"Jadi kamu bela-belain datang ke sini memenuhi undangan ayah dari pada mengambil cincin itu?" Alhan menatap Wafa tak percaya ternyata Wafa masih menganggap remeh masalah itu.
"Ya....gitu deh" Jawabnya ngasal. Alhan lantas mendekati Wafa.
"Hey kamu mau apa?" kaki Wafa perlahan mundur beberapa langkah sampai akhirnya dia berada tepat di teras rumah.
"Pergi kamu!" Alhan kesal dan marah
"Dan jangan pernah kembali ke rumah ini kalau kamu belum menyerahkan cincin itu. Ingat satu hal, gara-gara cincin itu ada di kamu acara lamaranku terhambat. Kamulah penghambatnya!" Wafa menunduk. Ia mengaku ini kesalahannya namun sebenarnya bukan murni kesalahannya juga karena rutinitas kesibukannya sehari-hari yang membuatnya fokus pada pekerjaan sehingga mengabaikan sesuatu yang menjadi titipan. Lagi pula kalau saat itu Alhan tidak memaksanya tentu masalah ini tidak akan pernah terjadi.
"Kok kalian di luar? Alhan kenapa tamunya ga diajak masuk? Kamu Wafa, kan?" Rianti datang tepat waktu, ini membuat hati Wafa menjadi lega. Wafa tersenyum kemudian mencium punggung tangan Rianti dengan santun.
"Iya Tante. Saya Wafa Zahira seorang karyawan di Klinik Sehat Medika. Dr. Ibrahim ada Tante?" Wafa memperkenalkan diri.
"Kok Tante sih, panggil bunda aja. Bunda berasa punya anak perempuan karena Alhan anak bunda satu-satunya, hayu ke dalam. Bunda sudah menyiapkan menu makan siang spesial untuk nak Wafa" Tangan Rianti merangkul pundak Wafa. Wafa melirik lalu tersenyum ke arah Alhan yang masih berdiri memendam kekesalan. Sungguh hal yang sangat diimpikan mempunyai keluarga yang sempurna, Wafa merindukan sosok orang tua yang sudah lama meninggalkannya karena sebuah insiden kecelakaan maut yang menimpa keluarganya saat Wafa berusia 17 tahun. Sungguh Wafa sangat kehilangan sosok orang tua yang sangat dicintainya di dunia ini. Tidak mudah bagi Wafa untuk melepaskan dan mengikhlaskan kejadian itu. Ia sadar bahwa orang tuanya milik Allah sehingga Ia harus merelakan orang tuanya diambil oleh pemiliknya. Beruntung ia masih memiliki nenek dan kakek yang lengkap, yang menyayanginya sampai ia bisa meraih cita-citanya menjadi seorang bidan.
" Ayah....ayah....ini nak Wafa sudah datang, duduk di sini ya!" Wafa terharu dengan perlakuan bundanya Alhan yang sangat jauh berbeda dengan sikap yang diberikan Alhan untuknya. Nampak dr. Ibrahim menuruni anak tangga mendekati meja makan. Di sana terlihat Wafa yang sedang duduk sambil menautkan jari tangannya di atas meja. Ia menyalami dan mencium punggung dr. Ibrahim, seraya tersenyum. Tak jauh dari ruang makan nampak Alhan berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya menatap interaksi orang tuanya dengan orang yang membuatnya kesal. Sungguh di luar dugaan sikap kedua orang tuanya terlalu berlebihan ini membuat Wafa bisa besar kepala, pikir Alhan.
"Loh Alhan mana, Bun?" Rianti mengedarkan pandangan, ia menggelengkan kepalanya.
"Alhan ngapain berdiri di situ? Sini kita makan bersama. Ini kan ada tamu spesialnya bunda."
Alhan mendekat dengan muka ditekuk. Ia duduk tepat berhadapan dengan Wafa.
"Sebelum kita membicarakan masalah pekerjaan, kita makan dulu ya. Wah.... sepertinya masakan bunda nih, pasti enak. Hayu nak Wafa dimakan! Alhan kenapa mukanya ditekuk gitu, senyum dong ngga enak dilihat tamu kita" Ujar Dr. Ibrahim mempersilakan tamunya untuk makan. Bibir Alhan ditarik ke atas sehingga terciptalah senyuman yang dipaksakan. Netranya tertuju pada Wafa yang bersikap kalem.
Perlakuan Alhan tidak luput dari pantauan orang tuanya. Mereka saling pandang kemudian tersenyum. Selama makan tidak ada yang berbicara selain suara sendok dan garpu yang sedang berdansa di atas piring masing-masing. Selesai makan Wafa beranjak untuk mengambil piring-piring kotor yang akan dicuci.
"Loh nak Wafa mau ngapain?"
"Nyuci piring bunda" Pembiasaannya di rumah terbawa sampai di rumah orang lain. Jangan sampai ketika bertandang ke rumah orang jadi SMP (sudah makan pulang).
" Ga usah sayang, biar bi Ijah yang nyuci. Hayu kita ke ruang tamu, ada yang mau dibicarakan sama ayah" Lagi-lagi Alhan merasa diabaikan. Apa spesialnya Wafa di mata orang tuanya? Sampai perlakuan mereka begitu berlebihan sehingga mengacuhkan anak sendiri. Sungguh membuat Alhan bertambah kesal.
"Alhan kamu juga sana ke ruang tamu!" Ujar Rianti pada Alhan yang masih terpaku.
Apa sebenarnya yang akan dibicarakan kedua orangtuanya? Sungguh membuat Alhan penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kapok kamu Alhan di anak tirikan kamunya 🤣
2025-02-22
0
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
uhukk alhan sinyal mau di jodohin🤣
2024-01-04
0
off
wah kasian masa Wafa diusir emang ada apa dengan alhan?
2023-11-06
2