William serta Alaris sudah berada di ruang makan, suasana sarapan pagi begitu dingin bagai di tiup oleh angin es dari kutub-kutub yang saling bertolak belakang, apalagi Alaris terfokus penuh pada makanan yang ada di hadapannya tanpa memandang William.
Saat itu William berniat akan memulai pembicaraan dengan Alaris, bahwa ia ingin menghapus pembagian mansion wilayah utara dan selatan.
"Apa kamu tidur nyenyak semalam?" Tanya William.
"Ya." Alaris menjawab singkat.
William mengangguk.
Suasana hening kembali.
"Kamu tidak tanya keadaanku atau meminta penjelasan dariku setelah semalam aku pulang mabuk?" Kata William kemudian.
"Tidak. Aku melihatmu lebih ceria pagi ini, dan lebih bersemangat."
"Benarkah?" Sudut bibir William berkedut sinis.
"Ya, kamu berharap aku meminta penjelasan tentang apa? Wanita yang menghiburmu?"
"Kamu salah paham Alaris, wanita itu..."
"Aku mohon William, apa kamu berniat membuat makanan yang sudah ku telan kembali keluar karena mual?"
"Kamu jijik padaku?" Kedua tangan William yang ada di atas meja mengepal di samping piringnya.
Alaris melirik kedua tangan William yang mengepal dan bergetar.
"Terserah apa persepsimu, aku menghargai privasi yang kamu bangun, aku tahu sekarang kegunaan pembagian mansion utara-selatan, dan sekarang aku jauh lebih mendukungnya, memang efektif."
"Bukan begitu maksud dari privasi itu Alaris."
"Kita sedang sarapan William, bisakah aku makan dengan tenang?"
"Baiklah, tapi hari ini kita ada jadwal pertemuan, kita bisa berangkat bersama menggunakan mobilku Alaris."
"Aku lupa memberitahumu William, mendadak ada pekerjaan di luar negeri selama satu minggu." Kata Alaris.
"Kamu akan pergi selama satu minggu?" Mata William membulat, wajahnya terlihat terkejut.
"Ya."
"Baiklah, semoga perjalanan bisnismu lancar." William tersenyum kecut dan meredam kecewanya untuk kesekian kali.
"Aku sudah selesai dan akan langsung ke bandara. Semua urusan kerjasama antara kita, aku percayakan padamu William."
"Hm. Hati-hati." Kata William mengeratka genggaman sendok serta pisaunya.
Alaris mengelap mulut dan mendorong mundur kursi dengan pelan dan keluar dari ruang makan tanpa melihat William.
Sedangkan William hanya bisa memandang dengan perasaan kesepian, mata yang sayu dan menyandarkan punggungnya di kursi.
Sebuah soup penghilang pengar pun menjadi asupan terakhirnya, ia tidak boleh terlihat kusut saat pertemuan kerjasama itu.
"Sudah sampai di sini, dan aku harus mengingat apa tujuan awal menikahi wanita dingin itu." Kata William menekan kedua matanya dengan jari-jarinya.
*****
PRANGG!! Reed membanting sebuah gelas berisi alkohol hingga pecah di lantai.
"Camilla! Dimana Greisy, panggil dia kemari sekarang!" Teriak Reed.
Saat itu Reed sangat marah karena Greisy belum juga datang untuk menyiapkan pakaian kerja, sedangkan Reed sudah selesai mandi.
"Ba-baik Tuan."
Camilla pun pergi mencari Greisy, namun setelah Camilla mengelilingi mansion, ia tetap tidak bisa menemukan Greisy, dan kembali untuk melapor pada Reed.
"Tuan Reed! Tuan Reed! Gadis itu tidak ada dan Greisy juga tidak di temukan di seluruh mansion." Teriak Camilla panik.
"Apa!" Reed memandangi Camilla dengan pandangan gelap.
Wajah Camilla seketika pucat.
"Ma-maaf Tuan Reed, saya sudah mencarinya bersama pelayan-pelayan lain namun tetap tidak menemukan Greisy, gadis yang ada di gubuk belakang mansion juga tidak ada..." Kata Camilla ketakutan.
Reed mengambil handuk kimononya, dan bergegas pergi, membuat Camilla terkejut, pria itu berjalan dengan langkah lebar dan menuju gubuk bobrok di belakang mansionnya, di belakangnya Camilla mengikuti dengan tergopoh-gopoh.
Reed melihat pintu gubuk sudah terbuka lebar, ia masuk dan hanya melihat rantai yang tergeletak di atas lantai kayu.
