William berjalan oleng karena lantai koridor dihadapanya seperti bergelombang, dan tidak rata, tangan kekarnya di papah oleh wanita yang ia ajak pulang, wanita dengan pakaian minim, berulang kali dia sengaja mendekatkan dadanya yang besar pada tubuh William.
Setelah melewati koridor penghubung mansion utara dan selatan, William mendorong wanita itu cukup keras.
"Jason, bantu aku." Kata William.
"Baik Tuan."
Jason memapah William berjalan cukup jauh, akhirnya mereka sampai di mansion selatan, William terbaring lemah di atas tempat tidurnya.
"Tuan saya akan membantu melepaskan pakaian anda." Kata wanita itu dengan suara yang dibuat-buat.
"Tidak perlu, kamu boleh pergi."
"Tapi tuan, saya bisa menemani dan membuat anda senang..." Rayu wanita itu.
"Pergi." Kata William dingin, wajahnya sudah gelap seperti iblis pencabut nyawa.
Wanita itu ketakutan dan segera meninggalkan mansion.
"Apa kamu melihatnya Jason?"
"Ya Tuan?" Tanya Jason.
"Sepertinya dia tidak terpengaruh, jika aku bermain dengan wanita, tidak ada sedikitpun rasa cemburu."
"Maksud anda Nyonya Alaris?"
"Siapa lagi, dia sangat dingin, dan tidak peduli meski aku pulang mabuk dan membawa wanita."
Jason hanya diam.
"Aku suaminya, tapi dia tidak mengijinkanku untuk menyentuhnya, apa dia marah karena aku membagi mansion utara dan selatan? Tapi, itu yang terbaik bagi kami, aku pikir dia adalah wanita yang ingin di beri privasi lebih, karena dia wanita tangguh dan mandiri." Kata William.
"Saya tidak tahu Tuan, mungkin Nyonya masih butuh waktu menyesuaikan dirinya di lingkungan baru."
"Awalnya, aku menikahinya karena alasan sesuatu, tapi saat melihatnya secara dekat dan melamarnya, dia berbeda. menarik dan memiliki sesuatu yang membuatku semakin penasaran."
"Bagaimana jika anda, menghapus aturan mansion utara dan selatan tuan."
Entah kalimat Jason terdengar atau tidak tapi William sudah tertidur dengan pulas karena mabuk.
Sedangkan Alaris yang berada di kamarnya, ia meremas dan menggenggam kedua tangannya sendiri, mengatur nafas lalu duduk di depan meja rias, melihat wajahnya dari pantulan kaca.
'Aku terlalu naif, memikirkan keadaannya seperti orang bodoh, dan dia kembali bersama wanita untuk bersenang-senang. Beberapa hari ini aku berubah menjadi orang yang tidak ku kenal.'
Alaris kemudian mengambil ponselnya dan menekan beberapa nomor, ia sedang melakukan panggilan internasional.
"Halo kak..."
"Hector, bagaimana kabarmu, kamu tidak pernah menghubungi ku?" Tanya Alaris.
"Ohh, maafkan aku kak, karena tidak menghubungi mu, aku hanya tidak ingin mengganggu pengantin baru."
Sudut bibir Alaris tersungging kecut.
"Kamu tidak pernah menggangguku Hector. Bagaimana keadaanmu di sana?"
"Cukup baik tapi aku sangat merindukanmu, merindukan kopi asin buatanmu. Bagaimana denganmu?" Hector tertawa kecil.
"Kamu masih saja nakal, aku hanya salah mengambil wadah waktu itu. Mungkin seseorang sudah menukarnya." Alaris mencari alasan, matanya mengecil.
"Ya, setidaknya suami mu tidak akan marah kan saat kamu membuatkannya kopi asin."
"Tidak, dia tidak akan marah...."
'Karena aku tidak pernah membuatkan dia kopi, karena dia memberikan batasan atas dirinya padaku, karena dia mungkin lebih menyukai kopi buatan orang lain yang kini sedang bersamanya.' Lanjut Alaris di dalam hatinya.
"Aku akan menyelesaikan pendidikanku secepat mungkin dan akan kembali. Apa William menjagamu dengan baik?" Kata Hector.
Mendengar suara Hector dan pertanyaan Hector membuat Alaris merasa sesak.
"Yah, dia menjagaku dengan baik." Kata Alaris dingin.
