Wafa membalikkan tubuhnya menarik nafas begitu dalam, ucapan Alhan yang pedas cukup membuatnya tersinggung. Wafa mendekat
"Bapak tidak usah khawatir saya akan bertanggung jawab jika cincin itu sampai hilang, kalo Bapak tidak percaya ini......" ia melepaskan cincin miliknya kemudian meraih tangan Alhan dan meletakkan cincin tersebut di telapak tangannya. Alhan cukup kaget.
"Ini cincin peninggalan ibuku. Ini sangat berharga bagiku. Saya rasa cukup dijadikan sebagai jaminan" Bibirnya cukup bergetar. Ia pergi hendak meraih handle pintu namun sebelum membuka pintu itu Wafa berkata,
"Maaf saya belum bisa menyelesaikannya sekarang. Saya masih sibuk, kerjaan saya belum selesai. Saya harap bapak lebih bersabar lagi. Oiya anak itu bisa ditinggal khawatir kelamaan nunggu. Dia akan terbangun dengan sendirinya " tanpa menoleh ia langsung membuka pintu meninggalkan Alhan yang masih bergeming.
Alhan membuka telapak tangannya, menatap cincin itu dengan nanar. Tega sekali ia menuduh wanita itu bakal kabur lagi. Padahal tindakan wanita itu cukup membuatnya terkesiap lantaran tidak terlintas sedikit pun, ia mau mengorbankan cincin peninggalan ibunya yang sangat berharga. Tunggu dulu.... peninggalan? berarti bidan Wafa seorang piatu. Masya Allah. Mengapa Alhan begitu tega menuduhnya tadi. Kalau bukan kesalahan Alhan saat itu tentu dia tidak akan terjebak oleh skenario yang diciptakannya sendiri.
Wafa kembali mengambil alih pekerjaan yang sempat tertunda. Walaupun pikirannya bercabang, dia mencoba menenangkan hati dengan meminum segelas air mineral.
Setelah selesai memberi vaksin terhadap anak-anak kini giliran para guru yang akan diberi vaksin. Dengan guyonan-guyonan yang cukup membuat mereka terhibur, pasalnya kepala sekolah sendiri takut dengan jarum suntik. yang membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal.
"Kalian mentertawakan saya? Bu Reni buatkan SP 1!" Kepala sekolah berlalu sambil meringis setelah menggertak para guru yang menertawakannya. Dan semua guru menjadi diam itu membuat Wafa tersenyum karena terhibur.
Sekolah cukup sepi setelah penyuntikan selesai dilakukan. Para petugas kesehatan pun akan segera pamit. Sepasang sorot mata yang tajam terus memperhatikan gerak-gerik Wafa. Cukup tenang. Seolah tidak terjadi apa-apa. Satu persatu guru menyalami tamu yang sudah memberikan warna hari ini.
Mereka pergi meninggalkan lokasi, menaiki mobil menuju puskemas.
Sepeninggal mereka, Alhan mematung di depan lobi. Matanya lurus ke depan. kedua tangannya masuk di kantong celananya. Nurmala menghampiri Alhan yang sejak tadi tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
"Pak Han. Masih di sini, lihat apa sih?" netra Nurmala menyapu ke depan. Tampak hanya pedagang jalanan yang masih mangkal di depan gerbang sekolah. Alhan bergeming masih di tempat semula. Nurmala menggoyangkan bahunya sontak Alhan terhenyak dari lamunannya. Terlihat seorang wanita cantik yang anggun berada di sampingnya tengah tersenyum.
"Melamun, pak?" Mereka sudah biasa memanggil secara formal karena di sekolah. Kalau di luar tentu panggilannya berbeda.
"Ah...enggak kok. saya tadi hanya kepikiran Dewi yang kita pikir pingsan ga taunya tidur" Alhan berlalu sambil geleng-geleng kepala. Nurmala hanya tersenyum mengingat kejadian tadi yang cukup membuat nya panik juga. Tapi ngomong-ngomong Dewi sudah bangun belum ya? Nurmala segera menuju ruang UKS untuk memastikan keadaan Dewi saat ini
"Dewi sudah bangun?"
"Eh ibu....iya Bu. Maafin Dewi ya Bu tadi Dewi ngantuk banget. Tapi tadi Dewi mimpi Bu. Dewi mimpi tadi tidur didampingi Pak Alhan. Duuuh senengnya Bu, ternyata pak Alhan perhatian sama Dewi tapi....." Dewi menjeda kalimatnya.
"Tapi apa, Wi?" Nurmala agak penasaran dengan cerita Dewi yang sedang dilanda masa puber itu. Nurmala tahu Alhan banyak sekali penggemar di sekolah ini.
"Tadi mimpi itu seolah nyata bu. Tadi ada seorang perempuan yang cantik banget dia memeriksa kondisi Dewi. Terus mereka sempat berdebat dan perempuan tadi memberikan cincin. Ya cincin pada pak Alhan duuuh so sweet deh sekarang bisa ya, perempuan duluan yang kasih cincin sama lelaki....." Nurmala langsung meninggalkan Dewi setelah menitipkan pesan untuknya
"Wi jangan lupa tutup lagi pintunya!"
"iiih Bu Nur orang lagi cerita juga...." Dewi menghentakkan kakinya sebal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Alhan ini terlalu ngeseeeeliiiin,,
2025-02-21
0
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
asa rasa menyesal di hati alhand melihat ketulusan Wafa ketika memberikan cincin mendiang ibunya
2024-01-04
1
emng klo pingsan tuh bisa denger ... kyak contoh orang koma, bisa denger kan.. tpi Kya y/Facepalm/
2023-12-23
1