Bab 3. Jadi Malu

Setelah menerima telepon dari seorang suster, Wafa terburu-buru meninggalkan mall tempatnya berbelanja. Ada pasien yang butuh penanganan secepatnya. Dengan langkah cepat ia menuju basement, tempat mobilnya diparkir.

Bidan Wafa begitulah ia dipanggil. Nama lengkapnya Wafa Zahira bekerja di sebuah Klinik Sehat Medika selain itu, ia pun bertugas di puskesmas yang terletak sekitar 2 km dari klinik tersebut. Sejak kedua orang tuanya meninggal ia tinggal bersama kakek Malik dan nenek Maryam, karena rumah kakek lumayan jauh dari tempatnya bertugas ia mengambil kontrakan yang terdekat dengan tempatnya bekerja, tepatnya di belakang klinik tersebut.

Wafa memarkirkan mobilnya tepat di area parkir Klinik Sehat Medika. Langkahnya tergesa memasuki ruang bersalin. Sebelum menangani pasien yang akan melahirkan, ia mencuci tangannya di wastafel ruangan tersebut.

" Bagaimana Suster, pasien sudah pembukaan berapa?" Netranya tertuju pada seorang ibu yang sedang meringis menahan nyeri pada perutnya. Dia sudah mengalami kontraksi secara intensif. Tangannya dilap menggunakan lap yang digantung.

" Tadi pembukaan 8 Bu." Wafa langsung mengenakan sarung tangannya dan menghampiri pasien tersebut.

"Terlentang ya Bu, kedua kaki ditekuk!" Titahnya. Wafa memasukan tangannya ke area sensitif pasien untuk mengetahui jumlah pembukaan yang akan menentukan proses kelahiran sang bayi.

"Baik. Ini sudah pembukaan 9 tidak lama lagi Dede bayi akan lahir. Berbaring lagi Bu, jika kontraksi tarik nafas kemudian buang perlahan, namun jika ada dorongan dari dalam perut bisa mengejan sesuai intruksi dari saya. Posisi terlentang lagi kemudian kaki ditekuk.Ingat jangan mengangkat panggul saat mengejan." Intruksi Wafa.

Terlihat suster mempersiapkan perlengkapan persalinan. Wafa melepaskan sarung tangannya. Ternyata pasien tadi memperhatikan gerak-gerik Wafa, pasien yang tadinya meringis karena sakit jadi tertawa melihat jari tangan Wafa. Suara tawanya membuat Wafa heran. Namun selang beberapa menit pasien itu teriak. Spontan Wafa bergerak cepat mengambil tindakan membimbing pasiennya mengejan. Ini sudah pembukaan 10. Berarti bayi sudah siap untuk dilahirkan.

Wafa mengintruksikan pasien untuk terlentang dan kakinya ditekuk untuk memudahkan proses kelahiran. Dan mengingatkan padanya agar tidak mengangkat panggul saat mengejan.

" Terus Bu....tuh sudah terlihat kepalanya. Ayo pinter! Iya lanjut.....terus....nambah lagi ayo pinter terus lanjut...." Wafa terus memberi semangat pasiennya walaupun pasien itu kadang-kadang tertawa kemudian teriak yang membuat Wafa keheranan.

"Arggghh.....huhhuh...emmmh.....huhuhuuuuh aaaaarghhhhhh." Usaha pasien itu luar biasa

dan,

"Ooooek....oooek....ooekkk" Tangisan bayi itu pecah. Wafa segera menyerahkan bayi tersebut pada suster Mila untuk dibersihkan. Wafa mengeluarkan darah yang belum keluar. Kemudian ari-arinya sudah dipisahkan.

Suster menyerahkan bayi tersebut pada pasien yang bernama Laila untuk diberi asi dengan cara merayap di atas dada sang ibu.

"Selamat ya Bu, anak ibu laki-laki. Suster panggil ayah bayi ini agar diazani!" Suster Mila menuju pintu keluar.

"Terima kasih Bu bidan." Ujar Bu Laila menahan tawa.

"Kenapa sih, Bu Laila kenapa tertawa? Bahkan saat melahirkan pun ibu sempat-sempatnya tertawa, apa ada yang lucu" Tawa Bu Laila meledak.

