Ikatan Cinta Kita
"Kepulauan seribu, kepulauan kei, kebali, Raja Ampat, Pulo cinta. Atau mungkin tuan lebih suka tempat-tempat liburan diluar negeri seperti Seoul, Phuket, Swiss, Norwegia, atau Melbourne atau kemana tuan? katakan saja tuan ingin kemana? biar nanti saya yang beritau ke tuan besar agar beliau segera mengurus segala....." pelayan bernama Toto itu bertanya dengan membujuk.
"Tunggu-tunggu" Rahul mengangkat tangan kanannya kearah pelayan setianya itu, pertanda menyuruhnya diam.
"Maksudmu apa? Untuk apa mempromosikan tempat-tempat wisata dan luar negeri?Memangnya siapa yang mau liburan?" tanya Rahul dengan bingung.
"Tentu saja Tuan Rahul"
"Aku?" Rahul mengernyitkan keningnya "Kapan aku mengatakan padamu kalau aku ingin liburan?" tanyanya dingin.
"Euum.....maaf Tuan, sebenarnya ini perintah tuan besar. beliau ingin agar Tu......"
"Itu benar! Papa yang menyuruhnya!" Toto belum selesai bicara kala sebuah suara tiba-tiba saja menyambar dan membuyarkan percakapan mereka.
Sontak Rahul dan Toto langsung menoleh kearah sumber suara itu. Meskipun mata Rahul tidak bisa melihat pasca kecelakaan yang dialaminya dua tahun yang lalu, namun telinganya dengan jelas dapat menangkap arah sumber suara itu.
"Jadi bagaimana Hul?" tanya Helmi yang baru saja memasuki kamar tidur putra bungsunya itu.
"kamu ingin liburan kemana? kepulau, keluar kota atau keluar negeri? Katakan saja, biar papa yang urus segala keperluanmu. Kamu bisa pergi tiga hari lagi bersama pilot dan co-pilot pribadi keluarga kita.Toto yang akan mendampingimu selama disa....."
"Apa ini Pa?" belum selesai Helmi bicara, Rahul sudah memotongnya dengan nada tajam.
"Kenapa tiba-tiba Papa ngebet sekali ingin aku liburan keluar? apa maksud Papa sebenarnya?" tanya Rahul menyelidik, pikiran-pikiran negatif mulai menghampirinya.
Sedangkan ibu dan kakaknya hanya menjadi saksi dari ketegangan antara dirinya dengan ayahnya. Nyonya Lesti dan Gala, putra sulungnya hanya berdiri didepan pintu masuk dan mendengarkan percakapan ayah dan anak itu dengan perasaan gugup dan was-was.
Sepertinya mereka sudah bisa menebak adegan yang akan terjadi selanjutnya. Helmi dan putra bungsunya sama-sama memiliki sifat keras kepala. Dan itulah yang selalu menjadi pemicu perselisihan diantara keduanya.
Mereka hanya berharap Rahul tidak berpikiran yang macam-macam, perihal rencana mereka yang ingin mengirimnya keluar dari rumah untuk sementara waktu.
"Papa tidak ada maksud apa-apa, Papa hanya ingin kamu refreshing agar pikiranmu bisa sedikit lebih tenang. Sudah dua tahun lebih kamu seperti ini.Tidak kemana-mana dan tidak melakukan apa-apa. Jadi Papa rasa sekali-kali kamu butuh suasana bar....."
"Papa yakin itu alasannya?" tukas Rahul.
"Maksudmu?"
"Papa ingin aku refreshing karena Papa peduli padaku, atau karena Papa terlalu peduli dengan reputasi dan nama baik Papa? Karena itulah Papa harus menyingkirkan siapapun yang bisa menyebabkan hancurnya reputasi Papa termasuk aku?"
"Rahul!!" sergah Helmi
"Kenapa Pa? apa ada yang salah dari ucapanku? Bukankah apa yang aku katakan memang benar adanya? Bukankah bagi Papa tidak ada yang lebih penting selain reputasi dan nama baik yang harus selalu Papa jaga didepan kolega-kolega bisnis Papa? Karena itulah Papa berniat untuk menyingkirkan aku dari rumah ini dengan alasan liburan?
Agar dihari pernikahan Kak Gala yang akan kalian gelar tiga hari lagi, aku sudah tidak ada dirumah ini. Jadi fakta bahwa seorang Helmi Dirgantara yang memiliki seorang anak yang buta seperti aku akan terus tertutup dengan rapat, dan tidak akan pernah terekspos kepublik. Kenapa? karena saat ini kondisiku yang buta dan tidak berguna ini sudah mulai terendus media?"
