Pagi itu Alaris sudah berada di ruang rapat, tak berapa lama Austin pun datang.
Pria dingin itu tidak banyak bicara, namun raut wajahnya sedikit suram.
'Ada apa dengannya, apa dia marah karena aku mengajaknya bekerja lebih pagi.'
"Aku sudah dengar dari sekretaris anda, bahwa anda meminta untuk menyelesaikan semua pekerjaan sekaligus hari ini."
"Ya, maaf, karena saya memiliki hal yang sangat urgent."
"Apa yang sangat urgent itu jika saya boleh tahu? Karena anda juga memberikan alasan urgent saat kemarin anda terlambat."
"Kali ini, masalahnya berbeda dengan yang kemarin." Kata Alaris.
"Baiklah, semoga hari ini semua bisa selesai tepat waktu seperti yang anda mau."
Kemudian Alaris serta Austin saling mengambil berkas, namun hal yang tak terduga tangan mereka mendarat secara bersamaan, membuat tangan Austin yang lebih besar mendarat sempurna diatas punggung tangan Alaris.
Austin yang juga terkejut secara tiba-tiba justru menekan dan menggenggam tangan lembut Alaris, membuat Alaris semakin tersentak kaget dan menarik tangannya.
"Maaf." Kata Alaris tanpa ekspresi apapun di wajahnya.
Namun hal yang tak terduga lagi, wajah Austin justru memerah. Malu.
Austin yang memiliki kulit sawo matang, pria pemarah, dingin, dan tak banyak bicara, menunjukkan bahwa dirinya juga bisa malu.
"Tidak apa-apa. Ayo fokus, bukanya anda ingin pulang lebih awal." Kata Austin mengingatkan sembari menundukkan kepala pura-pura fokus pada berkasnya.
"Ya." Jawab Alaris.
Setelah setengah hari, dan dua orang yang ada di ruang rapat itu seolah seperti mesin pekerja tanpa henti, bahkan tidak ada seorang pun yang berani menganggu.
Pada akhirnya karena keteguhan dan mental baja serta ketangguhan Alaris, pekerjaan yang di prediksi memakan waktu satu minggu itu akhirnya selesai, Brida sudah mengepak semua barang-barang milik Alaris pertanda mereka siap untuk pulang.
"Anda luar biasa." Puji Austin.
"Anda yang luar biasa, saya memiliki partner dan rekan yang tepat." Kata Alaris.
"Kita akan bertemu lagi bukan?" Tanya Austin.
"Semoga." Kata Alaris datar dan dingin.
"Hati-hati, dan..." Belum selesai Austin melanjutkan kalimatnya pria itu sudah bersemu merah kembali.
Brida yang melihatnya keheranan, kenapa Austin si pria galak itu malu dan bersemu merah.
"Saya akan berhati-hati. Selamat tinggal." Kata Alaris.
"Selamat jalan Alaris."
Alaris terkejut namanya dipanggil.
"Boleh bukan saya memanggil cukup dengan nama anda?"
Alaris mengangguk.
"Dan tolong jika kita bertemu lagi cukup panggil saya hanya dengan nama." Kata Austin.
'Tidak seperti sebelumnya saat pertama kali bertemu, hari ini Austin lebih banyak bicara, dan beberapa kali dia memperlihatkan wajah malu.'' Batin Alaris.
Kemudian Alaris masuk ke dalam mobil yang akan membawanya ke bandara pribadi milik Austin Harold.
"Apa sudah menemukan apartmen nya?" Tanya Alaris.
"Sudah Nyonya, dan kabar terakhir dokter Arthur sendiri yang membawa gadis itu ke apartmen."
"Baiklah, kita kesana, melihat gadis itu sebentar lalu pulang."
Mata Brida membulat, menoleh pada Alaris yang tak bergeming melihat tabletnya.
"Baik Nyonya." Kata Brida tunduk pada titah Alaris.
Setelah sampai di apartmen yang di maksud, Brida memencet bel dan seorang gadis cantik yang memiliki lebam-lebam memudar di wajahnya pun membuka pintu.
"Ya maaf, kalian siapa?" Tanya gadis itu.
Alaris menoleh pada Brida.
"Selamat siang, saya adalah Brida, apa dokter Arthur tidak memberitahumu siapa yang telah memberikan apartmen ini padamu." Kata Brida.
"Ahh... Se-selamat siang Nona Brida, ternyata itu adalah anda, silahkan masuk, dan terimakasih untuk apartmen ini." Axella kemudian membuka pintunya dengan lebar dan mempersilahkan masuk.
