Sedangkan korban yang satu lagi merupakan co-pilot, dan saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena mengalami luka-luka yang cukup serius.
Lalu bagaimana dengan Rahul? Apakah dia selamat dari kecelakaan itu? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia mengalami luka-luka? Apakah ada orang yang menolongnya? Atau, apakah dia juga bernasib sama seperti pilot dan pelayan setianya itu?
Memikirkan berbagai macam kemungkinan yang bisa saja terjadi membuat keluarga besar Dirgantara, khususnya Nyonya Lesti tidak bisa tenang karena terus disergap oleh perasaan harap-harap cemas.
Pasalnya, Tim Basarnas yangyang dikerahkan oleh pihak kepolisian untuk melakukan pencarian masih belum menemukan titik terang ataupun tanda-tanda keberadaan Rahul.
"Ya Tuhan,Rahul..... ! dimana kamu nak?!Bagaimana keadaanmu?! Apa kamu baik-baik saja?! Mama tidak akan bisa memaafkan diri Mama sendiri jika sampai kamu tidak selamat Nak. Ini semua semua salah Mama, seharusnya Mama tidak membiarkanmu pergi. Maafkan Mama Rahul, huu...." Lesti terduduk lemas keatas sofa dan menangis tersedu-sedu. Memikirkan keadaan anaknya diluar sana.
Helmi bisa memahami kesedihan yang dirasakan Lesti. Karna sebagai seorang ayah, dia juga ikut merasakan hal yang sama. Helmi merangkul dan mengusap-usap pundak ibu dari anak-anaknya itu.
" Udah Ma udah. Mama jangan menyalahkan diri Mama sendiri, ini semua musibah.Mama tenang saja, pihak kepolisiankan sudah mengerahkan semua timnya untuk mencari keberadaan Rahul. Nanti Papa juga akan mengerahkan seluruh anak buah Papa untuk ikut mencari. Rahul pasti ditemukan, Mama jangan nangis terus"
Helmi berusaha menghibur dan menenangkan istrinya. Namun usahanya itu tak serta Merta membuat Lesti jadi lebih baik. Dengan perasaan campur aduk, antara merasa khawatir dan bersalah terhadap Rahul serta marah pada suaminya karena telah bersikap tidak adil terhadap anak mereka itu, Lesti bangkit dari sofa dan meluapkan amarahnya.
"Bagaimana aku bisa tenang?! Sementara aku tidak tau bagaimana keadaan anakku diluar sana! Dia mengalami kecelakaan dan dan dalam keadaan tidak bisa melihat! ibu mana yang bisa tenang?! aku bahkan tidak tau apakah anakku masih hidup atau....."
Lesti tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Tubuhnya terasa lemah dan bergetar menahan tangis. Dia tidak sanggup membayangkan hal buruk menimpa anaknya.
"Lalu siapa yang harus Mama salahkan? Apakah Mama harus menyalahkan Papa? Kalau saja Papa tidak begitu picik dengan menjadikan reputasi dan nama baik diatas segalanya, mungkin sekarang anak kita masih ada disini dan dalam keadaan baik-baik saja. Rahul benar, Mama terlalu menuruti Papa. Sampai Mama tidak pernah memikirkan perasaan anakku sendiri" ujarnya lirih dan terisak-isak.
Helmi hanya bisa diam dan pasrah disalahkan seperti itu oleh istrinya. Hatinya sangat terpukul, seombak perasaan bersalah menerjangnya. Ya, istrinya benar, ini memang salahnya. Karena terlalu dibutakan oleh kedudukan, sekarang anaknya yang menjadi korban.
Dia tidak pernah menyangka tujuannya yang ingin melindungi nama baik dan reputasi keluarganya, malah berujung bencana bagi anaknya sendiri. Kalau tau kejadiannya akan seperti ini, dia tidak akan pernah mengirim Rahul keluar negeri walau dengan resiko kebutaannya akan terekspos kepublik.
Tapi kini nasi sudah menjadi bubur. Dia hanya berharap agar Tuhan mengirim seorang malaikat yang senantiasa menjaga dan membantu anaknya dimanapun dia berada.
