CINCIN YANG TERTINGGAL
Alhanan Farabi mengamati beberapa koleksi cincin pertunangan yang bertengger di etalase toko emas yang berada di sebuah mall. Pria tampan rupawan yang berpostur tinggi 170cm itu memakai kaos berkerah berwarna biru tua, wajahnya berseri ketika matanya tertuju pada sebuah cincin permata biru.
Jarinya mengetuk kaca etalase manakala seorang karyawan menanyakan cincin yang akan dibeli.
"Yang itu mbak!" katanya mantap.
" Emmmh sebentar mbak...." Lanjutnya, matanya mencari seseorang yang bisa dijadikan model. Ya saat itu Alhan hanya sendiri tanpa ditemani oleh kekasihnya. Alhan hanya ingin memberi surprise untuk wanita pujaan hatinya. Di usianya yang 28 tahun dirasa cukup untuk menikah. Alhan ingin mengakhiri masa lajangnya dengan melamar dan menikahi Nurmala Dewi, seorang guru SMA.
"Permisi mbak, bisa minta tolong?" Tanyanya sopan pada seorang wanita yang sedang menenteng barang belanjaan. Wanita cantik berhijab navy itu terlihat sangat anggun dengan paduan pakaian yang ia kenakan. Tubuhnya langsing dengan tinggi badan 165cm.
"Sebentar saja. Saya mohon mau ya!" Desaknya dengan penuh harapan.
"Minta tolong apa ya mas? Tapi saya ga bisa lama karena masih ada urusan " Jelas wanita yang bernama Wafa Zahira dengan ramah.
"Mau pinjam Jari manis mbak untuk mencoba cincin tunangan" Ujar Alhan to the poin sambil tersenyum.
Wafa bergeming heran bisa-bisanya mau tunangan calon istri tidak diajak untuk memilih cincin tunangan, malah meminta orang lain yang tidak dikenal untuk mencobanya. Kalau cincinnya dibawa kabur gimana? Wafa membatin.
"Mari Mbak, ini tolong masukan cincin ini ke jari Mbak ya!"
"Cincinnya bagus, Mas. Semoga calon istri Mas suka. Tapi ngomong-ngomong kenapa calon istri Mas ga dibawa?" Wafa sedikit penasaran sambil terus menatap cincin yang melingkar di jari manisnya.
" Saya mau bikin surprise Mbak. Sebentar ya, jangan dulu dilepas! Saya mau foto cincinnya dulu mumpung masih melingkar di jari manis Mbak" Ujar Alhan dengan wajah berbinar.
Ckrek
Ckrek
Tanpa sepengetahuan Wafa, Alhan mengambil gambarnya yang sedang tersenyum manis sambil menunjukan cincin permata biru yang terselip indah di jari manis sebelah kiri.
Namun tiba-tiba deringan ponsel Wafa berhasil mencuri atensi keduanya.
"Maaf saya tinggal dulu mau terima telepon" Tanpa menunggu jawaban dari Alhan, Wafa menjauh dari keramaian toko itu. Tanpa curiga sedikitpun Alhan membiarkan Wafa menerima teleponnya.
Sambil melihat-lihat model lainnya salah satu karyawan yang bernama Weni menegur Alhan,
" Mas cincin yang tadi mana ya? Mas belum mengembalikannya!"
"Sebentar ya Mbak. Yang nyobain cincin tadi sedang nerima telepon" Alhan sesekali melihat arloji di pergelangan tangan kirinya. Gerak-gerik Alhan tidak luput dari pantauan Weni yang menaruh curiga pada pria itu. Sudah sekitar 30 menit Wafa tidak kembali di toko itu. Alhan mulai resah. Mukanya berubah menjadi tegang. Pikirannya kalut.
"Mas wanita tadi belum kembali?" Tanya Weni
karena menurutnya uji coba cincin hanya berlaku paling lama 5 menit, lah ini sudah 40 menit cincinnya belum kembali.
"Sebentar ya Mbak. Mungkin nelepon nya belum beres" Kata Alhan dengan tenang padahal hatinya sudah ketar-ketir.
"Mas telepon saja ke hapenya!" Solusi Weni. Alhan bingung. Kalau tau nomor hape wanita itu sejak tadi ia sudah menghubunginya.
Namun pertemuan singkat tadi membuat Alhan lupa berkenalan, ironis.
"Aku ngga punya Mbak....." Katanya polos.
"Apa! Mas gimana sih nomor hape pacar aja ga tau. Heran deh sudah mau tunangan juga!" Weni tersulut emosi, ngomel sambil geleng-geleng kepala.
