"Alhanan Farabi. Ooooh dia seorang guru." Senyumnya mengembang ada harapan di sana untuk bisa bertemu dengan si pemilik cincin. Walau bagaimanapun cincin itu harus ia kembalikan secepatnya. walaupun jadwal Wafa padat merayap tapi harus menyempatkan diri untuk bertemu sang pemilik.
Sepulang dari puskesmas, Wafa bergegas menuju sekolah tempat Alhan mengajar. Hanya membutuhkan waktu 15 menit saja, Wafa bisa sampai di sekolah tersebut.
Suasana sekolah nampak sepi. Hanya terlihat beberapa orang berseragam dinas yang berada di luar hendak memasuki kelas mereka untuk mengajar. Sebenarnya Wafa sama sekali tidak mengingat rupa laki-laki itu, sehingga ia agak ragu untuk memasuki area sekolah tersebut. Wafa menghampiri seorang guru piket yang sedang menulis di atas meja yang menghadap lapangan basket terletak di samping lobi.
"Assalamualaikum....maaf ibu mengganggu!"
"Walaikumussalam ada yang bisa saya bantu, Bu?
"Emmmh saya mau bertemu dengan bapak Alhanan Farabi,apa beliau ada?"
Guru piket tersebut menelisik Wafa dari ujung hijab sampai kaki.
"Sempurna. Wajah yang cantik penampilannya sangat anggun, siapa wanita ini?" gumamnya dalam hati. Ada rasa yang tidak suka terbersit di wajah guru piket tersebut.
"Bu....Bu...." Sambil tersenyum mencoba mengulang nama orang yang ia cari. Guru piket itu terhenyak.
"Anda siapa, dari mana dan ada perlu apa mencari Pak Alhan?" Jiwa kekepoannya muncul sejak kedatangan wanita cantik ini. Tidak biasanya ada tamu mencari Alhanan, kekasihnya. Apalagi itu seorang wanita cantik yang berhijab. Sangat ideal di mata Nurmala. Sempurna. Ada rasa iri melihat Wafa yang begitu anggun dengan gamis yang ia kenakan, sesuai dengan jodoh impian Alhan. Sebenarnya Nurmala sendiri ingin mengikuti perintah Alhan untuk berhijab. Namun Nurmala belum siap untuk merubah penampilannya begitu pun hatinya. Karena perubahan tersebut harus lahir dari niat hati yang ikhlas dan tulus bukan karena paksaan dari siapapun.
'Oh ya...nama saya Wafa. Saya emmmh saya temannya Bapak Alhanan" Sempat bingung menjawabnya, karena sama sekali tidak mengenalnya hanya sekedar tahu saja tanpa ingat wajahnya.. Wafa tidak menjawab semua pertanyaan Nurmala karena menurutnya itu privacy dirinya. Nurmala pun mengerti sehingga ia tidak menanyakannya lagi
"Sebentar beliau masih ada kelas. Anda bisa tunggu di lobi."
"Baik terimakasih Bu...."
"Panggil saya Bu Nurmala" Nurmala tersenyum. Dia mencoba untuk berpikiran positif dengan tamu yang kini berada di hadapannya. Nurmala tidak bisa berlama-lama mengobrol dengan tamu Alhan karena pekerjaannya belum rampung sebelum bel pulang dibunyikan.
Wafa berusaha bersikap tenang, sambil memainkan ponselnya ia membaca beberapa pesan dari klinik. Dia bisa lega manakala tidak ada hal yang darurat sementara ini.
"Assalamualaikum.....Anda mencari saya?" Wafa mendongak ketika ada suara laki-laki yang menyapanya. Netranya menatap Alhan yang memiliki wajah yang sangat tampan dengan tubuh atletis, kemudian Wafa menangkupkan kedua tangannya sambil tersenyum dan menjawab salam. Alhan menatap Wafa cukup lama membuat Wafa kikuk. Alhan mencoba untuk mengingat wajah yang ada di hadapannya seperti familiar.
"Eeh maaf dengan Bapak Alhanan?"
"oh iya. Maaf silakan duduk. Dengan ibu...."
"Saya Wafa panggil Wafa saja ngga usah pake ibu" protes Wafa nyengir. Karena Wafa belum pantas dipanggil ibu apalagi statusnya masih single.
