segera berlalu dari hadapan Bunga. Meninggalkan Bunga yang tergugu dan terisak pilu.
"Nath, jangan pergi! Aku nggak bohong, aku benar-benar hamil anak kamu. Nath ... "
Air mata yang sedari tadi ditahan Bunga akhirnya jatuh berderai tak berhenti. Ia tak menyangka, laki-laki yang dicintainya telah pergi dan tak mempercayai dirinya. Ia tak menyangka, laki-laki yang dengan tulus ia cintai pergi begitu saja tanpa mempedulikannya.
Tiba-tiba awan yang awalnya cerah berubah menjadi menghitam. Angin berhembus kencang. Gemuruh di langit disertai petir terdengar bersahut-sahutan. Tak lama kemudian, hujan turun dengan begitu derasnya.
Semesta berubah begitu cepat seakan tahu kesedihan yang kini tengah Bunga alami dan rasakan. Dada Bunga terasa begitu sesak. Tenggorokannya terasa begitu sakit, bahkan untuk menelan ludah pun sulit. Bunga berdiri lalu berjalan keluar. Dipandanginya langit yang begitu hitam pekat disertai guyuran hujan yang begitu deras. Tampak banyak orang-orang berlarian masuk ke dalam cafe untuk minum sekalian berteduh. Tak peduli langit sedang tak bersahabat, Bunga justru melangkahkan kakinya menapaki jalanan dengan hujan yang mengguyur seluruh tubuhnya. Dingin, tapi tak sedingin hatinya yang dicampakkan. Hatinya sakit. Hatinya hancur. Dirinya hamil tapi kekasihnya tidak percaya dan meninggalkannya. Adakah yang lebih menyakitkan daripada ini?
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Rasni Saldi
tega banget si nathan.ini si ceritanya Nathan cuma mau enaknya aja kasihan si bunga.
2024-11-19
0
Ros Sita
masa masa suram yang harus di lalui hamil tanpa suami
2024-06-18
0
ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ
penyesalan akan selalu datang terlambat...
2024-05-08
1