"Ma.....Ma udah, ini bukan waktunya kita untuk saling menyalahkan. Karena sekarang yang harus kita prioritaskan adalah mencari Rahul. Mama yang sabar, Mama harus tenang. Gala yakin Rahul pasti akan baik-baik saja. Kita doakan saja yang terbaik, agar Tuhan selalu melindungi Rahul dimanapun dia berada" Gala memeluk dan berusaha menenangkan ibunya yang sedang kalut.
Amora dan Naomi yang sedari tadi berdiri tak jauh dari mereka dan menyaksikan drama keluarga itu dengan perasaan jenuh dan jengah. Tak ada sedikit pun rasa empati yang menyentuh hati mereka akan musibah yang sedang menimpa keluarga kerabatnya itu.
Amora yang masih mengenakan gaun pengantin lengkap dengan riasan dan aksesorisnya merasa jengkel lantaran hari bahagia yang sudah dinanti-nantikannya selama ini harus kacau balau hanya gara-gara sibuta Rahul! Dasar laki-laki tidak berguna dan menyusahkan!
"Adikmu Gala..... adikmu, Mama sangat takut dan khawatir Nak. Tidak ada satupun dari korban kecelakaan itu yang bernasib baik. Co-pilot kritis dirumah sakit, Pilot dan pelayan keluarga kita tewas. Bagaimana kalau Rahul juga bernasib sama seperti.....hiks.. ." lagi-lagi Lesti tidak mampu meneruskan ucapannya, dia terus menangis dalam pelukan putra sulungnya.
"Ma istighfar, Mama tidak boleh bicara seperti itu. Jangan negatif thinking dulu. Kita harus optimis kalau Rahul bisa selamat, karena dia anak yang kuat" Gala masih terus berusaha meredakan kesedihan ibunya.
Naomi memberi kode pada anaknya melalui mata, agar ikut ambil bagian dalam adegan yang menurut mereka sangat lebay dan membosankan itu.
Mengerti akan kode yang diberikan ibunya, Amora pelan-pelan mendekati Lesti dan mengusap-usap bahu ibu mertuanya itu dengan lembut. Berusaha menarik simpati dari keluarga suaminya itu.
"Iya Ma, Gala benar, kita semua harus positif thinking. Rahul pasti selamat dan dia akan kembali berkumpul bersama kita. Toh pihak kepolisiankan sudah mengerahkan Tim Basarnas untuk terus melakukan pencarian. Jadi Mama jangan nangis lagi ya"
"Iya Mbak, saya juga yakin itu.Mbak tidak boleh berpikiran apalagi mengatakan hal yang buruk tentang Rahul. Ingat Mbak, ucapan itu adalah doa, terlebih doa seorang ibu. Mbak pasti tidak maukan hal buruk yang Mbak katakan tentang Rahul sampai beneran terjadi?" Naomi menimpali ucapan anaknya dengan sok bijak. Kedua ibu dan anak itu memang cukup lihai dalam bersandiwara.
Masih dalam keadaan terisak, Lesti menggelengkan kepalanya dengan berat. Sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan besannya.
"Ya udah Ma, inikan udah malam, Mama istirahat dulu ya. Kan seharian Mama belum istirahat, aku takut nanti Mama sakit. Yuk, aku temani Mama kekamar" Amora menambahkan nilai untuk dirinya, karena tak ingin kalah dengan akting Mamanya yang sangat perfect itu.
Lesti menuruti ajakan menantu yang baru saja menikah dengan anak sulungnya itu. Usai menemani Lesti kekamarnya, ibu dan anak itu melakukan percakapan diruangan yang agak jauh dari keramaian penghuni rumah mewah itu.
Karena hanya berdua saja, Amora dan Naomi pun kembali menjadi diri mereka sendiri. Dengan melepaskan sikap sok baik mereka yang penuh dengan kepura-puraan, akhirnya saling mengeluarkan unek-unek masing-masing, yang sedari tadi mereka pendam dihadapan keluarga Dirgantara.
