Alhan menghampiri motornya yang masih terparkir. Matanya menyapu parkiran tersebut berharap bertemu dengan wanita itu. Hasilnya nihil. Alhan berdecak kesal, giginya bergemeluk.
Dengan sekejap dia kehilangan cincin yang bernilai 50juta. Dia menarik nafas untuk menetralkan hati yang tak menentu, saat ini pikirannya kacau.
Menyalahkan wanita itu tentu tidak bijak juga karena ini murni kesalahannya kalau tidak bertindak ceroboh tentu endingnya tidak akan seperti ini. Harusnya tadi diajak saja Nurmala, ga perlu ada keinginan untuk memberi kejutan segala.
Alhan mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang. Dia ingin menyegarkan otaknya yang semrawut.
Motornya ia parkir di depan masjid raya. Ia tunaikan sholat Dzuhur berharap ada ketenangan setelahnya. Disetiap sujudnya terselip sebuah doa agar dirinya dipertemukan kembali dengan wanita itu. Karena harapan dan kebahagiaannya ada pada cincin itu.
Susah payah Alhan mengumpulkan uang di setiap honor yang ia terima sebagai pendidik. Alhan hanya ingin membuktikan bahwa dirinya mampu untuk membeli cincin pertunangan dari hasil keringatnya sendiri tanpa bantuan dari keluarganya
Sebenarnya keluarga Alhan termasuk keluarga yang berada. Ayahnya Ibrahim Saleh seorang dokter yang memiliki Klinik Sehat Medika, sedangkan ibunya Rianti Sury hanya seorang ibu rumah tangga. Alhan tidak berminat mengikuti jejak ayahnya sebagai dokter, dia lebih tertarik pada dunia pendidikan.
"Alhan kamu di sini?" Tegur seorang laki-laki yang baru saja datang. Alhan sedang memakai sepatu di serambi masjid. Alhan memicingkan matanya. Mengingat sesuatu
"Rasya? Ya ampun benar ini kamu? Lama tidak jumpa, kamu sekarang di mana?"
" Ya di sini." Jawabnya dengan tersenyum, dia Rasya sahabatnya saat kuliah di Bandung yang sempat kehilangan kontak beberapa tahun belakangan ini.
"Ya iya kamu sekarang di sini maksudku kamu kerja di sini atau bagaimana?"
Rasya tersenyum, seraya duduk di samping Alhan dan membuka sepatunya.
"Aku ga akan jawab sekarang. Pokoknya kamu tunggu aku selesai sholat" Rasya langsung beranjak pergi.
"Hey santai saja jangan terburu-buru sholatnya!" Rasya membalikkan badan mengangkat kedua jempol tangannya.
Pertemuannya dengan Rasya yang tidak disengaja seolah ada sebuah harapan untuk bisa menumpahkan segala isi hatinya yang sedang kacau. Ya Rasya sejak dulu selalu memberikan solusi dari setiap permasalahan yang terjadi pada dirinya sehingga ia sering dijuluki sebagai seorang psikolog.
Dia seorang dokter kandungan di rumah sakit ternama di Bandung. Walaupun selama kuliah berbeda fakultas namun persahabatan yang terjalin begitu kental.
"Sudah makan siang?" Rasya duduk di sebelahnya memakai kaos kaki dan segera memasukkannya dalam sepatu.
"Belum. Oiya kita sambil makan yuk! Ada tempat lesehan yang tak jauh dari sini. Kita jalan saja" Mereka beranjak dari masjid menuju sebuah rumah makan lesehan yang terkenal enak di kota ini.
"Saya ke sini lagi main. Mau bertemu seseorang yang masih diperjuangkan"
"Oh ya? Jauh amat dari Bandung ke sini....memang di sana ga ada stok?"
"Stok banyak tapi yang ini berbeda, Ori banget, banyak yang mau sama dia jadi saya ga mau keduluan sama orang lain. Eh terus kamu gimana kamu masih sama si Tania?"
Alhan menghentikan makannya sejenak lalu menghabiskan makanannya agar ia lebih leluasa untuk berbicara.
"Sudah engga. Sekarang beda orang lebih dari segalanya"
"Kalau sudah ada jangan kebanyakan mikir, Han. Cepat halalkan. Ga baik pacaran terus"
"Itu dia masalahnya Sya, aku tuh barusan beli cincin tunangan tapi pasanganku ga diajak"
"Wah parah nih orang, terus?" Rasya masih belum selesai makan. Ia dengan serius mendengarkan cerita Alhan yang membuat ia tertawa sekaligus kasihan.
"Jangan-jangan perempuan itu calon isteri kamu sesungguhnya, Han. Cantik ga orangnya? Lagian kamu tuh ya masih aja ceroboh makanya sebelum bertindak berpikir dulu. Kamu sih cerdasnya di atas rata-rata jadi oleng begitu, hadeeeuh."
