Bab. VIII Mencari Bunga

Sudah 3 hari semenjak kepulangan Nathan ke Indonesia hanya dihabiskannya dengan beristirahat dan berkumpul dengan keluarganya. Maka di hari keempat, ia pun mulai berjalan-jalan untuk melihat-lihat perubahan apa saja yang terjadi setelah 6 tahun ia meninggalkan Indonesia.

Nathan pun menjalankan mobilnya dengan lambat, mengitari tempat-tempat yang pernah disinggahinya. Sejauh mata memandang, memang begitu banyak perubahan yang ia lihat dari bertambahnya jumlah gedung-gedung bertingkat, tanah lapang telah beralih fungsi menjadi berbagai bangunan dan perumahan, dan lain-lain.

Namun, ada sesuatu yang mengganggu benaknya, nyaris di setiap tempat yang pernah ia singgahi justru mengingatkannya pada sosok mantan kekasih yang entah bagaimana kabarnya. Hingga tanpa sadar, Nathan pun mengendari mobilnya menuju ke daerah tempat tinggal Bunga. Nathan baru mengerem mobilnya saat tiba di tempat dimana ia sering menurunkan Bunga. Ia sendiri pun tak sadar telah tiba di tempat itu.

"Apakah aku sebegitu merindukan dirimu sampai nggak nyadar sampai di sini?" gumamnya seraya menghempaskan punggungnya di sandaran kursi mobil.

Lalu Nathan pun turun dari dalam mobil. Ia berjalan mendekati pagar bercat putih yang telah terlihat mengelupas. Sepertinya pagar itu telah lama tidak dicat sehingga besi-besinya pun ada yang terlihat berkarat.

Kemudian mata Nathan tampak memperhatikan ke rumah yang ada di belakang pagar putih itu. Rumah tipe sederhana dengan halaman yang tidak begitu luas namun terlihat cukup asri dengan sebatang pohon mangga dan beberapa tanaman. Rumah yang didominasi cat juga berwarna putih itu tampak sepi. Pintu tertutup rapat, hanya dua buah jendela di bagian depan saja yang terlihat terbuka. Nathan berdiri di bawah pohon palem dengan sorot mata tak lepas dari rumah bercat putih itu. Ia sudah seperti seorang mata-mata yang sedang mencari informasi tentang sesuatu.

Hampir satu jam ia berdiri seperti orang bodoh di sana, namun ia tak melihat pergerakan apapun di rumah itu. Entah kemana penghuni rumah itu. Merasa lelah menunggu, Nathan pun hendak beranjak dari bawah pohon itu hingga tiba-tiba ia melihat siluet tubuh seorang perempuan keluar dari pintu kemudian menutupnya kembali. Wajah itu tidak begitu jelas, namun ternyata mampu membuat Nathan seketika jantungnya berdebar kencang. Nathan pun menghentikan langkahnya yang ingin segera beranjak, menunggu gadis itu hingga ke pagar, bermaksud untuk menghampirinya.

"Apakah itu Bunga? Semoga saja," gumamnya dengan mata berbinar cerah dan jantung yang berdebar kencang.

Namun, binar cerah itu seketika meredup dan debaran itu seketika kembali normal saat melihat gadis yang keluar itu bukanlah Bunga. Sepertinya gadis itu hendak memesan entah itu ojek online atau taksi online.

"Apa itu adik Bunga?" gumamnya saat melihat kemiripan wajah antara Bunga dan gadis itu. Nathan pun segera menghampiri gadis itu untuk menanyakan keberadaan Bunga.

"Hai, kamu ... adik Bunga kan?" panggil Nathan pada gadis itu. Gadis yang tengah fokus pada layar ponselnya pun segera mendongak kemudian menyipitkan mata, mencoba mengingat sosok laki-laki yang berdiri di hadapannya.

"Iya, benar. Kakak siapa ya? Ada perlu apa mencari mbak Bunga?" tanya Kia penasaran.

"Eh itu ... anu, saya ... saya teman Bunga. Sudah 6 tahun semenjak tamat SMA kami nggak bertemu jadi ... jadi saya ... "

"Kakak yang suka anterin mbak Bunga sampai ke depan ruko sana kan?" tunjuk Kia ke arah dimana ia beberapa kali melihat Bunga pulang diantar mobil.

Mata Nathan membulat, apakah gadis ini pernah melihatnya saat mengantar Bunga pikirnya?

"Jawab pertanyaan saya, kak? Benar kan dugaan saya? Kakak itu mantan pacarnya mbak Bunga kan! Ayo kak jawab, jangan bengong!" desis Kia dengan seulas senyum sinis membuat Nathan tak bisa mengelak lagi.

"Kamu benar. Perkenalkan saya, Nathan!" Nathan mengulurkan tangannya hendak bersalaman dengan Kia, tapi Kia langsung menepisnya dengan kasar.

"Aku tidak mau bersalaman dengan bajingaan sepertimu," desis Kia dengan emosi yang membuncah dan mata memerah.

"Apa maksudmu?" tanya Nathan bingung saat melihat ekspresi Kia yang sepertinya begitu membenci dirinya. Tatapan mata Kia begitu tajam, menyiratkan luka yang luar biasa.