"Maaf....maaf Bu bidan, bukan maksud saya mentertawakan Bu bidan. Tapi beneran Bu bidan membuat saya terhibur dan sakit saya sedikit berkurang" sambil tertawa lagi.

"Memang saya badut" Wafa sambil senyum.

Wafa geleng-geleng kepala, seraya keluar ruangan bersalin menuju ruangan khusus Bidan Wafa. Seraya menghampiri meja kerjanya untuk membuat laporan hasil persalinan hari ini.

Tok.....tok.....tok

pintu diketuk dan suster Mila masuk menyerahkan catatan kelahiran yang tadi sudah diisi.

"Mila duduk!"

" Iya Bu bidan ada apa?"

"Kamu tahu mengapa Bu Laila tadi menertawakan saya?"Mila hanya tersenyum

'Memang Bu Wafa ga sadar?"

"Maksudnya? sudah jangan bertele-tele, katakan kalau kamu tahu!" Tawa Suster Mila tambah kencang.

Suster Mila adalah sahabat Wafa saat dia melanjutkan sekolah di AKPER sedangkan Wafa melanjutkan di AKBID, kalau sedang berdua memang sering bercanda.

"Sampe sekarang belum nyadar juga?"

"Sadar....sadar emang saya koma.'

" Ya ampun Wafa....eh Bidan Wafa. Kamu lihat deh di jari manis kamu itu" Dagu Mila menunjuk jari tangan Wafa.

"Masya Allah Mil....inikan?"

"Cie...cie....yang abis tunangan sampe segelnya belum dibuang. Me-ma-lu-kan. ha...ha..ha ...!

"Milaaaaa. Gimana dong ini tuh tidak sesuai dengan yang ada di dalam pikiran kamu. Ini bukan cincin saya. Ini cincin orang lain."

"What?"

"Jadi saya tuh belanja ke mall terus bertemu dengan laki-laki yang meminta saya mencoba model cincin yang ia beli. Ini tuh cincin untuk tunangannya. Duh gimana dong Mil? Saya ga tahu laki-laki itu."

"What? Jadi kalian belum saling kenal?"

"Ya belum sempat kenalan, kamu nelpon jadi saya tuh terburu-buru langsung meninggalkan lokasi. Saya lupa kalo cincin ini masih ada di jari saya. Aduh terus gimana dong?"

" Ya gimana ya? Tahu ah, saya mau mandiin bayi dulu. Eeemmh kayaknya laki-laki itu jodoh kamu deh Fa."

"Milaaaa!!"

-

-

Dr. Rasya menghentikan mobilnya tepat di depan Klinik Sehat Medika. Ia ingin menemui seseorang yang sudah mengusik hatinya sejak lama namun keinginannya selalu ditolak secara halus oleh gadis tersebut. Hari ini berharap cintanya berbalas dan rencananya langsung mengajaknya menikah saja. Rasya siap menikah dengan gadis yang namanya sudah terukir indah di hatinya.

Ia berjalan menghampiri resepsionis

"Ada yang bisa saya bantu, pak?" Tanya Resepsionis ramah.

"Saya mau bertemu dengan bidan Zahira"

"Bidan Zahira?" Kedua resepsionis saling pandang ia tidak mengenal bidan yang bernama Zahira.

"Emmmh maksud saya Wafa Zahira. Ia bidan di klinik ini bukan?" Seakan Rasya tahu kebingungan mereka.

"Ia benar.Maaf dengan bapak siapa?"

"Katakan saya dr. Rasya dari Bandung" Resepsionis tersebut mencoba menghubungi Wafa melalui telepon, beberapa menit kemudian meminta Rasya untuk menemui Wafa di ruangannya di lantai 2.

Dengan wajah berseri ia menuju lantai 2. Suasana di klinik tersebut cukup ramai pengunjung, ia menjadi pusat perhatian banyak orang. Wajahnya yang tampan selalu menampilkan keceriaan. Ia mengetuk pintu yang bertuliskan "BIDAN WAFA ZAHIRA"

Ia disambut baik oleh Wafa.

Wafa memicingkan matanya. Mengingat sesuatu laki-laki yang yang ada di depannya.

Laki-laki yang dulu sering mengejarnya. Laki-laki yang selalu berjuang untuk mendapatkan cintanya walaupun sebenarnya banyak wanita yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian seorang Rasya namun hatinya hanya terpaut pada sebuah nama Wafa Zahira . Wafa tersenyum. Ia berusaha menampilkan keceriaan di wajahnya.

"Dr. Rasya? Mimpi apa aku semalam sampai kedatangan dr muda berbakat seperti dirimu?" Ia menangkupkan kedua tangannya untuk menyalami laki-laki tampan itu. Rasya tersenyum ada rasa adem ketika seseorang yang sangat dicintainya berbicara seperti itu.

"Kamu bisa saja Fa. Entah kenapa aku sampe teringat sosok yang selalu menggangguku setiap waktu dan di sinilah aku berdiri di depan seorang bidan muda berbakat sepertimu yang menjadi inspirator bagi bidan lainnya. Ceritanya sampai ke Bandung kalau di sini ada seorang bidan yang mempermudah akses pengobatan gratis di hari Jumat khusus kaum dhuafa dan yatim piatu, sungguh menginspirasi. Aku makin bangga denganmu" Wafa mencibir.

"Ga usah memuji Dok, bisa terbang nanti. Oiya silakan duduk sampai lupa ih. Mau minum apa? Tapi maaf kalau di sini hanya ada air zamzam dari galon he....he...tapi kalau mau yang lain nanti tinggal pesan"

"Ga usah lebih baik air zamzam saja lebih menyehatkan badan"

"Kamu tuh masih saja seperti yang dulu selalu periang, membuat adem orang dan membuat orang betah ngobrol berlama-lama."

"Jangan muji terus dok. Oh ya sore begini dokter sudah makan?" Wafa menuang air ke dalam gelas lalu menyimpannya di atas nampan.

"Sudah" jawab Rasya singkat. Ia mengamati cincin yang dipakai Wafa saat meletakkan gelas tersebut di atas meja tepat di hadapan Rasya.

"Fa baru beli cincin ya? Segelnya kok ga dilepas, biar ketahuan ya, kalau habis beli cincin ha...ha ..." Rasya meledek sedangkan Wafa terhenyak wajahnya merona malu.

Terpopuler

Comments

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Benar benar dunia sempit ini

2025-02-20

0

⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ

⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ

sumpah jadi keinget di colok2 bidan magang, udah masang infus nggak bisa, nyolok sakit, beda tangan beda rasa

2024-03-22

5

Supriatin Supriatin

Supriatin Supriatin

jodoh gak yaa...