"Rahul, dengar......" Helmi berusaha untuk tetap tenang agar tidak terpancing emosi terhadap kata-kata kasar yang dilontarkan oleh anaknya itu. Namun Rahul tidak sedikitpun memberinya kesempatan untuk buka suara. Dia terus saja menghardik ayahnya.
"Jika memang bagi Papa dan semua orang yang ada disini aku ini hanya aib dan beban, kalian bisa mengusirku dari rumah ini. Tidak perlu bersandiwara dengan berpura-pura peduli dan menyayangiku. Padahal yang kalian pedulikan hanya reputasi dan nama baik kalian saja. Karna itu namanya munafik!"
"Rahul!!" Helmi mengangkat tangannya hendak menampar Rahul. Emosi yang sedari tadi dia tahan sudah tidak bisa dibendung lagi. Kesabarannya sudah habis menghadapi sikap putra bungsunya itu.
"Papa cukup!" Lesti yang sedari tadi hanya berdiri di depan pintu dan menjadi penonton drama ayah dan anak itu, tidak bisa tinggal diam lagi melihat suaminya yang mulai kalap.
Wanita paruh baya yang masih terlihat muda dan cantik itu pun spontan langsung berlari kearah suaminya. Dan dia langsung menarik dan memegang dengan kuat tangan Helmi yang hendak mendarat di pipi putra bungsu mereka itu.
"Apa yang Papa lakukan?!"
"Biarkan Ma! aku harus memberikannya pelajaran! Anak ini benar-benar menguji kesabaranku !" Helmi menatap Rahul dengan penuh kemarahan. Semantara yang ditatap Hanya tersenyum sinis.
Dengan meraba-raba Rahul menyingkirkan tangan ibunya dengan lembut. Lalu gantian dia sendiri yang memegang tangan ayahnya dan menepuk-nepukkannya kepipinya.
"Ayo Pa tampar.....ayo tampar!! kenapa Papa diam saja? Bukankah Papa ingin menamparku?Lalu tunggu apalagi? Ayo tampar aku!!" Rahul semakin menjadi-jadi.
"Rahul cukup, tolong kendalikan emosimu" Gala berusaha melerai.
Lesti memegang lengan Rahul dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya membelai pipi anaknya itu dengan lembut
"Rahul, Mama tau kamu kecewa sama kami. Tapi percayalah nak, tidak ada satupun orang dirumah ini yang menganggapmu sebagai beban. Mama sangat menyayangimu, tolong jangan salah paham dulu sayang....." katanya dengan mata berkaca-kaca.
"Salah paham? Atas dasar apa Mama menyebutku salah paham? Bukankah semua yang aku pikirkan dan aku katakan memang benar? Apakah Mama dan kalian semua berpikir kalau aku ini anak kecil yang bisa kalian iming-imingi dengan jalan-jalan ketaman bermain? Mama bilang kalian semua menyayangiku dan tidak pernah merasa malu dengan kondisiku?"
"Baiklah, dua tahun aku hidup dalam keterpurukan setelah dokter memvonis mataku mengalami kebutaan permanen. Dua tahun aku mengucilkan diriku sendiri dengan mengurung diri didalam kamar, dan memutuskan semua interaksi dengan dunia. Dan apa yang kalian lakukan padaku? pernahkan sekali saja kalian menguatkan aku? Memberikan semangat agar aku bisa kembali bangkit?!"
Rahul berkata dengan penuh emosional. kata-katanya membuat Lesti sangat terpukul hatinya, hingga wanita yang telah melahirkannya itu meneteskan air mata.
Rahul menggelengkan kepala dan menjawab sendiri pertanyaan yang tadi dia ajukan pada keluarganya
"Tidak, justru kalian malah merasa lega dan senang dengan sikapku itu. Karna dengan begitu kalian tidak perlu bersusah payah menyembunyikan kondisiku dari publik. Mataku memang buta, aku tidak bisa melihat. Tapi telingaku sama sekali tidak tuli. Aku bisa mendengar dengan jelas setiap kali ada orang yang menanyakan keberadaanku, kalian selalu mengatakan pada mereka bahwa aku berada di luar negeri"
"Begitu juga setiap kali kalian menggelar party dirumah ini, itu adalah saat-saat dimana Papa akan sangat mewanti-wanti semua orang yang berada dirumah ini khususnya para pelayan *kalian jaga Rahul baik-baik. Jangan sampai dia keluar dari kamarnya saat pesta sedang berlangsung. Ingat, jika Rahul sampai meninggalkan kamarnya apalagi sampai muncul didepan tamu undangan, aku akan langsung memecat kalian semua*"
Rahul menirukan dialog ayahnya saat memerintah, air mata sudah berlinang diwajah tampannya.