"Oh oke ...ada perlu apa ibu eh maaf Wafa bertemu dengan saya?" Tanya Alhanan namun ia langsung meraih ponselnya yang ada di saku bajunya begitu ia menyadari sesuatu. Ia melihat galeri dan foto yang ia cari berhasil ditemukan, matanya melihat bergantian antara hp dengan wajah cantik wanita itu.
"Tunggu....tunggu ini tidak salah lagi kita pernah bertemu seminggu yang lalu, bukan? Di mall tepatnya di toko emas, saat itu Anda yang membawa kabur cincin tunangan saya, sekarang mana cincin itu?" Berondong Alhan sedikit emosi dan kesal.
"iya bapak benar. Tapi saya bukan kabur pak saya saat itu ada panggilan darurat yang mengharuskan saya meninggalkan tempat itu saat itu juga. Saat itu saya benar -benar lupa kalau ternyata cincin itu masih ada di jari saya, jadi saya mohon maaf" Wafa menjelaskan dengan tenang.
"Ya sudah sekarang mana cincin itu" Alhan sudah tidak sabar untuk mendapatkan cincin itu kembali. Karena cincin tersebut merupakan barang berharga yang membutuhkan perjuangan saat akan membelinya.
"Sebentar Pak, saya sudah siapkan. Ada di dalam tas" Wafa merogoh isi tas tersebut, ia semalam yakin sudah menyimpannya di dalam dompet yang biasa ia bawa. Senyumnya selalu mengembang namun seketika Wajah Wafa berubah jadi panik. dia mencoba untuk mencari dompet tersebut ternyata tidak ada di dalam tas, Sampai mengeluarkan isi tas di hadapan Alhan. Mata Alhan menyipit menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
"Gimana, ada cincinnya?" Alhan menyilang kan kedua tangannya. Wafa menggeleng lesu
"Jadi apa maksud Anda datang ke sini? Anda tahu berapa harga cincin itu? kalau sampai hilang saya ga mau tau, Anda harus menggantinya" Alhan penuh penekanan. "Justru karena saya tahu cincin itu sangat berharga dan pasti harganya sangat mahal makanya saya datang kemari, pak. Namun entah mengapa cincin itu hi - lang" ujar Wafa tertunduk lesu.
"Oooh jadi cincin itu hilang? Kalau Anda tahu itu barang berharga harusnya Anda jaga karena barang itu bukan punya Anda. Pokoknya saya ga mau tahu ya, Anda harus cari cincin itu sampai ketemu atau Anda harus menggantinya!" Volume suara Alhan terdengar rendah, ia khawatir pembicaraannya diketahui guru lain atau bahkan para murid yang sewaktu-waktu melintas melewati lobi tersebut. Apalagi kalau sampai Nurmala mendengar perdebatan mereka bisa - bisa terjadi perang dunia.
"Pak kenapa jadi ribet begini sih. Terus terang saya ga sengaja kejadiannya akan seperti ini. Semalam saya sudah siapkan cincin itu disimpan di dalam dompet biar aman dan saya masukan ke dalam tas, saya ga tau jika dompet itu ternyata ga ada di dalam tas. Dengar ya pak kedatangan saya ke sini punya niat baik ingin mengembalikan cincin itu karena saya merasa cincin tersebut bukan milik saya. Kalau saya tau bakal kejadian seperti ini dari awal saya menolak untuk membantu bapak. Bapak tenang saja saya tidak akan kabur. Saya akan bertanggung jawab walaupun hal ini sangat menggangu pekerjaan saya. Kalau waktu bisa diulang saat itu permohonan bapak saya tolak saja. Saya permisi, Assalamualaikum!" Wafa sedikit emosional. Dia beranjak pergi. Sementara Alhan termangu menatap kepergiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Waduh kok bisa hilang ini cincinnya apa Wafa lupa menaruhnya ini
2025-02-21
0
☆《𝕴𝖐𝖇𝖆𝖑》☆
lah malah emosi kedua2nya 😭😭😭😭pke acara ketinggalan barang lagi
2024-01-04
2
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
Wafa itu memang ceroboh meskipun dia bertanggung jawab tapi masih saja ceroboh
2024-01-04
1