2024-01-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pinjam Jari Manismu
2 Bab 2. Kacau
3 Bab 3. Jadi Malu
4 Bab 4. Mencari Identitas Pemilik
5 BAB 5 Bertemu Nurmala
6 BAB 6. Cemburu
7 BAB 7 Suatu Kesalahan
8 Bab 8 Dilamar
9 BAB 9 Ternyata
10 BAB 10 Sebuah Jaminan
11 BAB 11 Kabar Burung
12 BAB 12 Pertemuan tak Terduga
13 BAB 13 Ternyata Alhan....
14 BAB 14 Terlanjur Sakit
15 BAB 15 Lampu Hijau
16 BAB 16 Memenuhi Undangan
17 BAB 17 Tamu Spesial
18 BAB 18 Calon Menantu Idaman
19 BAB 19 Pilihan Nurmala
20 BAB 20 Hanya Cadangan
21 BAB 21 Nasehat Wafa
22 BAB 22. Tamu Tidak Terduga
23 BAB 23 Resign
24 BAB 24 Sebuah Kejutan
25 BAB 25 Mengembalikan Cincin Jaminan
26 BAB 26 Pengakuan Wafa
27 BAB 27 Lamaran Alhanan
28 BAB 28 Insiden Baju yang Ditinggal
29 BAB 29 Promosi untuk Rasya
30 BAB 30 Kebahagiaan Herdi
31 BAB 31 Akhirnya tahu
32 BAB 32 Hukuman
33 BAB 33 Kedatangan Herdi
34 BAB 34 Menutupi Aib
35 BAB 35 Ikhlas
36 BAB 36 Pertemuan Tak Terduga
37 BAB 37 Pernikahan AW
38 BAB 38 Kesedihan Resa
39 BAB 39 Meninggalkan Malam Pertama
40 BAB 40 Pertemuan
41 BAB 41 Tragedi Anyer
42 BAB 42 Terbongkar Juga
43 BAB 43 Salah Paham
44 BAB 44 Kesedihan Wafa
45 BAB 45 Kecemburuan Wafa
46 BAB 46 Kejutan untuk Nurmala
47 BAB 47 Olah raga malam
48 BAB 48 Komitmen A.W
49 BAB 49 Terjebak dalam Lift
50 BAB 50 Tertangkap Basah
51 BAB 51 Akhirnya Saaaah
52 BAB 52 Mendadak Amnesia
53 BAB. 53 Drama pagi hari
54 BAB. 54 Kekhawatiran Wafa
55 BAB 55 Pertemuan dengan Mertua
56 BAB 56. Mohon Restu
57 BAB 57. Keikhlasan
58 BAB 58 Prasangka
59 BAB 59 Salah Paham
60 BAB 60 Kejutan
61 BAB 61 Sisi Lain Wafa
62 BAB 62 Sisi lain Wafa 2
63 BAB 63 Permohonan Maaf
64 BAB 64 Penawar Rindu
65 BAB 65 Kebohongan Herdi
66 BAB 66 Mulai Kontraksi
67 BAB 67 Penolong Nurmala
68 BAB 68 Keputusan yang Tepat
69 BAB 69 Akhirnya Selamat
70 BAB 70 Alhan menjenguk Nurmala
71 BAB 71 Salah Paham Lagi
72 BAB 72 Upaya Alhan
73 BAB 73 Bukalah Pintu Maafmu
74 BAB 74 Tinggal serumah
75 BAB 75 Nikah Dadakan
76 BAB 76 Laki-laki Misterius
77 BAB 77 Ternyata Dia.....
78 BAB 78 Kasdun vs Blu
79 BAB 79 Penolakan Tiara
80 BAB 80 Menerima Tawaran
81 BAB 81 Doa yang Terkabul
82 BAB 82 Serangan Neneng
83 BAB 83 Hubungan Neneng dan Blu
84 BAB 84 Surprise buat Herdi
85 BAB 85 Surprise buat Mama
86 BAB 86 Herdi Diusir
87 BAB 87 Dewa Penolong
88 BAB 88 Foto Bersama
89 BAB 89 Kepergian Wafa
90 BAB 90 Duka Wafa
91 BAB 91 Pekerjaan Baru Kasdun
92 BAB 92 Keira Patah Hati
93 BAB 93 Keira = Neneng
94 BAB 94 Bertemu Lisa
95 BAB 95 Perlawanan Kasdun
96 BAB 96 Tamu tak Diundang
97 BAB 97 Semangat Keira
98 BAB 98 Kasdun Patah Hati
99 BAB 99 Keira dan Tiara Bertemu
100 BAB 100 Salah paham
101 101 Terbongkar juga
102 102 Sang Pengganti
103 BAB 103 Awal Hidup Bersama
104 BAB 104 Kekhawatiran Kasdun
105 BAB 105 Bertemu Blu
106 BAB 106 Pengakuan Tiara
107 BAB 107 Akhirnya Pergi
108 BAB 108 Permintaan Papa Keira
109 BAB 109 Pertemuan dengan Pak Aiman
110 BAB 110 Amplop Pemberian Pak Aiman
111 BAB 111 Hampa
112 BAB 112 Ditolong Mertua
