Wafa tertegun menatap cincin yang ada di jari manisnya. Ia kemudian mencoba untuk melepas cincin itu tapi tidak bisa. berusaha melepasnya dengan cara menggunakan sabun dan..... Alhamdulillah. Wafa menghembuskan nafasnya.
" Hadeeuh gara-gara cincin ini saya jadi malu. Duh gimana saya mencari laki-laki itu ya? saya lupa wajahnya" Wafa mengetuk-ngetuk meja sambil menggigit bibirnya. Sempat berpikir untuk mengunjungi toko mas itu lagi, namun Wafa juga tidak tahu nama tokonya.
"Ingat-ingat Wafa... ayo diingat lagi ini tuh cincin mahal. Pasti laki-laki itu mengira aku yang bukan-bukan" tangannya sambil memijat kepala, matanya terpejam dengan hati yang tidak karuan. Tetap saja Wafa merasa tidak enak hati pada lelaki itu.
Memang ironis pertemuannya yang singkat tidak dapat mengenal satu sama lain apalagi sampai bertukar nomor hp, sungguh tanpa terencana. Semuanya serba instan.
Hufh!
Satu-satunya cara adalah dengan mengadu pada Sang Khalik agar perasaannya menjadi lebih tenang, maka ia sempatkan untuk sholat tahajud berharap Allah akan membantu menemukan lelaki itu walaupun Wafa sama sekali tidak ingat wajahnya.
Pagi-pagi sebelum berangkat ke puskesmas ia sempatkan datang ke klinik untuk memantau perkembangan Bu Laila yang kemarin sore sudah melahirkan.
"Bagaimana Bu Laila, apakah masih ada yang nyeri?"
"Alhamdulillah sekarang saya sudah lebih baik Bu bidan"
" Apakah ASI-nya lancar Bu?"
"Alhamdulillah lancar Bu bidan" jawabnya mantap.
" Jangan diberi yang lain ya Bu! Hanya ASI saja selama 6 bulan. Karena ASI itu baik untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan tubuh bayi. Selain itu ASI juga menjaga sistem kekebalan tubuh sehingga bayi jarang sakit." Ujar Wafa menjelaskan.
"Apakah saya bisa pulang siang ini Bu bidan?"
"Sebentar saya periksa dulu ya Bu Laila" Wafa memeriksa denyut nadi pasiennya dengan seksama. semua normal.
"Baiklah ibu siang ini boleh pulang. Silakan diurus administrasinya Bu. Kalau ada sesuatu hal yang perlu ditanyakan nanti melalui Suster Mila saja. Saya permisi!"
"Terima kasih Bu bidan. Emmmh Bu bidan ditunggu undangannya!" Wafa balik badan, tersenyum dan geleng-geleng kepala. Pasiennya masih saja ingat kejadian kemarin sore yang membuat Wafa begitu malu.
Hufh.....gimana mau nikah, pasangannya saja belum ada.
Sebenarnya tidak sedikit laki-laki yang mendekati Wafa dan mencoba untuk melamarnya namun semuanya tidak ada yang nyangkut di hatinya termasuk pertemuannya kemarin dengan Dr. Rasya yang terang -terangan melamarnya dan ingin menjadikannya istri namun itu pun belum bisa diterima ia butuh waktu untuk memikirkan hal itu.
Selain itu pendapat kakek dan neneknya sangat berperan untuk kebahagiaan kehidupan masa depannya. Karena baginya menikah itu hanya sekali seumur hidup dan menikah itu tidak hanya memilikinya namun segenap keluarganya mampu ia rangkul. Sebenarnya kakek neneknya tidak banyak syarat dalam menentukan kriteria pasangan untuk cucunya cukup yang bertanggung jawab dunia dan akhirat.
Wafa mencoba untuk datang ke mall yang kemarin ia belanja. Dia mencoba mengingat jalan yang ia lewati.
'Bismillah semoga toko ini yang di maksud" Wafa menghampiri salah satu toko emas yang kemungkinan menjadi tempat pertemuannya dengan orang asing yang tiba-tiba memohon meminjam jarinya untuk disematkan cincin tunangan. Toko Pulau Indah.
Seorang karyawan dengan sigap menghampiri Wafa yang sudah berdiri di depan etalase sambil merogoh isi tasnya.
"Ada yang bisa saya bantu, mbak?" Tanya karyawan itu ramah.
"Maaf Mbak saya mau tanya apakah kemarin siang ada seorang laki-laki yang membeli cincin ini?" Wafa memperlihatkan cincin yang dia ambil dari dalam tasnya, masih lengkap dengan segelnya walaupun segelnya sudah sangat kusut lantaran kemarin sempat basah karena cuci tangan. Karyawan yang bernama Rena itu memperhatikan kemudian mengambil nota kemarin dan mencari keterangan jual beli cincin tersebut.
"oh iya ada mbak. Memang kenapa mbak? Mbak mau tukar atau mau menjual cincin ini?" Wafa menggeleng dengan cepat, Hatinya sedikit lega.
"Begini mbak, apakah kemarin laki-laki itu menitipkan sesuatu jika ada orang yang mencarinya?" Reni mengingat-ingat kejadian kemarin. Lalu ia mencoba menanyakan ke. karyawan lainnya.Karyawan yang bernama Weni menghampiri Wafa.
"Jadi mbak ini yang sempat ngilang setelah mencoba cincin yang dibeli di sini?" Wafa mengangguk tersenyum.
"Iya mbak saya mohon maaf atas kejadian kemarin. Saya tetiba ada telepon masuk dari klinik jadi saya harus segera ke sana saat itu juga. Saya lupa kalau cincin ini belum saya kembalikan. Maaf apa laki-laki kemarin menitipkan sesuatu buat saya?"
" Aduh mbak saya pikir mbak mau nipu. Laki-laki kemarin sangat panik dan hampir saja mau saya laporkan ke polisi. Saya pikir kalian adalah sindikat penipuan dan perampokan perhiasan model baru. Sampai satpam saja turun tangan. Nih mbak dia hanya nitip kartu nama ini" Weni memberikan kartu nama itu kepada Wafa. Wafa membaca sekilas nama yang tertera pada kartu tersebut.
"Terima kasih mbak. ini sangat membantu saya untuk menemukan laki-laki itu, assalamualaikum" Dengan wajah berseri Wafa langsung meninggalkan toko tersebut. Dengan kejadian kemarin ia merasa tidak enak hati pada lelaki itu lantaran membuat hatinya tidak nyaman. Dia ikut merasakan jika ia yang berada di posisi tersebut pasti sangat panik walaupun Wafa tidak tahu harga dari perhiasan tersebut. Kalau lihat dari bentuk dan bahan cincin tersebut terbilang barang mewah.
Setidaknya dengan adanya kartu nama tersebut Wafa bisa mencari keberadaan si pemilik cincin dan semoga dia mau memaafkan kesalahannya yang tidak disengaja.
'Berusaha mengembalikan barang yang bukan miliknya adalah bentuk tanggung jawab dan bukti sebuah kejujuran" (By: FR NURSY)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
untung masih ingat kamu nama Toko nya Wafa
2025-02-21
0
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kan itu udah ada yang ngasih cincin Bu bid
2024-03-23
2
Supriatin Supriatin
/Smile/
2024-01-20
2