"Maksudku apa? Maksudku aku membenci bajingaan sepertimu. Gara-gara kau mbak Bunga menderita. Gara-gara kau, keluarga kami berantakan. Gara-gara kau, kebahagiaan di rumah kami hilang. Gara-gara kau, orang tuaku membenci mbak Bunga. Gara-gara kau, aku kehilangan mbak Bunga, dan gara-gara kau, mbak Bunga entah sekarang dimana karena dia diusir dari rumah. Semua gara-gara bajingaan seperti kau. Manusia breng-sek yang tidak bertanggung jawab. Aku membencimu. Aku sangat membenci laki-laki brengsekkk sepertimu. Pergi, pergi kau dari hadapanku. Aku benci melihatmu, bajingaan!" pekik Kia murka sambil mendorong-dorong tubuh Nathan agar segera pergi menjauh.

Nathan hendak memegang tangan Kia untuk menghentikannya, tapi Kia dengan cepat menepis. Baru saja Nathan hendak membuka mulutnya menanyakan apa alasan Kia begitu emosi padanya dan sebenarnya apa yang terjadi pada Bunga, tapi sebuah motor yang sepertinya merupakan ojek online pesanan Kia datang. Lalu tanpa mempedulikan Nathan yang masih dilanda kebingungan, Kia pun segera pergi dari hadapan Nathan.

Melihat Kia pergi begitu saja tanpa penjelasan berarti membuatnya ikut masuk ke dalam mobil. Ia menelungkupkan wajahnya di atas kemudi sambil memejamkan mata. Mencoba mencerna setiap kata-kata yang dilontarkan Kia tadi.

'Maksudku apa? Maksudku aku membenci bajingaan sepertimu. Gara-gara kau mbak Bunga menderita. Gara-gara kau, keluarga kami berantakan. Gara-gara kau, kebahagiaan di rumah kami hilang. Gara-gara kau, orang tuaku membenci mbak Bunga. Gara-gara kau, aku kehilangan mbak Bunga, dan gara-gara kau, mbak Bunga entah sekarang dimana karena dia diusir dari rumah. Semua gara-gara bajingaan seperti kau. Manusia breng-sek yang tidak bertanggung jawab. Aku membencimu. Aku sangat membenci laki-laki brengsekkk sepertimu. Pergi, pergi kau dari hadapanku. Aku benci melihatmu, bajingaan!'

Deg ...

"Apa katanya tadi? Gara-gara aku hidup Bunga menderita? Gara-gara aku, orang tuanya membenci Bunga? Mereka marah dengan Bunga kah? Tapi karena apa? Mengapa mereka sampai mengusir Bunga, anak mereka sendiri? Sebenarnya apa yang telah dilakukan Bunga? Apa yang terjadi pada Bunga? Kenapa dia bilang semua itu terjadi gara-gara aku?"

Nathan mencoba mengingat-ingat pertemuan terakhir mereka 6 tahun yang lalu. Ia mencoba mengingat-ingat kembali percakapan mereka sebelum mereka berpisah.

'Nath ... aku hamil.'

'Udah deh, Yang! Nggak usah ngeprank aku kayak gitu lah! Nggak lucu.'

'Aku serius, Nath. Aku hamil.'

'Nga, gue tau loe cinta gue karena gue pun cinta sama loe. Gue tau loe nggak mau jauh dari gue, tapi bukan kayak gini juga caranya. Ini sama aja loe berusaha menentang impian gue.'

'Tapi aku serius, Nath. Aku nggak ... '

'Sudah. Kalau loe masih bersikap kayak gini, mending kita putus. Gue nggak mau loe jadi batu sandungan gue dalam mencapai cita-cita gue. Makasih udah hadir dalam hidup gue. Mulai saat ini, hubungan kita berakhir.'

Deggg ...

"A-apakah Bunga saat itu jujur kalau dia benar-benar hamil? Ba-bagaimana kalau memang ia benar-benar hamil? Bunga ... ini tidak benar kan? Tapi ... bagaimana bila Bunga benar hamil anakku? Lalu ... dimana Bunga sekarang?" racaunya sambil mengacak rambutnya frustasi.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Mariani SPd

Mariani SPd

asli sedih Thor

2024-12-08

1

Wani Ihwani

Wani Ihwani

sabar buat nga, gak usah ngarepin Natan lah kalok jumpa lagi

2024-07-11

0

Pisces97

Pisces97

kalau aku berada diposisi bunga sudah ditembak, dijadikan pacar terus dicium² bibir terus diambil perawan nya ... terus hamil dan ditinggalkan diputuskan sepihak pula...
kalau aku jadi bunga gk akan mau balikan. sama orang kaum Nathan