113 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Bab 1. Pinjam Jari Manismu
2
Bab 2. Kacau
3
Bab 3. Jadi Malu
4
Bab 4. Mencari Identitas Pemilik
5
BAB 5 Bertemu Nurmala
6
BAB 6. Cemburu
7
BAB 7 Suatu Kesalahan
8
Bab 8 Dilamar
9
BAB 9 Ternyata
10
BAB 10 Sebuah Jaminan
11
BAB 11 Kabar Burung
12
BAB 12 Pertemuan tak Terduga
13
BAB 13 Ternyata Alhan....
14
BAB 14 Terlanjur Sakit
15
BAB 15 Lampu Hijau
16
BAB 16 Memenuhi Undangan
17
BAB 17 Tamu Spesial
18
BAB 18 Calon Menantu Idaman
19
BAB 19 Pilihan Nurmala
20
BAB 20 Hanya Cadangan
21
BAB 21 Nasehat Wafa
22
BAB 22. Tamu Tidak Terduga
23
BAB 23 Resign
24
BAB 24 Sebuah Kejutan
25
BAB 25 Mengembalikan Cincin Jaminan
26
BAB 26 Pengakuan Wafa
27
BAB 27 Lamaran Alhanan
28
BAB 28 Insiden Baju yang Ditinggal
29
BAB 29 Promosi untuk Rasya
30
BAB 30 Kebahagiaan Herdi
31
BAB 31 Akhirnya tahu
32
BAB 32 Hukuman
33
BAB 33 Kedatangan Herdi
34
BAB 34 Menutupi Aib
35
BAB 35 Ikhlas
36
BAB 36 Pertemuan Tak Terduga
37
BAB 37 Pernikahan AW
38
BAB 38 Kesedihan Resa
39
BAB 39 Meninggalkan Malam Pertama
40
BAB 40 Pertemuan
41
BAB 41 Tragedi Anyer
42
BAB 42 Terbongkar Juga
43
BAB 43 Salah Paham
44
BAB 44 Kesedihan Wafa
45
BAB 45 Kecemburuan Wafa
46
BAB 46 Kejutan untuk Nurmala
47
BAB 47 Olah raga malam
48
BAB 48 Komitmen A.W
49
BAB 49 Terjebak dalam Lift
50
BAB 50 Tertangkap Basah
51
BAB 51 Akhirnya Saaaah
52
BAB 52 Mendadak Amnesia
53
BAB. 53 Drama pagi hari
54
BAB. 54 Kekhawatiran Wafa
55
BAB 55 Pertemuan dengan Mertua
56
BAB 56. Mohon Restu
57
BAB 57. Keikhlasan
58
BAB 58 Prasangka
59
BAB 59 Salah Paham
60
BAB 60 Kejutan
61
BAB 61 Sisi Lain Wafa
62
BAB 62 Sisi lain Wafa 2
63
BAB 63 Permohonan Maaf
64
BAB 64 Penawar Rindu
65
BAB 65 Kebohongan Herdi
66
BAB 66 Mulai Kontraksi
67
BAB 67 Penolong Nurmala
68
BAB 68 Keputusan yang Tepat
69
BAB 69 Akhirnya Selamat
70
BAB 70 Alhan menjenguk Nurmala
71
BAB 71 Salah Paham Lagi
72
BAB 72 Upaya Alhan
73
BAB 73 Bukalah Pintu Maafmu
74
BAB 74 Tinggal serumah
75
BAB 75 Nikah Dadakan
76
BAB 76 Laki-laki Misterius
77
BAB 77 Ternyata Dia.....
78
BAB 78 Kasdun vs Blu
79
BAB 79 Penolakan Tiara
80
BAB 80 Menerima Tawaran
81
BAB 81 Doa yang Terkabul
82
BAB 82 Serangan Neneng
83
BAB 83 Hubungan Neneng dan Blu
84
BAB 84 Surprise buat Herdi
85
BAB 85 Surprise buat Mama
86
BAB 86 Herdi Diusir
87
BAB 87 Dewa Penolong
88
BAB 88 Foto Bersama
89
BAB 89 Kepergian Wafa
90
BAB 90 Duka Wafa
91
BAB 91 Pekerjaan Baru Kasdun
92
BAB 92 Keira Patah Hati
93
BAB 93 Keira = Neneng
94
BAB 94 Bertemu Lisa
95
BAB 95 Perlawanan Kasdun
96
BAB 96 Tamu tak Diundang
97
BAB 97 Semangat Keira
98
BAB 98 Kasdun Patah Hati
99
BAB 99 Keira dan Tiara Bertemu
100
BAB 100 Salah paham
101
101 Terbongkar juga
102
102 Sang Pengganti
103
BAB 103 Awal Hidup Bersama
104
BAB 104 Kekhawatiran Kasdun
105
BAB 105 Bertemu Blu
106
BAB 106 Pengakuan Tiara
107
BAB 107 Akhirnya Pergi
108
BAB 108 Permintaan Papa Keira
109
BAB 109 Pertemuan dengan Pak Aiman
110
BAB 110 Amplop Pemberian Pak Aiman
111
BAB 111 Hampa
112
BAB 112 Ditolong Mertua
113
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!