"Alaris di dunia ini, aku hanya memiliki kamu, aku tidak ingin melihatmu menyia-nyiakan kehidupanmu, jalani apa yang membuatmu bahagia, jika kamu menjalani sesuatu yang bertentangan dengan hatimu ambil lah apa yang membuat hati mu senang, tinggalkan mereka yang menyulitkanmu. Aku hanya mempunyai kamu, dan yang aku inginkan hanyalah kebahagiaanmu, kita hanya tersisa berdua, jika ayah dan ibu masih ada kamu masih punya sandaran dan pelukan hangat disana, tapi mereka sudah meninggal dan sekarang aku merasa tenang jika William sudah menjadi tumpuan dan sandaranmu, aku sudah tenang jika William menjagamu dengan baik, dan aku bisa bernafas lega William sudah menggantikanku untuk menjagamu."
"Ya tenang saja dia menjagaku dengan baik. Aku harus istirahat, jaga dirimu Hector. Selamat malam."
Alaris menutup panggilannya, saat ini yang ingin dia dengar hanyalah suara Hector, adik laki-laki semata wayangnya yang ia miliki, keluarga satu-satunya yang ia miliki, harta sesungguhnya yang ia miliki.
Alaris berharap dia jauh lebih tenang dan lebih baik setelah mendengar suara adiknya yang ia rindukan.
'Bahagia? Seperti apa bahagia itu? Apa sekarang aku bahagia dengan kehidupan yang ku jalani atau aku tidak bahagia dengan pernikahanku? Aku tidak bisa memastikannya. Apa perasaan bahagia itu, seperti saat aku sudah mendapatkan kerjasama dengan perusahaan yang aku inginkan? Seperti apa sebenarnya bahagia itu? Sejak kecil aku hanya menangis, dan pada akhirnya aku berakhir tanpa merasakan apapun, setelah seluruh dunia mengutukku, aku tidak merasakan apapun di dalam hatiku, bahkan aku tidak memiliki teman kecuali Hector yang selalu ada di sisiku.'
Alaris melewati banyak kesulitan dan tempaan hidup yang keras bersama dengan adiknya, mereka saling menguatkan dan saling mendukung, Hector lah yang selalu menjaga Alaris dari media masa yang selalu memojokkannya bahkan dari teman-teman Alaris yang selalu mengejeknya.
Saat kecelakaan terjadi, dan membuat kedua orang tua mereka meninggal, bahkan merenggut nyawa sang sopir, media massa menggiring opini mereka, berlomba-lomba menjadikan stasiun tv mereka menjadi tranding satu.
Para stasiun televisi, surat kabar, dan artikel di internet menggiring kalimat-kalimat tajam dan opini mereka, argumen mereka menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan itu adalah Alaris.
Meski pihak kepolisian sudah menetapkan kecelakaan itu sebagai "kelalaian sopir" dan kasusnya ditutup karena kurangnya bukti.
Namun media dan berita yang berseliweran adalah, Alaris anak pembawa sial yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal, kenapa justru Alaris yang masih kecil selamat dari kecelakaan maut itu.
Peristiwa itulah yang memuat Alaris kehilabgan jiwanya dan mengambang di dunia yang entah untuk apa ia hidup.
Alaris menutup matanya, setetes air bening jatuh di pelupuk mata.
Air mata itu jatuh lagi meski hanya seperti butiran embun, setelah sekian lama matanya kering, setelah hati nya merasakan kebekuan yang sangat lama karena tuduhan dari seluruh dunia padanya dan membuat Alaris mati rasa.
Namun kali ini, entah karena melihat William atau karena ia merindukan adiknya, setetes air bening itu pun jatuh di pelupuk matanya.
'Ayah, Ibu, kenapa aku selamat, kenapa aku sendiri yang selamat, kenapa kalian melindungiku dan mendekapku, kenapa kalian tidak membiarkan ku mati dan ikut dengan kalian, mungkin itu jauh lebih baik daripada harus merasakan hukuman yang di berikan oleh manusia di dunia yang tak berperasaan.'
'Tidak! Aku bukanlah wanita lemah, aku tidak boleh goyah hanya karena perasaan yang tidak bisa mekar, bahkan sebelum mekar perasaan ini sudah bertepuk sebelah tangan, jadi akan ku cabut agar tidak membuatku lemah, cukup perusahan ayah dan ibu yang di gerogoti oleh rayap serakah, tidak untuk perusahaan yang telah ku bangun sendiri, aku tidak akan melepaskannya begitu saja.'
bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
idawati
bikin dilema kalau ini
2022-08-23
0
dahlia Mehdavi
saling suka
2022-08-20
0
R2
next
2022-08-18
0