Helmi hanya terdiam dengan wajah memerah menahan amarah mendengar ocehan anaknya. Jujur, apa yang dikatakan Rahul memang benar adanya. Kebutaannya membuat Helmi merasa kecewa dan malu untuk mengakui keberadaannya dihadapan publik.
Karena baginya hal itu bisa merusak reputasinya sebagai seorang konglomerat ternama yang hidupnya dikenal sempurna.
dia sudah berusaha keras untuk menyembuhkan anak bungsunya itu. Belasan dokter bahkan yang berasal dari luar negeri pun sudah dia datangkan. Namun nihil, vonis mereka sama saja, Rahul mengalami kebutaan permanen.
"Dan kalian semua, termasuk Mama dan juga Kakak. Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, kalian hanya bisa menuruti apapun perintah Papa tanpa memikirkan perasaanku!" dengan senyum sinis yang merekah diwajahnya,Rahul menyingkirkan kedua tangan ibunya dari pipinya dengan lembut.
"Tapi tenang saja, yang kalian inginkan akan terjadi.Dan kenapa hanya sementara waktu? aku bahkan tidak keberatan untuk meninggalkan rumah ini dan juga kalian semua untuk selamanya"
"Rahul!! apa yang kamu katakan Nak?! kenapa kamu bicara seperti itu?!" teriak Lesti, ada ketakutan yang menyelimuti dadanya mendengar ucapan anaknya. Namun Rahul terlalu keras kepala, bentakan ibunya tak sedikitpun membuatnya goyah.
"Toto!"
"Iya Tuan"
"Bereskan semua barangku! pastikan tidak ada satupun yang tersisa! untuk tempat liburan yang tadi kamu rekomendasikan, pilih tempat yang paling jauh! tiga hari lagi kita berangkat..... agar semua orang yang ada disini bisa bernafas dengan lega!"
"Ba-baik Tuan" pelayan Toto menjawab dengan perasaan gugup dan tak enak hati.
Setelah puas berdebat dengan keluarganya, akhirnya Rahul memutuskan untuk meninggalkan kamar tidurnya itu. Tanpa mempedulikan ibunya yang terus memanggil-manggil dan hendak menyusul dirinya namun dihalangi oleh ayahnya.
Rahul berjalan dengan tangan memegang dan mengetuk-ngetukkan tongkatnya kelantai.Sementara tangan satunya lagi meraba-raba kesekitarnya.
PRAAAANG.........!!!!
Entah dia sengaja atau memang efek kebutaannya, tangannya yang meraba-raba itu mendarat pada sebuah pajangan yang ada dimeja.
Alhasil hiasan meja yang terbuat dari bahan kristal itu jatuh dan hancur berkeping-keping kelantai, membuat semua orang yang ada disana terkejut.
Helmi hanya bisa mengkretakkan gigi dengan mata melotot, menahan amarah yang sudah membuncah di dadanya melihat kelakuan Rahul. Dia tau anak bungsunya itu sengaja berbuat seperti itu untuk memancing emosinya.
*****
Pesta pernikahan Gala dan Amora yang dipenuhi dengan kemewahan dan kemeriahan, serta menjadi hari yang paling membahagiakan bagi kedua mempelai maupun keluarga, seketika langsung berubah menjadi hari yang paling berduka bagi keluarga Dirgantara.
Setelah mereka mendapat kabar bahwa, pesawat jet milik keluarga mereka yang dinaiki Rahul saat melakukan perjalanan ke luar negeri, mengalami kecelakaan hingga menyebabkan adanya korban jiwa.
Sontak saja kabar buruk itu membuat satu keluarga besar itu kalang kabut, dan langsung menemui pihak kepolisian guna mencari informasi lebih lanjut.
Pihak kepolisian mengatakan bahwa mereka telah menemukan tiga orang yang menjadi korban kecelakaan itu. Dua diantaranya telah tewas dan menjadi jenazah. Yang menurut identifikasi, kedua jenazah itu tak lain adalah pilot dan pelayan yang bekerja di keluarga besar mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Nana Shin
Thor, ikutin aku yuk. nanti aku chat, biar cepat naik lencana
2022-11-26
1
Stanalise (Deep)🖌️
Hai Thor, alur ceritanya bagus... aku cicil bacanya yaa...semoga sukses terus buat kita dan para othor lainnya aminn.... Follback boleh dong Thor, makasih...
2022-09-21
2
ZaeV92
aku hadir membawa fav like kak, yuk mamfir ke karya aku juga. yang berjudul tak ada cinta dari suamiku.
biar kita bisa saling memberikan dukungan,,🙏🙏
2022-07-14
1