Setelah menerima telepon dari seorang suster, Wafa terburu-buru meninggalkan mall tempatnya berbelanja. Ada pasien yang butuh penanganan secepatnya. Dengan langkah cepat ia menuju basement, tempat mobilnya diparkir.
Bidan Wafa begitulah ia dipanggil. Nama lengkapnya Wafa Zahira bekerja di sebuah Klinik Sehat Medika selain itu, ia pun bertugas di puskesmas yang terletak sekitar 2 km dari klinik tersebut. Sejak kedua orang tuanya meninggal ia tinggal bersama kakek Malik dan nenek Maryam, karena rumah kakek lumayan jauh dari tempatnya bertugas ia mengambil kontrakan yang terdekat dengan tempatnya bekerja, tepatnya di belakang klinik tersebut.
Wafa memarkirkan mobilnya tepat di area parkir Klinik Sehat Medika. Langkahnya tergesa memasuki ruang bersalin. Sebelum menangani pasien yang akan melahirkan, ia mencuci tangannya di wastafel ruangan tersebut.
" Bagaimana Suster, pasien sudah pembukaan berapa?" Netranya tertuju pada seorang ibu yang sedang meringis menahan nyeri pada perutnya. Dia sudah mengalami kontraksi secara intensif. Tangannya dilap menggunakan lap yang digantung.
" Tadi pembukaan 8 Bu." Wafa langsung mengenakan sarung tangannya dan menghampiri pasien tersebut.
"Terlentang ya Bu, kedua kaki ditekuk!" Titahnya. Wafa memasukan tangannya ke area sensitif pasien untuk mengetahui jumlah pembukaan yang akan menentukan proses kelahiran sang bayi.
"Baik. Ini sudah pembukaan 9 tidak lama lagi Dede bayi akan lahir. Berbaring lagi Bu, jika kontraksi tarik nafas kemudian buang perlahan, namun jika ada dorongan dari dalam perut bisa mengejan sesuai intruksi dari saya. Posisi terlentang lagi kemudian kaki ditekuk.Ingat jangan mengangkat panggul saat mengejan." Intruksi Wafa.
Terlihat suster mempersiapkan perlengkapan persalinan. Wafa melepaskan sarung tangannya. Ternyata pasien tadi memperhatikan gerak-gerik Wafa, pasien yang tadinya meringis karena sakit jadi tertawa melihat jari tangan Wafa. Suara tawanya membuat Wafa heran. Namun selang beberapa menit pasien itu teriak. Spontan Wafa bergerak cepat mengambil tindakan membimbing pasiennya mengejan. Ini sudah pembukaan 10. Berarti bayi sudah siap untuk dilahirkan.
Wafa mengintruksikan pasien untuk terlentang dan kakinya ditekuk untuk memudahkan proses kelahiran. Dan mengingatkan padanya agar tidak mengangkat panggul saat mengejan.
" Terus Bu....tuh sudah terlihat kepalanya. Ayo pinter! Iya lanjut.....terus....nambah lagi ayo pinter terus lanjut...." Wafa terus memberi semangat pasiennya walaupun pasien itu kadang-kadang tertawa kemudian teriak yang membuat Wafa keheranan.
"Arggghh.....huhhuh...emmmh.....huhuhuuuuh aaaaarghhhhhh." Usaha pasien itu luar biasa
dan,
"Ooooek....oooek....ooekkk" Tangisan bayi itu pecah. Wafa segera menyerahkan bayi tersebut pada suster Mila untuk dibersihkan. Wafa mengeluarkan darah yang belum keluar. Kemudian ari-arinya sudah dipisahkan.
Suster menyerahkan bayi tersebut pada pasien yang bernama Laila untuk diberi asi dengan cara merayap di atas dada sang ibu.
"Selamat ya Bu, anak ibu laki-laki. Suster panggil ayah bayi ini agar diazani!" Suster Mila menuju pintu keluar.
"Terima kasih Bu bidan." Ujar Bu Laila menahan tawa.
"Kenapa sih, Bu Laila kenapa tertawa? Bahkan saat melahirkan pun ibu sempat-sempatnya tertawa, apa ada yang lucu" Tawa Bu Laila meledak.
"Maaf....maaf Bu bidan, bukan maksud saya mentertawakan Bu bidan. Tapi beneran Bu bidan membuat saya terhibur dan sakit saya sedikit berkurang" sambil tertawa lagi.
"Memang saya badut" Wafa sambil senyum.
Wafa geleng-geleng kepala, seraya keluar ruangan bersalin menuju ruangan khusus Bidan Wafa. Seraya menghampiri meja kerjanya untuk membuat laporan hasil persalinan hari ini.
Tok.....tok.....tok
pintu diketuk dan suster Mila masuk menyerahkan catatan kelahiran yang tadi sudah diisi.
"Mila duduk!"
" Iya Bu bidan ada apa?"
"Kamu tahu mengapa Bu Laila tadi menertawakan saya?"Mila hanya tersenyum
'Memang Bu Wafa ga sadar?"
"Maksudnya? sudah jangan bertele-tele, katakan kalau kamu tahu!" Tawa Suster Mila tambah kencang.
Suster Mila adalah sahabat Wafa saat dia melanjutkan sekolah di AKPER sedangkan Wafa melanjutkan di AKBID, kalau sedang berdua memang sering bercanda.
"Sampe sekarang belum nyadar juga?"