"Maaf Mbak tapi masalahnya yang tadi itu bukan pacar. Dia itu orang yang tidak saya kenal, yang dimintai tolong untuk mencoba cincin itu" Alhan mencoba menjelaskan dengan raut muka yang kusut. Pasalnya cincin yang akan dibelinya masih melingkar di jari wanita itu. Hadeuh😔
"Aih kok bisa? Mas....Mas ... gampang banget percaya ke orang lain, ga dikenal lagi. Kalau dia penipu gimana? Walaupun penampilan syar'i tapi zaman sekarang ga jamin, Mas!" Suara Weni agak meninggi untungnya suasananya mulai sepi. Beberapa orang banyak yang kepo dengan keributan yang ada.
"Makanya Mas kalo mau beli cincin tuh pacarnya dibawa jadi ga nyamber orang asing, jadi kena tipu kan? Pokoknya aku ga mau tau cincin itu harus dibayar sekarang juga kalau ga, Mas aku laporkan ke bagian keamanan!" Gertak Weni penuh emosi.
" Loh Mbak cincin itu kan ga ada di tangan saya!" Bisa-bisanya Alhan protes yang membuat Weni naik pitam.
"Oooh jadi Mas ga mau bayar, sekuri...!"
Alhan membungkam mulut Weni, namun Weni menepisnya dengan kasar.
Seorang satpam menghampiri mereka, mencoba untuk menengahi kisruh yang terjadi pada mereka.
"Ada apa ini?"
"Bawa orang ini ke posko keamanan! Dia sindikat pencurian emas yang kami jual pak! Cincin yang tadi dicoba dibawa kabur sama pacarnya pak"
"Mbak saya sudah katakan tadi, dia itu bukan pacar saya. Pak saya mohon bantu saya untuk mengejar wanita itu, dia pergi sambil menelpon!" Alhan memohon bantuan satpam untuk mengejar wanita yang sudah membawa cincin pilihannya.
"Sebaiknya Anda jelaskan di posko saja, ayo!" Mereka bertiga berjalan menuju posko keamanan yang tidak jauh dari tempat itu.
Sesampainya di posko ia menceritakan kajadian naas tadi.
"Anda tahu ciri-ciri wanita itu atau barangkali fotonya?"
"Dia berhijab navy. Tapi wajahnya saya lupa karena pertemuan tadi sangatlah singkat" Alhan mengusap wajahnya kasar. Padahal tadi Alhan sempat mengambil gambar wajah wanita itu. Saat situasi seperti itu Alhan sama sekali tidak mengingatnya.
"Hadeuh Mas, Gimana saya mau nangkap wanita itu? "
"Eh Mas saya ga mau tahu ya, cincin itu harus segera dibayar!"
" Loh mbak cincin itukan tidak ada pada saya, gimana saya bisa bayar? Mbak ini ada-ada saja"
"Saya ga mau tahu ya. kalau tidak mau bayar maka saya bawa kejadian ini ke kantor polisi "
" Iya-iya aku bayar, berapa?" Alhan tidak ingin memperpanjang masalah. Bisa runyam urusannya. Semua gara-gara wanita itu. Huh!!
"Lima puluh juta" Ujarnya ketus.
"What! Mahal amat? Sepuluh juta saja ya?"
"Hey Mas jangan main-main ya! Kalau Mas ga sanggup beli ga usah sok-sokan memilih barang mewah"
"Iya....iya saya sanggup bayar kok, ini!" Alhan memberikan kartu kredit. Wanita itu menerimanya dengan antusias. Ia berpamitan pada satpam yang ada di pos itu, dia anggap peristiwa tersebut sudah selesai di atasi.
Selanjutnya karyawan tersebut mengurus pencatatan transaksi jual beli perhiasan.
"Gitu dong, ini namanya bertanggung jawab. Semoga rizki Mas lancar terimakasih sudah membeli di toko ini" Ujarnya ramah. Sambil meyerahkan kartu kredit dan nota pembayaran dan tidak lupa sebuah kotak perhiasan berwarna merah berbentuk love.
"Hemmm. Saya nitip ini. Berikan pada wanita tadi. Mudah-mudahan wanita itu balik lagi ke sini" Alhan menitipkan kartu namanya.
Dengan langkah gontai Alhan menuju parkiran motor. Dia membuang nafasnya kasar. Dalam hatinya berharap semoga wanita itu memiliki itikad baik untuk mengembalikan cincin yang tertinggal di jari manisnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Essy Kehi🦋
hai kak teta semangat dalam berkarya ya kak
2024-05-02
0
Nona M 𝓐𝔂⃝❥
dah mampir ya...
2024-01-24
1
ƒℓу_кαтιє🔮ꇙ⃟ꂵ
kan ada pegawai toko kenapa mesti orang lewat yg di mintai tolong coba cincin
2024-01-07
3