Alaris melihat keadaan apartmen yang lumayan bagus, dan cukup mewah.
Beberapa saat keadaan hening dan kaku. Brida menggigit bibirnya, kenapa si gadis itu bahkan tidak mengucapkan sepatah katapun, setidaknya memberikan salam atau berterimakasih pada orang yang telah menolongnya.
"Tidak kah kamu harus berterimakasih. pada orang yang telah menolongmu." Kata Brida kesal.
Gadis itu menutup mulutnya yang terbuka lebar, dan berlutut tepat di hadapan Alaris.
"Maa-maafkan saya, karena saya pingsan dan saya belum pernah bertemu dengan Nyonya, saya tidak tahu bahwa andalah yang menolong saya. Apalagi saya sangat gugup di depan anda, saya tidak tahu hal baik apa yang harus saya berikan untuk malaikat penolong saya. Terimakasih banyak Nyonya atas kebaikan anda, sehingga saya bisa selamat, dan mendapat perlindungan, terimakasih."
"Bangunlah jangan seperti itu, aku menolongmu karena kita sesama wanita dan aku tidak bisa membiarkan atau meninggalkan begitu saja wanita yang ada di hadapan ku dengan keadaan terluka. Siapa namamu?" Tanya Alaris.
"Saya Axella." Kata Axella sembari berdiri.
Alaris diam.
"Nona Axella, anda bisa tinggal di sini, dan anda tidak perlu takut karena apartmen ini memiliki penjagaan yang baik."
"Terimakasih banyak Nyonya, terimakasih banyak Nona Brida."
"Tapi Nyonya, apa saya pernah melihat anda sebelumnya?" Tanya Axella.
Alaris melihat Axella dengan datar.
"Sepertinya wajah anda tidak asing bagi saya Nyonya." Kata Axella lagi.
Axella masih mengingat-ingat dimana ia pernah melihat wajah Alaris, namun potongan ingatan di kepala Axella tidak utuh dan sangat buram sehingga membuatnya sedikit gemas.
Kemudian Axella melotot dan ingin melanjutkan kalinatnya, sedangkan Brida sudah tidak tertarik dengan sikap Axella yang menurutnya aneh.
"Kami buru-buru, Nyonya Alaris hanya ingin memastikan keadaan anda baik-baik saja dan sudah berada di apartmen dengan selamat, ini ada sedikit uang untuk anda gunakanlah secara bijak, lalu Nyonya Alaris sudah membelikan anda toko di dekat apartmen jika suatu saat nanti anda sudah mampu untuk bekerja, maka anda bisa mencari uang dari sana." Kata Brida.
"Waah, terimakasih banyak Nyonya, anda memang seorang malaikat yang cantik, saya tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan anda." Axella menunjukkan wajah sumringah dan ceria.
Sedangkan Brida semakin tidak menyukainya.
"Ya, aku hanya bertindak selayaknya manusia kepada manusia lainnya."
Saat Alaris ingin pergi, dia teringat sesuatu dan berbalik kemudian bertanya.
"Aku hanya ingin mengantisipasi sesuatu, bisa kamu beri tahu siapa yang kamu maksud sebagai tuan yang memenjarakanmu?"
Axella terdiam dan melotot, kakinya lemas dan ia terlihat kaku.
Ketika Alaris bertanya siapa yang telah memenjarakannya, Axella tersentak, mata bening itu membulat penuh, wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar.
"Sa-saya..."
"Tidak apa-apa jika itu menganggumu dan kamu tidak perlu memberitahuku." Wajah Alaris datar dan ia pun berjalan menuju pintu untuk pergi.
"Nyonya!" Teriak Axella.
Alaris merasa tidak enak melihat Axella yang sudah berlumur air mata di wajahnya.
"Na-namanya adalah Reed..." Kata Axella.
Alaris mengernyit.
"Reed?"
"Be-benar, dia dari keluarga bangsawan dan dia memiliki perusahaan perhiasan yang sangat terkenal."
Mendengar orang itu memiliki perusahaan di bidang yang sama membuat Alaris tertarik.
"Bagaimana bisa kamu menjadi tawanannya?" Tanya Alaris yang sudah berdiri tepat di depan Axella.
bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
idawati
alariss pliss jangann tolong Axella aku punya firasat buruk
2022-08-23
0
dahlia Mehdavi
next
2022-08-20
0
afifah
plis jangan ditolong melihat dia aja mengkhianati temannya pasti dia akan menusuk mu dr belakang juga
2022-08-11
0