Gubuk itu kosong dan hanya terdengar suara televisi.
Reed menarik televisi yang berisik itu hingga jatuh di atas lantai.
BRAKK!!
"Kenapa masih di sini, cari mereka sampai dapat!" Teriak Reed.
Camilla tersentak hingga kedua bahunya naik, ia ketakutan dan segera pergi.
"Ba-baik Tuan."
Reed berkacak pinggang dan semakin marah, ternyata Greisy membantu Axella untuk kabur.
"Bangs*t kalian!!! Sampai kalian ku temukan lihat bagaimana aku menyiksa kalian!!!"
Reed saat itu masih memakai handuk kimononya dan berjalan menuju ruangan pribadi, dimana ia langsung mengambil senapan laras panjang dan berkeliaran dengan dada bidang serta paha yang terlihat.
Pria itu tidak memikirkan apapun kecuali ingin segera menangkap tawanan dan pelayannya.
"Cari mereka! Aku yakin mereka belum jauh dari sini!" Perintah Reed pada para pengawalnya.
"Baik Tuan!"
"Bagaimana mereka bisa kabur, apa ada pengawal yang membantu mereka!" Geram Reed.
Kemudian Reed mengendarai mobilnya dan menekan gas dalam-dalam membuat mobil melaju dengan kencang.
Tak berapa lama setelah Reed berkeliling, ia melihat 2 wanita berlarian, Reed semakin menekan gas mobilnya dan tertawa getir, jiwa iblisnya sudah semakin ingin bermain.
"Ayo Axella, sebentar lagi kita bisa menaiki kereta api pertanian." Kata Greisy menyemangati.
"Aku sudah tidak tahan, nafasku hampir putus. Kakiku, kaki ku seperti akan patah." Kata Axella terengah.
"Reed sudah berada di belakang, dia melihat kita." Kata Greisy.
Axella menoleh, dan terlihatlah Reed sedang tertawa di dalam mobil jeepnya, pria itu kemudian menjulurkan senapannya dan...
DOR!!!
"AAARGG!!!" Para wanita itu berteriak secara bersama-sama.
Reed menikmati permainan itu, ia menembak di sisi sisi jalan yang di lalui Axella dan juga Greisy.
Mobilnya sudah semakin mendekat dan Reed menembak lagi jalan aspal di belakang Axella dan juga Greisy
DORR!!!
"AARGGG!!!"
Reed semakin tertawa terbahak-bahak melihat para wanita itu hampir mati karena ketakutan, wajah pucat mereka mengundang Reed ingin mempermainkannya lebih lama.
Mansion memang terletak jauh dari pemukiman penduduk dan jalan raya, namun Greisy sudah hafal pukul berapa kereta api panjang akan lewat, setelah membawa hasil panenan dari lahan milik Reed.
Dan Greisy serta Axella pun sudah semakin mendekati Rel Kereta api. Melihat itu Reed membulatkan matanya.
"Sial!!!"
Reed menekan kembali gas mobilnya.
Greisy sudah berhasil menyunggi Axella dan memasukkan Axella naik ke dalam kereta yang melaju pelan, tak berapa lama kereta pun semakin melaju cepat, dan semakin cepat, Greisy yang sudah membantu Axella naik, kini kesusahan baginya untuk naik karena kereta api sudah semakin cepat.
Axella melihat Reed semakin dekat dan menodongkan pistolnya.
"Greisy, aku benar-benar ingin kabur dan lepas dari Reed, semoga kamu mengerti penderitaanku, terimakasih sudah membantuku." Kata Axella.
Greisy terbelalak, wajah Greisy pucat pasi.
"A-apa maksudmu..." Kata Greisy berteriak.
Suara kereta api semakin meninggi dan semakin melaju cepat.
Kemudian Axella melepaskan tangan Greisy, dan mendorong Greisy jatuh terpelanting di atas rerumputan, dan kereta api pun melaju dengan cepat.
Mobil Reed kemudian berhenti tepat di depan Greisy, ia tertawa.
"Kamu di khianati oleh anjing peliharaanku. Hahaha!"
Kemudian Reed menghubungi seseorang agar menghentikan kereta apinya.
Beberapa pengawal datang di belakang Reed.
"Kereta api akan berhenti segera temukan Axella. Aku akan mengurus wanita satu ini." Perintah Reed.
"Baik tuan."
bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
rizas nanira
next
2022-08-31
0
idawati
axella jahat lhoo
2022-08-23
0
dahlia Mehdavi
lari ruuuun
2022-08-20
0