BAB 7 Suatu Kesalahan

Pedih itulah yang dirasakan Nurmala saat ini. Ternyata tersakiti itu sangat menyayat hati. Asumsi sendiri tentang kenyataan yang ia lihat membawanya pada pikiran negatif. Air matanya mengalir begitu saja merasa dikhianati oleh kekasih yang sudah ia khianati juga. Tidak sepantasnya Nurmala menangis kalau memang benar-benar Alhan mendua itu pun merupakan karma yang sudah ia lakukan sendiri.

dreeeet...... dreeeet,.....dreeeet

Getaran ponsel mengusik hatinya yang sedang rapuh.

My Love 1 memanggil.......

Nurmala segera menghapus air matanya dan menetralkan suaranya dengan meminum air putih agar tidak terdengar parau.

"Hallo....sayang ini aku lagi di bandara. Nanti pulangnya aku langsung ke rumahmu, aku bawa oleh-oleh cukup banyak untuk keluargamu. Oiya kamu dan keluarga sehat kan?"

"iya sehat Mas. Mas besok saja ke rumahnya, aku lagi di rumah nenek. Lagi pula Mas pasti capek, mendingan Mas istirahat saja dulu." Sungguh Nurmala tidak siap bertemu dengan Herdi. Matanya yang sembab akan membawa pertanyaan bagi Herdi, Nurmala tidak siap menjawab semuanya.

"Ooooo gitu ya. Oke besok aja ya!" Jawab Herdi kecewa walaupun demikian ia menutup panggilannya.

Nurmala memejamkan matanya, menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya pelan.

Sulit rasanya untuk menentukan pilihan hati yang keduanya sama-sama bernilai positif di mata Nurmala. Kalau dibolehkan Nurmala ingin keduanya. Dua orang yang sudah mencintainya dengan tulus dan mau mengorbankan dirinya. Walaupun sampai dengan detik ini Alhan belum menceritakan apa pun terkait kejadian kemarin di sekolah, ia yakin Alhan begitu mencintainya. Terbukti manakala Alhan berniat untuk mengajaknya menikah. Sekarang ia yakin kejadian kemarin hanya salah paham saja. Ia tercenung begitu lama.

Herdi adalah sosok pertama yang mencintai Nurmala dengan tulus. Bagi Nurmala Herdi merupakan cinta pertama. Herdi yang bekerja sebagai CEO disebuah perusahaan menuntutnya untuk bekerja dengan giat sehingga kapasitas pertemuannya dengan Nurmala lebih sedikit. Karena itulah Nurmala menerima ketulusan cinta Alhan yang sudah mengisi hari-harinya saat Herdi tak ada di sampingnya. Terus terang Herdi adalah orang yang paling setia, baik, pengertian dan bijaksana. Sosok yang tampan, dewasa. Umur Herdi yang 29 tahun sudah sepantasnya menikah. Namun karena kesibukannya keinginan mereka belum juga terwujud. Ada hal yang membuat pernikahan mereka belum terwujud karena Herdi memiliki keyakinan yang berbeda dengan Nurmala sehingga sampai dengan detik ini pun orang tua Herdi belum memberi restu. Agar orang tua Herdi memberi restu, mereka sudah melakukan sesuatu di luar batas. Sungguh perlakuan yang tidak bermoral, dan semua itu menjadi penyesalan bagi Nurmala, walaupun itu dilakukan sekali namun mereka melakukan nya secara sadar. Sungguh memalukan. Herdi tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bagi Nurmala, Herdi sudah menyelamatkan dan memulihkan perekonomian keluarganya. Sejak ayahnya sakit-sakitan semua biaya hidup ditanggung oleh Herdi. Termasuk membiayai kuliah adiknya dan pengobatan ayahnya. Nurmala merasa ada hutang budi pada Herdi.

Demi Nurmala Herdi bersedia pindah keyakinan walaupun pangkat, jabatan dan keluarga menjadi taruhannya. Sudah terlanjur melangkah, karena cintanya pada Nurmala yang luar biasa apa pun ia korbankan untuk orang yang ia cintai. Namun tak disangka orang yang ia cintai ternyata memiliki pria idaman lain, sungguh ter...la...lu.

"Assalamualaikum!" Senyum Herdi mengembang ada kerinduan di matanya. ingin rasanya memeluk wanitanya yang sudah ia tinggalkan selama dua Minggu karena urusan pekerjaan.