"Terus aja meledek. Aku butuh solusi nih. Aku ga bisa melamar kalau ga ada cincin itu. Menurut kamu apa yang harus aku lakukan?"
"Ya carilah orang itu. Lalu kalau sudah bertemu langsung nikahi. Kan cincinnya sudah disematkan di toko perhiasan ha...ha...ha...." Mata Alhan melotot tajam.
Pertemuannya dengan Rasya membuat dirinya harus bersabar menunggu keajaiban dari si pemberi rezeki untuk dapat mengembalikan cincin itu ke tangannya. Setidaknya pikirannya agak sedikit tenang setelah mendapat wejangan dari sahabatnya itu.
Malam ini Alhan mengajak Nurmala pergi, karena sebelumnya ia sudah merencanakan akan melamar Nurmala, namun semuanya kandas. Rencana lamaran harus dijadwal ulang setelah cincin itu kembali dan Alhan bisa menemukan wanita itu. Alhan harus lebih bersabar menanti momen kebahagian yang ia impikan bersama Nurmala.
Ada rasa geram pada wanita itu seandainya..... seandainya..... seandainya dan waktu tidak dapat berputar kembali hanya rasa penyesalan yang terdalam terpatri dalam hati
Alhan menghentikan motornya tepat di depan gang mawar. Di sana terlihat seorang wanita cantik dengan rambut hitam sebahu yang tergerai indah, berpakaian t-shirt berwarna putih dipadukan sweater rajut hitam dan celana panjang terkesan santai.
Nurmala tersenyum manis menyambut kedatangan pujaan hatinya. Alhan memberikan helm pada Nurmala.
" Han, kita mau kemana?"
" Rumah makan Almira ya, temani aku makan!" Cetus Alhan yang mendapat anggukan dari Nurmala. Motor itu melaju dengan santai.
Malam begini seharusnya Alhan membawa mobil agar Nurmala tidak kedinginan. Namun sejak menjalin hubungan dengan Nurmala ia tidak ingin memperlihatkan kemewahannya yang memiliki mobil walaupun itu sebuah hadiah ulang tahun dari ayahnya, menurutnya dia hanya memiliki motor butut hasil jerih payahnya selama ini.
Bahkan selama ini Nurmala tidak mengetahui Alhan pun sebagai dosen. Yang Nurmala tahu Alhan hanyalah seorang guru honor yang penghasilannya pas-pasan. Jadi wajar saja kalau Alhan hanya mengajak makan malam di rumah makan biasa bukan di restoran.
Alhan berbuat seperti ini bukan tanpa alasan. Dia hanya ingin mengetahui ketulusan cinta dari calon istrinya. Dia sempat kecewa dengan hubungan sebelumnya wanita yang sangat ia cintai hanya mengeruk hartanya saja setelah ketahuan Alhan hanya guru honor, hubungan mereka kandas.
Alhan hanya diam sambil memainkan ponselnya. Pikirannya bercabang. Dia membuka galeri foto untuk melihat-lihat momen terindah bersama Nurmala dan tanpa sengaja menemukan foto wanita cantik berhijab yang sedang tersenyum manis sambil memamerkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Sudut bibirnya tertarik, hatinya bergemuruh.
Mengingat kejadian tadi siang, namun hatinya mulai terasa adem setelah melihat foto itu setidaknya dengan adanya foto tersebut Alhan bisa mencari wanita itu, ada titik terang menuju kebahagiaan. Nurmala yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Alhan merasa ada yang aneh dalam diri laki-laki itu.
"Han....kamu kenapa?"
Alhan gelagapan.
" Ah tidak....tidak ada apa-apa. Gimana- gimana pesanan kita kok belum datang ya? Gimana tadi di sekolah, ada yang menarik untuk diceritakan?" Alhan mencoba menetralkan hati, mengalihkan pembicaraan.
Dia tidak mungkin menceritakan kejadian tadi siang pada Nurmala, khawatir terjadi salah paham kalau Alhan memperlihatkan foto wanita itu.
"Kamu tadi lihat apa sih di ponselmu itu? " Nurmala masih penasaran. Tadi Alhan terlihat kesal.
" Ga apa-apa sayang sudah ga usah dibahas. Itu ga penting. Kamu doakan saja ya, agar kita secepatnya bersatu. Tanpa ada kendala apa pun" Alhan mencoba tersenyum. Nurmala mengangguk ragu. Mukanya berubah pias.
Dalam hatinya masih terukir sebuah nama lain tetapi bukan Alhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Wah Alhan kamu hanya jadi pelampiasan dong, siapa kira kira cowok yang di sukai Nurmala ini ya
2025-02-20
0
☆《𝕴𝖐𝖇𝖆𝖑》☆
klo jodoh ngk bakal kemana, yg banyak sabar ya alham😭😭😭😭
2024-01-04
1
Supriatin Supriatin
aihhh ada apa dg Nurmala?
2024-01-01
1