Axella duduk di lantai sedangkan Greisy sibuk menyiapkan makanan untuk Axella.
"Setelah makan aku akan mengobatimu." Kata Greisy.
"Terimakasih Greis, hanya kamu yang peduli terhadapku." Axella meneteskan air mata hingga menggigit bibirnya kuat-kuat.
"Yah..."Kata Greisy mengangguk dan tersenyum, tangannya mengelus punggung Axella pelan.
Setelah Axella menyelesaikan makanannya, dengan telaten Greisy membantu mengoleskan obat salep di sekujur tubuh Axella.
"Aku pikir dia punya kelainan menyiksa orang dalam berhubungan." Kata Greisy.
"Dia seperti monster dan tidak pernah berhenti, sampai aku pingsan pun mungkin dia tidak berhenti, dia puas melakukannya dengan menggigit ku dan memukulku. Sshh... Ah, sakit." Pekik Axella.
"Maaf, aku terlalu menekan lebamnya karena sangat kesal pada Tuan Reed." Greisy kemudian mengatur tenaga nya lagi agar lebih pelan saat mengoles salep.
"Dia lebih mirip predator, aku sampai mual membersihkan beberapa bekas pengaman yang berserakan, apa dia binatang!" Gerutu Greisy.
"Jangan terlalu keras berbicara, kamu bisa mendapatkan masalah jika mengutuknya." Kata Axella mengingatkan, sembari menahan sakit.
"Kalau aku tidak memiliki beban ekonomi yang harus ku tanggung, aku bahkan tidak mau menginjakkan kaki ku di sini!"
"Kenapa?"
"Yah, ibuku terkena lilitan hutang dengan rentenir mau tak mau aku lah yang harus menebusnya." Kata Greisy memutar bola matanya.
"Greis, ada jalan jika kamu mau membantuku." Kata Axella serius.
"Apa?"
"Kamu harus melepaskanku, aku janji jika aku selamat aku akan mencari pertolongan dan jika aku menjadi orang kaya aku akan menjemputmu." Kata Axella.
Greisy tersenyum kecut.
"Bagaimana kamu akan menjadi orang kaya Axella? Kalau kamu saja sudah menjadi budak, apalagi orang-orang kaya yang menjadi keluarga bangsawan selalu menelusuri semua orang yang akan dekat dengan mereka. Jadi, bagaimana cara mu bisa menjadi orang kaya?"
Axella hanya menunduk lesu, apa yang di katakan Greisy memang benar.
Melihat Axella menunduk sedih, Greisy merasa tidak enak dengan kalimatnya.
"Axella, maafkan aku, aku tidak bermaksud merendahkanmu, hanya saja..."
"Aku tahu Greis, kamu memang benar. Aku yang terlalu suka berkhayal, menilai bahwa di dunia ini masih ada orang baik. Tapi yang aku tahu di dunia ini hanya kamu lah orang baik itu."
"Kalau kamu ingin kabur, aku akan mencari waktu yang tepat Axella."
"Benarkah?!" Mata Axella membulat.
Greisy mengangguk dan menutup mulutnya dengan telunjuk jari.
*****
Alaris sudah bersiap untuk pergi ke kantor, namun beberapa pengawal pria datang menemui nya membuat langkahnya terhenti tepat di ruangan tengah yang cukup luas dan lengang.
"Nyonya seperti nya anda harus melihatnya." Kata seorang pengawal pria.
"Apa itu?"
Mereka pun mengawal Alaris untuk keluar mansion dan memperlihatkan sebuah barang yang cukup besar.
Alaris mengernyitkan dahi dan alisnya.
Kemudian para pengawal membuka kain yang menutupi barang itu dan menariknya hingga terlihat lah barang apa sebenarnya di balik kain biru yang menutupinya.
"Astaga..." Alaris menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
"Indah sekali..." Kata Emily.
"Apa itu hadiah dari Tuan William?" Sahut Samantha.
Alaris mengamati dengan seksama, itu adalah patung yang mirip sekali dengannya, namun patung kaca itu bertabur dengan berlian biru.
"Ini blue diamond, sangat indah dan sangat susah mendapatkan blue diamond, apalagi bisa di pastikan patung ini sangat mahal." Kata Alaris.
"Di pahat dengan sangat teliti dan sangat mirip dengan anda Nyonya. Tuan William sangat romantis." Kata Emily memeluk kedua tangannya dan berjingkat.
"Apa ada nama pengirimnya?" Tanya Alaris.
"Tidak ada Nyonya." Sahut para pengawal.
Alaris masih mencermati patung yang mirip dengan dirinya, ia seolah sedang melihat dirinya sendiri namun dalam bentuk kaca, terlihat dingin dan membeku. Patung itu menggunakan perhiasan dari berlian biru yang di rangkai dengan rumit namun begitu indah.
