"Selamat datang, saya sangat tersanjung anda memperlakukan istri saya dengan begitu sopan." Sapa William.
"Sudah seharusnya wanita secantik dia di perlakukan dengan baik dan sopan." Jawab Harry.
"Anda sudah menempuh perjalanan yang jauh mari masuk dan acara akan segera di mulai." Kata Alaris
"Ya, meski begitu, itu sepadan dengan apa yang saya temui hari ini." Harry tersenyum pada Alaris.
"Apa itu?" Tanya William dingin.
"Sebuah keindahan dan kecantikan yang di miliki negara ini." Kata Harry.
"Semoga itu menyenangkan untuk anda." Kata William.
"Ya, saya sangat senang." Harry tersenyum seolah menantang William.
Acara peresmian perusahaan pun di mulai, Alaris dan William bergantian memberikan ucapan terimakasih kepada para undangan yang telah hadir.
"Dan ini lah perusahaan yang akan menjadi raksasa dunia. DIAMOND IMPERIAL." Seru William.
Sebuah layar besar yang ada di belakang William seketika menyala dan menunjukkan tayangan DIAMOND IMPERIAL.
Semua undangan bertepuk tangan dan menaikkan sampanye mereka.
"William benar-benar menggunakan perusahaan ALDAWN, dia ingin menyaingi EMPEROR GRUP." Kata Zoland pada Harry.
Harry meminum sampanye sembari menatap tajam pada Alaris yang bertepuk tangan di sebelah William.
Pada acara sesi terakhir semua undangan sudah membaur untuk mengobrol santai dan Harry mendekati Alaris.
"Saya terkesan." Bisik Harry dari belakang.
Alaris terkejut bagaimana Harry tiba-tiba datang di belakangnya.
"Terimakasih."
"Mm... Sejujurnya saya ingin meminta bantuan."
"Apa itu?
"Sejujurnya jika anda tidak keberatan, bisakah anda menemani saya berjalan-jalan di beberapa lokasi dekat-dekat sini, saya mengaguni arsitektur Mansion the Kingham?"
"Saya akan memberitahu Brida untuk menemani anda jalan-jalan."
"Tidak. Aku ingin kamu." Kata Harry lagi.
Alaris terkejut, saat Harry memanggilnya "kamu" kata yang lebih akrab dan tidak formal.
'Suara Harry, lembut, manis dan terdengar seperti merayu, wajahnya juga penuh dengan senyuman polos yang hangat, aku seperti tersihir olehnya.'
"Baik." Kata Alaris singkat dan tanpa ekspresi.
'Aku tidak boleh jatuh dan hancur di depannya hanya karena wajah tampannya dan senyuman polos itu, aku tidak tahu apa maksud dan tujuannya mendekatiku, apakah dia memiliki rencana sesuatu.'
Kemudian mereka berjalan beriringan keluar dari gedung yang masih satu lahan dengan mansion The Kingham, hanya berbeda area.
Keingintahuan Harry melihat-lihat area The Kingham bukan hanya karena penasaran akan kemewahannya namun ia juga ingin melihat bagaimana keadaan area tersebut.
Dan kini mereka sampai di area taman mansion utara.
"Alaris."
Tiba-tiba Harry memanggil Alaris tepat di telinga, membuat telinga Alaris panas dan geli.
Sontak Alaris terkejut dengan tindakan Harry, membuatnya terhuyung dan bersemu merah.
Tubuh Alaris nyaris jatuh namun dengan sebelah tangan Harry merangkul pinggang Alaris.
Tindakan itu justru membuat Alaris semakin terkejut.
'Wajahnya indah, senyumannya juga polos, tatapannya hangat, namun tangan dan lengannya terasa sangat berotot.'
'Astaga apa yang sudah kupikirkan, aku sudah menikah.'
Wajah mereka saling menatap, Harry memiliki mata yang indah dan wajahnya juga indah namun tubuhnya seperti bertolak belakang dari keindahan wajah yang ia miliki, Harry memiliki tubuh berotot yang mungkin jauh lebih berotot dari yang terlihat.
"Maaf." Kata Alaris melepaskan diri.
"Kamu kikuk dan kaku." Kata Harry.
"Ya?" Tanya Alaris memastikan apa yang dikatakan Harry.
"Biasanya, para wanita akan selalu mengerumuniku dan selalu berada di sekitarku, meski mereka tidak berani mendekat. Tapi, kamu berbeda."