2024-07-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. I Asmara Putih abu-abu
2 Bab. II Dimabuk asmara
3 Bab. III Dua garis
4 Bab. IV Hurt
5 Bab. V Maafkan mama
6 Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7 Bab. VII Bolos
8 Bab. VIII Mencari Bunga
9 Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10 Bab. X Keributan
11 Bab. XI Hampir
12 Bab. XII Bertemu Putri
13 Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14 Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15 Bab. XV Merindukan Putri
16 Bab. XVI Penjelasan
17 Bab. XVII Putri
18 Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19 Bab. XIX Dimana anak kita?
20 Bab. XX Curahan hati Putri
21 Bab. XXI Keyakinan Putri
22 Bab. XXII Papa untuk Putri
23 Bab. XXIII Putri mau papa
24 Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25 Bab. XXV Bertemu ?
26 Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27 Bab. XXVII Hurt
28 Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29 Bab. XXIX A day with ...
30 Bab. XXX Mungkinkah
31 Bab. XXXI Luka Bunga
32 Bab. XXXII Protes Putri
33 Bab. XXXIII Khawatir
34 Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35 Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36 Bab. XXXVI
37 Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38 Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39 Bab. XXXIX
40 Bab. XL
41 Bab. XLI
42 Bab. XLII Benci tapi cinta
43 Bab. XLIII Amarah Karlina
44 Bab. XLIV Kabar tak terduga
45 Bab. XLV Rumah Sakit
46 Bab. XLVI Takut dan cemas
47 Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48 Bab. XLVIII Putus asa
49 Bab. XLIX Mulai menyadari
50 Bab. L Kenyataan memilukan
51 Bab. LI Penyesalan
52 Bab. LII Izin
53 Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54 Bab. LIV VC with Putri
55 Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56 Bab. LVI Kiss
57 Bab. LVII Takkan pernah terganti
58 Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59 Bab. LIX
60 Bab. LX Permintaan Putri
61 Bab. LXI Menggenggam hati
62 Bab. LXII Hamil?
63 BAB. LXIII Definisi mencintai
64 Bab. LXIV KAMU
65 Bab. LXV Hari Bahagia
66 Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67 Bab. LXVII Perkara durian
68 Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69 Bab. LXIX
70 Bab. LXX
71 BAB. LXXI See you and bye-bye
72 Special from othor D'wie
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab. I Asmara Putih abu-abu
2
Bab. II Dimabuk asmara
3
Bab. III Dua garis
4
Bab. IV Hurt
5
Bab. V Maafkan mama
6
Bab. VI Si cantik yang menggemaskan
7
Bab. VII Bolos
8
Bab. VIII Mencari Bunga
9
Bab. IX Bunga, maafkan aku.
10
Bab. X Keributan
11
Bab. XI Hampir
12
Bab. XII Bertemu Putri
13
Bab. XIII Sorot mata yang mirip
14
Bab. XIV Kekhawatiran seorang ibu
15
Bab. XV Merindukan Putri
16
Bab. XVI Penjelasan
17
Bab. XVII Putri
18
Bab. XVIII Tak ingin kembali kehilangan
19
Bab. XIX Dimana anak kita?
20
Bab. XX Curahan hati Putri
21
Bab. XXI Keyakinan Putri
22
Bab. XXII Papa untuk Putri
23
Bab. XXIII Putri mau papa
24
Bab. XXIV Om baik mana, ya?
25
Bab. XXV Bertemu ?
26
Bab. XXVI Papa, jangan pergi lagi!
27
Bab. XXVII Hurt
28
Bab. XXVIII Terpaksa mengalah
29
Bab. XXIX A day with ...
30
Bab. XXX Mungkinkah
31
Bab. XXXI Luka Bunga
32
Bab. XXXII Protes Putri
33
Bab. XXXIII Khawatir
34
Bab. XXXIV Sikap orang tua Edgar
35
Bab. XXXV Sebuah Penawaran
36
Bab. XXXVI
37
Bab. XXXVII Ke rumah orang tua Bunga
38
Bab. XXXVIII Benar-benar Kecewa
39
Bab. XXXIX
40
Bab. XL
41
Bab. XLI
42
Bab. XLII Benci tapi cinta
43
Bab. XLIII Amarah Karlina
44
Bab. XLIV Kabar tak terduga
45
Bab. XLV Rumah Sakit
46
Bab. XLVI Takut dan cemas
47
Bab. XLVII Kata-kata polos penuh harapan
48
Bab. XLVIII Putus asa
49
Bab. XLIX Mulai menyadari
50
Bab. L Kenyataan memilukan
51
Bab. LI Penyesalan
52
Bab. LII Izin
53
Bab. LIII Semburat sendu di hari istimewa
54
Bab. LIV VC with Putri
55
Bab. LV Kabar mengejutkan sekaligus membingungkan
56
Bab. LVI Kiss
57
Bab. LVII Takkan pernah terganti
58
Bab. LVIII Kembali berjuang demi Putri
59
Bab. LIX
60
Bab. LX Permintaan Putri
61
Bab. LXI Menggenggam hati
62
Bab. LXII Hamil?
63
BAB. LXIII Definisi mencintai
64
Bab. LXIV KAMU
65
Bab. LXV Hari Bahagia
66
Bab. LXVI Dulu, kini, dan nanti.
67
Bab. LXVII Perkara durian
68
Bab. LXVIII Perhatian Nathan
69
Bab. LXIX
70
Bab. LXX
71
BAB. LXXI See you and bye-bye
72
Special from othor D'wie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!