Wafa menoleh sambil mengunyah makanan. Ia berhenti mengunyah begitu tahu orang yang berada di sampingnya. Ia lantas minum teh yang ada di hadapannya. Namun ia tidak ambil pusing, ia melanjutkan makannya yang hampir selesai.
"Kenapa sih kita dipertemukan di sini? oh ya saya tahu Allah sering mempertemukan kita karena kamu masih ada sangkutan denganku"
"Maaf ya, Mas. Kita sedang makan sebaiknya kita diam tanpa bicara. Kita selesaikan dulu makanannya, oke!" Wafa mengingatkan. Pria tersebut adalah Alhan yang tanpa sengaja bisa bertemu dengan Wafa di tempat seperti ini. Alhan diminta Ayahnya untuk ke klinik bertemu dengan bidan yang mengelola keuangan Klinik Sehat Medika milik ayahnya Alhan.
Wafa segera membayar makanan yang ia makan. Sementara Alhan mengikuti Wafa dari belakang.
"Mas mengikuti saya?" Wafa berhenti berjalan begitu tahu langkahnya diikuti Alhan.
"Tolong ya Mas saya mau kerja. Untuk sangkutan yang belum selesai nanti kita selesaikan di lain waktu. Saya benar-benar sibuk. Sebaiknya Mas pulang saja"
"Ih Mbak siapa, ngatur-ngatur saya? Saya mau kemana itu bukan urusan Mbak. Kebetulan saja kita searah. Kepedean". Alhan berlalu. Wafa menarik nafas dalam, ia harus lebih ekstra sabar menghadapi Alhan yang sedikit arogan.
Wafa sedikit terlambat datang ke klinik,
"Selamat malam Bu Bidan! Maaf Bu, ibu sudah ditunggu di ruangan dokter Ibrahim" Sapa Renata resepsionis di klinik tersebut
"Beliau ke sini?"
"Tidak Bu, yang datang sekarang anaknya dokter Ibrahim"
"oh....makasih ya"
Sungguh baru kali ini dokter Ibrahim menyuruh anaknya untuk mengevaluasi keuangan yang ia pegang. Wafa juga belum pernah mengenal putra satu-satunya pewaris Klinik Sehat Medika. Ia memang sudah diberitahu kalau malam ini pelaporan keuangan Klinik, namun ia tidak menduga jika anak dokter Ibrahim yang datang.
"Mudah-mudahan anaknya sebaik ayahnya." Harap cemas
Wafa mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah ada jawaban salam dan ucapan masuk, Wafa membuka pintu ruangan
"Maaf Pak, saya agak telat sehingga membuat Bapak menunggu" Alhan saat itu posisinya sedang membaca dokumen sambil berdiri menghadap lemari buku membelakangi pintu ruangan.
"Oh ..tidak apa-apa " Alhan bergeming ketika melihat Wafa berada di ruangan ayahnya. Seharian ini Alhan sudah tiga kali bertemu Wafa tanpa rencana. Ah...mungkin ini hanya kebetulan saja. Alhan menepis prasangka di hatinya.
"CK...kamu, silakan duduk!" Wafa menghampiri meja kerja dokter Ibrahim. Ia duduk berhadapan dengan Alhan. Sedikit kaku. Wafa tidak pernah menyangka sebelumnya jika Alhan adalah anak dokter Ibrahim si pemilik Klinik. Jika Alhan tidak terima dengan beberapa hal yang pernah terjadi bagaimana dengan nasib pekerjaannya? Ada rasa was-was yang terselip di hatinya.
"Silakan mulai pelaporan! Saya harap pelaporannya jelas, benar dan akurat. Tidak ada unsur penipuan atau korupsi" Titahnya datar. Fix sama sekali berbeda karakter dengan ayahnya. Ayahnya yang baik, lembut dalam berbicara dengan Wafa membuat Wafa nyaman berada di dekat dokter Ibrahim, mungkin karena ia sudah ditinggalkan ayah kandungnya yang sudah pergi meninggalkan dunia ini. Dokter Ibrahim sudah menganggap Wafa sebagai anaknya begitupun Wafa sudah menganggap dokter Ibrahim sebagai ayahnya yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam menata hidup seorang diri tanpa orang tua di sampingnya. Ada kakek neneknya yang masih hidup pun jauh tempat tinggalnya sehingga Wafa benar-benar sering merindukan kasih sayang orang tua. Kalau sedang rindu dengan kakek dan neneknya, ia sempatkan untuk datang ke Bandung menjenguk mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Oalah Alhan anaknya dokter Ibrahim ini,, benar benar rumit ini
2025-02-21
0
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
ternyata alhan anak dokter ibrahim
2024-01-04
0
off
hah yang datang anaknya?
2023-11-02
1