Alaris diam dan menatap Harry dengan datar.
"Para wanita tahu anda?"
Harry menaikkan alisnya.
"Secara teknis mereka tidak tahu siapa aku, mereka tidak tahu aku adalah Harry, tapi mereka menyukai ketampananku." Kata Harry
"Apa aku tidak tampan?" Tanya Harry lagi dengan memamerkan senyumannya.
Alaris diam dan menatap dengan wajah datar lagi, tanpa sepatah kata.
"Ha.. Ha .. Ha... Kamu dingin dan kaku Alaris." Harry tertawa terbahak-bahak.
"Terimakasih atas pujianmu Tuan Harry." Sahut Alaris dengan dingin dan tidak senang dengan sikap Harry.
Harry menghentikan tawanya.
"Kita akan menjadi teman Alaris, aku yakin. Tapi kamu masih memanggilku dengan formal."
Alaris diam.
"Aaa... Aku lihat taman sebelah sana agak polos." Kata Harry.
"Itu karena aku belum mendekorasi ulang, William tidak tahu apa yang ku sukai, jadi William memberikan ku kewenangan mendekornya ulang setelah menjadi istrinya."
Harry melengkungkan bibirnya.
"Bagaimana jika aku mengenalkanmu Arsitek Lanskap terbaik?" Kata Harry.
Alaris mengerut.
"Tenang saja, dia sangat profesional dan aku yakin kamu akan cocok dengannya. Apa kamu tahu taman hiburan termegah di negaraku? Dia arsiteknya." Kata Harry.
"The Hills Garden?"
Harry mengangguk.
"Aku setuju." Kata Alaris dengan cepat tanpa berfikir panjang.
"Baiklah, aku akan menghubunginya, dia bernama Leon, tapi dia sedikit...." Harry memiringkan kepala.
"Sedikit apa?"
"Karena sangat profesional kadang dia meminta sesuatu yang aneh, tapi tenang saja permintaannya hanya menyangkut pekerjaan." Kata Harry tersenyum lagi.
BRAAKK
BRAAKK
Reed memukul mejanya berulang kali, dan itu membuat para pengawalnya saling pandang, mereka takut Reed akan membuat sikap yang lepas kendali lagi dan kembali memukuli para pengawal yang ada di sekitar nya seperti beberapa saat lalu.
"Alaris Dwyne!" Geram Reed, matanya sudah menyala seperti api yang membara.
"Berapa persen yang bisa kita selamatkan." Tanya Reed pada sekretarisnya.
"Tidak ada Tuan, seluruh saham hancur dan Aldawn sudah mengambil alih proyek kerjasama kita dengan beberapa perusahaan."
"Brengsek!" Teriak Reed.
Tubuh Reed lemas dan duduk di kursinya, pria itu memijat kepala yang terasa semakin berat dan pusing. Beberapa bulan Reed berjuang tanpa tidur cukup dan berperang dengan perusahaan Aldawn.
Alaris sengaja menekan perusahaan milik Reed dan mengirimkan pesan secara terus terang.
Jangan pernah mendekati Axella atau kamu tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana Aldawn menghancurkan perusahaanmu.
Reed mengira itu hanyalah lelucon, namun tidak di sangka hanya dengan waktu 3 bulan perusahaannya habis dan tidak dapat tertolong lagi.
Wajah Reed kusut dan pucat.
"Tidak ada harapan lagi Tuan." Kata sekretaris itu.
"Omong kosong!" Teriak Reed.
Semua diam tidak ada yang berani berbicara.
"Kecuali jika aku menemui Axella dan meminta agar Aldawn mau melepaskan perusahaanku."
"Tuan, hari ini Aldawn serta Liam grup meresmikan anak perusahaan mereka, acara itu di siarkan secara langsung."
"Ha... Ha... Ha...! Wanita itu menghancurkan perusahaanku dan dia mendirikan perusahaan bersama suaminya. Kamu akan menyesal Alaris!" Geram Reed.
bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
rizas nanira
ln yang
2022-08-31
0
idawati
keren sih ini
2022-08-23
0
afifah
harry bener2 laki laki sejati yang penuh kasih sayang tp mengenai kekejaman harry apakah itu benar atau tdk atau senyumannya hanhalah sekedar topeng belaka
2022-08-23
0