"Nyonya ada kiriman paket lagi." Kata seorang pengawal yang baru tiba.
Alaris menerimanya dan membuka bungkusan tersebut dan itu adalah sebuah kotak perhiasan, di dalamnya terdapat surat kecil.
"Untuk wanita dingin yang cantik, kamu begitu menganggumkan dan mempesona, apa kamu suka dengan hadiah yang ku kirimkan? Patung itu adalah perwujudan keseriusan ku untuk memuji dan memujamu, kamu adalah satu-satunya wanita yang sangat misterius dan terus menarikku lebih dalam lagi untuk memikirkanmu."
Tanpa sadar sudut bibir Alaris tertarik meski itu hanya gerakan klise namun, Alaris cukup terkejut dengan dirinya sendiri bahwa ia terhipnotis dengan tulisan yang ada pada kertas tersebut.
'Apakah ini dari William?' Batin Alaris.
"Apa itu dari Tuan William, Nyonya?" Emily berjinjit dan hendak melirik kertas yang ada di tangan Alaris.
Samantha dengan respon cepat menarik tangan Emily dan melotot.
"Aku tidak tahu, tidak ada nama pengirimnya."Kata Alaris melipat kertas itu kembali.
Alaris kemudian mengeluarkan sebuah kalung yang juga memiliki berlian biru.
"Indahnya, saya yakin ini dari Tuan William. Perhiasan yang indah dan sangat mewah."
"Bahkan Perusahaan Aldawn tidak mampu membuat perhiasan seperti ini." Kata Alaris lirih.
Tak berapa lama Brida pun tiba dengan terkejut, karena ia melihat patung yang mirip dengan Alaris.
"Wow! Ini seperti patung es namun di hiasi dengan berlian biru." Bisik lirih Brida.
"Sepertinya dia tahu sosok dingin Nyonya Alaris, jadi memberikan hadiah patung es." Tambah Brida lagi.
Alaris kembali memasukkan kalung itu ke dalam kotak perhiasan dan menutupnya.
"Simpan patungnya ke dalam ruangan tengah, ku rasa itu bagus untuk menghiasi ruangan yang luas itu."
"Baik Nyonya." Jawab para pengawal serentak.
'Setelah melihat patung itu, aku jadi memikirkan sesuatu untuk mendekor ulang mansion.'
"Brida, batalkan semua jadwalku hari ini dan besok, ada pekerjaan yang harus ku urus di sini." Perintah Alaris.
"Baik Nyonya."
"Emily, siapkan beberapa kanvas yang cukup banyak lengkap dengan alat lukisnya." Perintah Alaris lagi.
"Dengan senang hati Nyonya." Jawab Emily bersemangat.
"Apa hari ini anda akan berada di mansion seharian Nyonya?" Tanya Samantha.
"Seperti yang William katakan, aku boleh mendekorasi dan merubah mansion sesuai seleraku, dan aku memikirkan sesuatu." Kata Alaris.
"Saya akan membantu Nyonya Alaris." Sahut Brida.
"Dan saya juga." Sahut Samantha bersemangat.
Alaris kemudian masuk kembali ke dalam mansion, dimana Emily sudah menyiapkan banyak kanvas serta alat lukis.
"Kalian ambil masing-masing satu kanvas, aku memberikan kalian ijin untuk ikut berkontribusi, lukis apapun yang kalian mau." Kata Alaris.
"Baik Nyonya." Kata mereka serentak.
Semua pun ikut melukis, Alaris juga sudah menggulung rambutnya ke atas, hingga leher jenjangnya yang putih terlihat, tak lupa Alaris menggulur baju lengannya dan memakai apron.
Setelah seharian, mereka mendapatkan banyak lukisan, terlebih Alaris yang ternyata memiliki hoby yang tersembunyi dan begitu berbakat dalam hal melukis. Semua memuji karya lukisan Alaris yang menakjubkan.
Tanpa di sadari Alaris, William sudah pulang dan berada di belakang Alaris yang masih fokus melukis.
"Lukisan mu sangat indah."
Suara rendah William begitu jelas di telinga Alaris, bahkan hingga menggetarkan hatinya. Sontak Alaris menoleh.
Saat itu William sengaja membungkuk dan wajah mereka pun saling berhadapan. Hidung mereka saling menyentuh, bibir mereka hampir saling berciuman.
Alaris seketika membulatkan matanya dan tubuhnya mendadak gugup dan membatu.
bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
idawati
aduh dr siapa
2022-08-23
0
Lingga
up
2022-08-20
0
dahlia Mehdavi
hmmm misterius
2022-08-20
0