"Sadar....sadar emang saya koma.'
" Ya ampun Wafa....eh Bidan Wafa. Kamu lihat deh di jari manis kamu itu" Dagu Mila menunjuk jari tangan Wafa.
"Masya Allah Mil....inikan?"
"Cie...cie....yang abis tunangan sampe segelnya belum dibuang. Me-ma-lu-kan. ha...ha..ha ...!
"Milaaaaa. Gimana dong ini tuh tidak sesuai dengan yang ada di dalam pikiran kamu. Ini bukan cincin saya. Ini cincin orang lain."
"What?"
"Jadi saya tuh belanja ke mall terus bertemu dengan laki-laki yang meminta saya mencoba model cincin yang ia beli. Ini tuh cincin untuk tunangannya. Duh gimana dong Mil? Saya ga tahu laki-laki itu."
"What? Jadi kalian belum saling kenal?"
"Ya belum sempat kenalan, kamu nelpon jadi saya tuh terburu-buru langsung meninggalkan lokasi. Saya lupa kalo cincin ini masih ada di jari saya. Aduh terus gimana dong?"
" Ya gimana ya? Tahu ah, saya mau mandiin bayi dulu. Eeemmh kayaknya laki-laki itu jodoh kamu deh Fa."
"Milaaaa!!"
-
-
Dr. Rasya menghentikan mobilnya tepat di depan Klinik Sehat Medika. Ia ingin menemui seseorang yang sudah mengusik hatinya sejak lama namun keinginannya selalu ditolak secara halus oleh gadis tersebut. Hari ini berharap cintanya berbalas dan rencananya langsung mengajaknya menikah saja. Rasya siap menikah dengan gadis yang namanya sudah terukir indah di hatinya.
Ia berjalan menghampiri resepsionis
"Ada yang bisa saya bantu, pak?" Tanya Resepsionis ramah.
"Saya mau bertemu dengan bidan Zahira"
"Bidan Zahira?" Kedua resepsionis saling pandang ia tidak mengenal bidan yang bernama Zahira.
"Emmmh maksud saya Wafa Zahira. Ia bidan di klinik ini bukan?" Seakan Rasya tahu kebingungan mereka.
"Ia benar.Maaf dengan bapak siapa?"
"Katakan saya dr. Rasya dari Bandung" Resepsionis tersebut mencoba menghubungi Wafa melalui telepon, beberapa menit kemudian meminta Rasya untuk menemui Wafa di ruangannya di lantai 2.
Dengan wajah berseri ia menuju lantai 2. Suasana di klinik tersebut cukup ramai pengunjung, ia menjadi pusat perhatian banyak orang. Wajahnya yang tampan selalu menampilkan keceriaan. Ia mengetuk pintu yang bertuliskan "BIDAN WAFA ZAHIRA"
Ia disambut baik oleh Wafa.
Wafa memicingkan matanya. Mengingat sesuatu laki-laki yang yang ada di depannya.
Laki-laki yang dulu sering mengejarnya. Laki-laki yang selalu berjuang untuk mendapatkan cintanya walaupun sebenarnya banyak wanita yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian seorang Rasya namun hatinya hanya terpaut pada sebuah nama Wafa Zahira . Wafa tersenyum. Ia berusaha menampilkan keceriaan di wajahnya.
"Dr. Rasya? Mimpi apa aku semalam sampai kedatangan dr muda berbakat seperti dirimu?" Ia menangkupkan kedua tangannya untuk menyalami laki-laki tampan itu. Rasya tersenyum ada rasa adem ketika seseorang yang sangat dicintainya berbicara seperti itu.
"Kamu bisa saja Fa. Entah kenapa aku sampe teringat sosok yang selalu menggangguku setiap waktu dan di sinilah aku berdiri di depan seorang bidan muda berbakat sepertimu yang menjadi inspirator bagi bidan lainnya. Ceritanya sampai ke Bandung kalau di sini ada seorang bidan yang mempermudah akses pengobatan gratis di hari Jumat khusus kaum dhuafa dan yatim piatu, sungguh menginspirasi. Aku makin bangga denganmu" Wafa mencibir.
"Ga usah memuji Dok, bisa terbang nanti. Oiya silakan duduk sampai lupa ih. Mau minum apa? Tapi maaf kalau di sini hanya ada air zamzam dari galon he....he...tapi kalau mau yang lain nanti tinggal pesan"
"Ga usah lebih baik air zamzam saja lebih menyehatkan badan"
"Kamu tuh masih saja seperti yang dulu selalu periang, membuat adem orang dan membuat orang betah ngobrol berlama-lama."
"Jangan muji terus dok. Oh ya sore begini dokter sudah makan?" Wafa menuang air ke dalam gelas lalu menyimpannya di atas nampan.
"Sudah" jawab Rasya singkat. Ia mengamati cincin yang dipakai Wafa saat meletakkan gelas tersebut di atas meja tepat di hadapan Rasya.
"Fa baru beli cincin ya? Segelnya kok ga dilepas, biar ketahuan ya, kalau habis beli cincin ha...ha ..." Rasya meledek sedangkan Wafa terhenyak wajahnya merona malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Benar benar dunia sempit ini
2025-02-20
0
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sumpah jadi keinget di colok2 bidan magang, udah masang infus nggak bisa, nyolok sakit, beda tangan beda rasa
2024-03-22
5
Supriatin Supriatin
jodoh gak yaa...
2024-01-20
2