"Huh..... akhirnya ya Ra, Mama bisa lepas juga dari drama lebay keluarga suami kamu itu. Kepala Mama rasanya pusing sekali, mendengar ibu mertua kamu itu ngoceh dan dan nangis-nangis seperti anak kecil"
"Sama Ma, telinga aku juga rasanya sakit mendengar tangisan lebay mereka. Kalau bukan demi menjaga image sebagai istri dan menantu yang baik bagi keluarga ini, rasanya
malas sekali aku harus berlagak sedih atas apa yang terjadi pada sibuta itu. Dan yang paling menyebalkannya lagi, pesta pernikahan mewah dan megah yang aku impi-impikan selama ini hancur berantakan gara-gara masalah ini. Padahal seharusnya kan hari ini menjadi hari yang paling menyenangkan, membahagiakan dan berkesan buat aku. Tapi malah jadi kacau balau gara-gara Rahul. Dasar laki-laki tidak berguna.... udah buta, menyusahkan lagi!"
"Ya mau bagaimana lagi sayang? kita harus sabar. Ingat, kita harus terus menjaga image baik didepan suami dan mertuamu. Soal pesta resepsi pernikahanmu yang kacau gara-gara sibuta itu, ya sudahlah biarkan saja. Yang pentingkan akadnya berjalan dengan lancar. Jadi itu artinya, sekarang kamu sudah resmi menjadi istri dari seorang Gala Joshua Dirgantara. Dan Mama yakin seyakin-yakinnya, kalau suami kamu itu yang akan menjadi pewaris tunggal Dirgantara Group. Karna siapa lagi kalau bukan dia? secara dia anak pertama, smart, sehat dan sempurna. Tidak seperti adiknya yang tidak berguna itu"
"Dan karena alasan itulah Mama menyuruhku untuk mendekati dan membuat Gala jatuh cinta padaku. Karna hanya dia satu-satunya harapan Dirgantara Group.secara.... tidak mungkin kalau Papa Helmi akan menjadikan laki-laki buta itu sebagai ahli warisnya. Karna apa yang bisa dia lakukan? Melihat saja tidak bisa, bagaimana dia akan mengelola Dirgantara Group yang perusahaannya mencapai puluhan cabang? Dan hidupku pasti akan sangat sengsara jika sampai memiliki suami seperti dia"Amora menggelengkan kepalanya diiringi senyum mencemooh yang menghiasi bibir mungilnya.
"Benar sekali sayang, kamu memang anak Mama yang paling cerdas. Sudah cantik, bisa diandalkan lagi. Tidak sia-sia Mama mendidikmu selama ini. Tidak heran juga kenapa kakak beradik itu bisa sampai tergila-gila padamu. Bahkan salah satu dari mereka sampai rela menjadi buta demi kamu" Naomi tersenyum bangga pada Amora yang dibalas dengan senyum arogan oleh putri semata wayangnya.
"oh ya sayang. bicara soal Rahul, Mama jadi penasaran, kira-kira dimana ya keberadaan dia sekarang? Dan bagaimana keadaannya? dia masih hidup, atau sudah is death ya?"terka Naomi dengan ekspresi berpikir.
"Mama pikir aku peduli dengan keberadaan pria tidak berguna itu? Dia hidup atau mati, untungnya buat kita apa?" ujar Amora sinis.
"Iya sih, tapi kamu yakin sudah tidak punya rasa apapun lagi terhadap Rahul? Biar bagaimanapun jugakan, dia mantan terindah kamu" kata Naomi dengan tatapan menggoda.
"ingat, dia jadi buta seperti itu juga karena kamu. Kalau bukan karena Rahul, mungkin saja sekarang kamu yang buta" dia kembali mengungkit kisah asmara masa lalu putrinya dengan Rahul. Kisah yang sama sekali tidak diketahui oleh keluarga besannya.
"Mama ngapain sih membahas masalah itu lagi? Kan itu hanya masa lalu. Kan bukan aku yang bikin dia buta, itu semua kecelakaan. Kagipula kitakan sudah sepakat tidak akan pernah membahas masalah itu lagi" Amora menatap kesekelilingnya. Setelah merasa yakin bahwa ruangan itu aman, dia kembali menatap Ibunya dengan sedikit melotot.
"Bagaimana kalau ada yang mendengar ucapan Mama? khususnya suami dan mertuaku? Bisa-bisa mereka semua akan kehilangan respectnya terhadap kita, dan memaksa Gala untuk menceraikanku. Mama mau aku dinikahi dan diceraikan dihari yang sama?" ujar Amora dengan nada rendah dan menekan.
"Iya maaf sayang, Mama keceplosan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments