Sore itu Nafiza berada di dapur, dia sedang ingin makan spageti dan memasaknya sendiri. Di rumah mereka memang ada asisten rumah tangga, memasak dan melakukan pekerjaan rumah tentu Nafiza hampir tidak pernah melakukannya, Nafiza kala itu memakai celana hot plane dan kaos yang agak ketat, tiba-tiba saja Brian berada di belakangnya yang membuatnya terkejut.
"Ya ampun kamu sejak kapan ada di situ?"
"Baru kok, kamu kenapa memakai pakaian seperti itu, memangnya tidak ada pakaian yang lain?" Brian merasa pakaian Nafiza terlalu pendek dan malah membuat Nafiza terlihat seperti anak SD karena tubuhnya yang masih imut-imut.
"Ada kok, hehe tadi aku mau tidur tapi lapar jadi aku masak dulu, aku tidak sempat ganti pakaian"
Ting tong ting tong. .
Bel rumah Brian berbunyi, kemudian Brian berjalan ke pintu dan membukanya.
"Hai nak"
"Mami.. kenapa tidak bilang mau ke sini?" tanya Brian kemudian memeluk maminya.
"Mami mau beri kejutan buat anak mami, kita kan sudah lama tidak bertemu"
"Mami kapan pulang dari Amrik?" tanya Brian kemudian Brian dan mami nya masuk ke dalam rumah.
"Kemarin tapi papi kamu masih di sana, mami pulang sendiri karena rindu mau bertemu denganmu"
"Eh tante" sambut Nafiza.
"Kok tante sih Fiz, panggil mami" ucap mami.
"Oh iya lupa mami hehe" mami juga memeluk Nafiza sambil melihat Nafiza dari atas sampai ke bawah.
Brian kemudian menghampiri Nafiza dan berbisik di telinga nya.
"Ganti pakaian dulu nona"
"Iya iya. ." Nafiza kemudian sedikit berlari ke atas hendak mengganti pakaian di kamarnya,
mami dan Brian menuju ruang tamu untuk berbicara.
"Mami sudah makan? kita makan bersama ya"
"Mami tadi sebelum ke sini sudah makan nak"
Kemudian secepat kilat Nafiza menyusul Brian dan mami, pakaiannya kali ini sudah sopan dan rapi, Nafiza duduk di samping Brian.
"Mami malam ini mau menginap di sini, tidak apa-apa kan nak?" tanya mami.
"Tidak apa-apa kok mi" jawab Nafiza.
"Bagaimana kehidupan rumah tangga kalian apa semuanya baik-baik saja, apa ada kesulitan?"
"Kami baik-baik saja mi" kata Brian.
"Syukurlah, oia Nafiza sudah ada tanda-tanda kehamilan belum? mami sebenarnya sudah tak sabar mau menimang cucu"
"Kalau itu sepertinya belum mi" Nafiza sedikit bingung dan gugup dengan bahasan tentang anak.
"Nafiza kan masih sekolah mi, tidak usah buru-buru hamil, biarkan dia selesaikan sekolahnya dulu" bela Brian.
"Hmmmm ya sudah kalo memang kalian sepakat untuk menunda, sebentar lagi Nafiza lulus kan, mami dan kedua orangtua Nafiza pasti akan menunggu kabar baik dari kalian"
"Mami lelah kan, ayo istirahat dulu" Brian mengalihkan pembicaraan, sebenarnya Brian dan Nafiza bingung, bagaimana mau punya bayi mereka tidurpun terpisah tapi malam ini ada maminya tidak mungkin mereka tidur di kamar yang berbeda, kalau ketahuan nanti pasti jadi masalah.
"Kamu malu ya sama mami kalau bahas punya bayi" ledek mami.
"Apa sih mi ayo aku antar ke kamar ya" ucap Brian sambil mengajak maminya ke kamar tamu, setelah itu Brian menghampiri Nafiza.
"Kita malam ini harus tidur di kamarku, kalau ketahuan mami kita beda kamar bisa gawat" ucap Brian.
"Iya aku tahu tapi kamu janji ya kita tidak akan melakukan apapun"
"Iya paling nanti kamu yang nyosor duluan" ledek Brian, kemudian Nafiza mencubit perut Brian.
"Ih awas saja kalau kamu berani macam-macam!!"
"Awww sakit" Brian meringis sambil mengelus perutnya.
Malam itu dengan canggung Nafiza mengetuk pintu kamar Brian dan masuk ke dalamnya.
"Kamar kamu luas sekali" Nafiza memang jarang masuk ke kamar Brian karena malu baginya untuk masuk ke sini.
"Luasnya sama kok dengan kamar kamu, aku tidak mau tidur di kursi ya, terakhir tidur di kursi tubuhku sakit semua, kalau kamu mau kita tidur terpisah kamu saja yang tidur di kursi"
"Masa kamu tega sih memintaku untuk tidur di kursi"
"Kan kalau mau kalau tidak mau ya kita tidur saja di sini" ucap Brian sambil menepuk ranjangnya.
Nafiza berfikir takut terjadi hal-hal yang tidak inginkannya, sebenarnya ia mau tapi belum siap, kalau tidur di kursi nanti tubuhnya sakit, akhirnya ia mau tidur seranjang dengan Brian. Ini bukan pertama kali mereka tidur seranjang cuma waktu itu Nafiza sudah tidur duluan jadi tidak ada yang terjadi tapi sekarang kenapa rasanya jadi tidak mengantuk. Nafiza kemudian menghampiri Brian yang sudah di ranjangnya duluan sambil menyekatnya dengan bantal guling.
"Awas ya tidak boleh melewati guling!!" ucap Nafiza
"Kamu ini benar-benar polos" jawab Brian sambil tertawa.
"Hoooaaammm aku ngantuk mau tidur ah" Nafiza pura-pura menguap padahal dia belum mengantuk sama sekali, dia tidur membelakangi Brian dan Brian hanya menatap punggung Nafiza, tetapi tiba-tiba Nafiza mengajaknya berbicara.
"Brian"
"Hmm"
"Aku merasa tidak enak pada mami kamu"
"Tidak usah di fikirkan"
"Bagaimana jika kita tidak bisa memberi apa yang benar-benar mami inginkan?" Nafiza memutar tubuhnya menatap Brian.
"Jujurlah dengan mami kalau kamu belum siap"
"Aku takut mami kamu akan kecewa, keinginan semua orangtua pada anaknya pasti sama, orangtuaku juga mungkin akan kecewa"
"Nafiza. ."
"Hmmm"
"Kamu tahu cuma orang yang aku sukai saja yang boleh masuk ke kamarku" perkataannya di luar pembahasan Nafiza.
Nafiza berfikir apa yang di ucapkan Brian 'orang yang dia sukai', semakin memikirkannya membuat tanda tanya besar dikepalanya.
"Maksudnya bagaimana Brian?"
Brian tidak menjawab dan dia sudah tidur, Nafiza merebahkan dirinya kemudian mengehela nafasnya, mungkin maksud Brian ada seseorang dia sukai, Nafiza penasaran dan sedikit kesal karena belum selesai berbicara, memikirkannya seperti ada mengganjal di hatinya.
***
Keesokan paginya mami Brian menyiapkan sarapan di ruang makan, Nafiza sudah siap dengan seragam sekolahnya dan duduk di meja makan.
"Pagi mami"
"Pagi nak" mami Brian baik juga penyayang.
"Brian mana Fiz?" tanya mami.
"Sebentar lagi turun mi dia sedang mandi"
"Nafiza ada sedikit pesan dari mami, setiap pagi siapkan sarapan untuk Brian juga siapkan pakaian untuk dia bekerja. Apa Nafiza sudah melakukannya?"
"Hem belum mami"
"Seorang istri itu lebih dari partner hidup, kamu adalah jantung dari rumah ini, perlakukan dan layani Brian dengan baik. Kamu bisa memulainya dari hal-hal kecil di rumah ini"
"Baik mi"
Selama ini Nafiza memang tidak pernah memperlakukan Brian seperti suami, Brian menyiapkan segala sendiri bahkan Brian lah yang selama ini selalu membantu Nafiza,
Nafiza sadar dia belum berbuat apa pun untuk Brian.
Brian tak lama datang, mereka kemudian sarapan bersama.
"Saat kalian berangkat mami juga akan pulang, mami besok akan ke Amrik lagi menyusul papi"
***
Mami mengantar Nafiza dan Brian sampai ke pintu depan.
"Kita berangkat ya mi" ucap Nafiza sambil memeluk mami Brian.
"Iya hati-hati ya nak"
"Mami juga hati-hati ya" Brian juga memeluk maminya.
Kemudian Nafiza dan Brian masuk ke mobil dan Brian melajukan mobilnya, selama perjalanan Nafiza hanya diam dan terus berfikir dengan ucapan mami, betul selama ini Nafiza belum melakukan apa pun untuk Brian walaupun mereka menikah tanpa cinta, Brian sangat baik pada Nafiza, sesampainya di sekolah sambil membuka sabuk pengaman.
"Kali ini aku akan belajar jadi istri yang baik" ucap Nafiza tiba-tiba.
"Hah? kamu kenapa? maksudnya bagaimana?"
Tetapi Nafiza tidak menjawabnya dan langsung turun dari mobil, kemudian menutup pintu langsung berjalan ke gerbang sekolah, baru beberapa langkah dia kembali ke mobil Brian dan mengetuk kacanya, Brian menurunkan pintu kaca.
"Kenapa nona ada yang ketinggalan?"
"Cuma lupa bilang hati-hati ya suamiku" sambil tersenyum kemudian Nafiza berlari lagi ke pintu gerbang sekolah.
Brian hanya tertawa dan bingung melihat tingkah Nafiza pagi ini, tapi itu membuatnya bersemangat.
Bersambung. .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Susi Susilawati
maklum lah nama nya juga masih abg, labil. hehehe
2021-09-09
0
Mutiara
fiza masi labil hehe tpi lucu sih😆
2021-04-25
0
Chelsea Nataly Rumondor
malu2 kucing
2021-04-14
0