BAB 10- Meminta Maaf

"Dan sesuai janjinya, Belle pun harus menggantikan ayahnya untuk tinggal di istana itu"

"Lalu bagaimana lagi Kak?!"

"Ya Tuhan, lihat tanganmu" seru Zahra dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat. Lyra melihat dan mengangkat tangan kanannya yang sudah terpasang selang infus.

"Mereka sudah menyuntikkan jarum infus, ketangan peri kecilku ini. Jahat sekali mereka. pasti sekarang kamu kesakitan sekali ya sayang. Kasian sekali" Zahra pura-pura menggerutu pada Dokter Ema dan Wirda.

Padahal tanpa sepengetahuan Lyra, dia mengedipkan matanya pada atasan dan rekan sejawat, yang juga sahabat baiknya itu.

"Tidak Kak, aku malah tidak sadar kalau tanganku sudah diinfus" sanggah Lyra dengan polosnya.

"Benarkah? Kalau begitu aku sudah salah sangka terhadap mereka. Aku pikir Dokter dan suster itu telah menyakitimu. Ternyata aku salah, justru mereka memberimu obat dan vitamin melalui infusan itu. Jadi dengan obat dan vitamin itu, Lyra bisa lekas sembuh. sepertinya aku harus berterima kasih dan meminta maaf, pada Tante Dokter dan kakak Suster itu"

Zahra memasang tampang sedih dan berbicara dengan lirih. Berusaha memprovokasi Lyra bahwa dia merasa bersalah, telah memarahi Dokter Ema dan Wirda.

"Benarkah?"

"He em"

"Tante Dokter dan kakak Suster, aku minta maaf. Terima kasih ya sudah mengobatiku" ujar Lyra malu-malu.

"Sama-sama sayang" jawab Dokter Ema sembari tersenyum lembut. Dan Wirda hanya tersenyum lembut melihatnya. Dalam hati keduanya sama-sama mengagumi kecerdikan Zahra, yang dengan mudahnya dapat berbaur dan menaklukkan hati anak-anak.

Begitu pula dengan Rahul yang sedari tadi berdiri diluar dan mendengar setiap dialog mereka. Bibir sensualnya menyunggingkan senyum duchenne.

Untuk pertama kalinya sejak buta, baru kali ini dia merasakan adanya ketenangan dalam hatinya. Entah mengapa mendengar suara gadis itu membuat perasaannya merasa tentram. Apalagi menyaksikan kepribadian perempuan itu, yang dengan mudahnya bisa meluluhkan dan menenangkan anak kecil yang sedang rewel.

Seandainya wanita itu menjadi seorang ibu, betapa beruntungnya anak yang dia lahirkan nanti, karena memiliki wanita sehebat itu sebagai ibunya.

"Ayo kak, teruskan lagi ceritanya" Lyra kembali merengek pada Zahra.

"Eum.... aku tidak bisa melanjutkan ceritanya hari ini, karena aku sibuk sekali. Kalau aku tidak bekerja, nanti aku bisa dimarahi. Bagaimana kalau begini saja? Kakak akan lanjutkan ceritanya saat Lyra sudah sembuh, dan bisa pulang dari sini. Setuju?" Zahra mengacungkan jari kelingkingnya, dan menatap Lyra dengan tatapan puppy eyes.

Lyra tampak berpikir. Zahra berharap masih bisa mempengaruhi anak itu. Dan harapannya pun terwujud ketika si kecil Lyra tersenyum dengan manisnya, sembari menautkan jari kelingkingnya pada kelingking Zahra.

"Baiklah, kalau begitu Lyra harus menuruti apa kata dokter dan suster. Harus makan yang banyak, minum obat yang teratur. Ingat, semakin cepat Lyra sembuh, semakin cepat pula cerita beauty and the beastnya dilanjutkan. Oke?" ujar Zahra lembut dan dengan nada riang.

"Oke bos" dengan riangnya Lyra memberikan isyarat hormat.

"Toss dulu" Zahra mengacungkan telapak tangannya. Lyra langsung menepukkan telapak tangannya yang mungil ketelapak tangan Zahra dengan riangnya.

"Ya sudah, sekarang kakak Zahra keluar dulu. Selamat istirahat peri kecilku. See you" Zahra memeluk Lyra dengan gemas dan penuh sayang. Bocah cantik itu pun terlihat sangat senang dengan pelukan itu.

"See you kakak Suster" seru Lyra dengan riangnya. Ketiganya pun keluar dari kamar itu, meninggalkan Lyra beristirahat.

"Aduh Ra, untung saja ada kamu. Kalau tidak, entah bagaimana kami akan menghadapi drama anak itu. Sudah hampir dua jam dia menangis tidak mau diinfus. Tapi begitu kamu datang, dia langsung jinak" Dokter Ema menghela nafas lega.

"Dokter ada-ada saja. Memangnya anak itu hewan, sampai jinak segala?" seloroh Zahra.

"Aku yakin deh Ra. Nanti kalau kamu sudah menikah dan punya anak, pasti kamu tidak akan pernah merasa kesulitan menghadapi anakmu. Sekalipun dia sedang rewel-rewelnya. Karena sekarang saja, kamu sudah sangat ahli dalam bidang itu" puji Dokter Ema lagi.

"Tentu saja Dok, Zahra kan memang ahlinya dalam urusan menjinakkan pasien, khususnya anak-anak. Bahkan, jangankan anaknya. Calon ayah dari anaknya saja bisa dia jinakkan" Wirda tersenyum menggoda Zahra. Membuat gadis itu merasa jengkel hingga menyikut lengan sahabatnya itu dengan keras. Reflek Wirda mengaduh kesakitan. Namun suaranya tertahan dalam mulutnya, lantaran ditengah-tengah mereka ada Dokter Ema.

Dokter berusia sekitar tiga puluh tahun itu menatap kedua bawahannya dengan bingung. Wirda menunjuk ke sebuah arah melalui kode mata dan kepala kepada Zahra yang merasa bingung, namun tetap mengarahkan pandangannya kearah yang diisyaratkan Wirda barusan.

Zahra sedikit termangu dengan kehadiran sosok didepannya. Pria itu, adalah pasien tunanetra tampannya. Pasien yang tempo hari bertikai dengannya. Dia tidak menyangka akan melihat pria itu lagi. Dia pikir tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi, setelah dirinya memutuskan untuk mengajukan permohonan kepada kepala perawat, agar tidak ditugaskan untuk melayani pasien itu lagi.

"Em.....Dok, bukankah pasien tifus yang masuk kemarin belum kita kontrol hari ini? Ayo Dok, kita kesana" alasan Wirda sembari menggandeng dan menarik lengan Dokter Ema untuk berlalu dari tempat itu.

Mau tidak mau Dokter Ema mengikuti bawahannya itu dengan tampang linglung.

"Wirda! Dokter Ema! tunggu!" seru Zahra namun tak mampu menghentikan langkah kedua wanita itu, yang sudah menjauh meninggalkannya.

Mau tidak mau Zahra harus menghadapi laki-laki itu. Tidak ada pilihan lain, karena pria itu pasti mendengar suara mereka sedari tadi.

"Euum....maaf, sedang apa anda disini" Zahra berusaha untuk berbicara seformal mungkin.

Meski sebenarnya jantungnya berdegup kencang. Dan lubuk hatinya yang terdalam ingin meloncat kegirangan rasanya karena bisa melihat wajah tampan itu lagi.

Namun dia tidak ingin menunjukkan perasaannya yang sesungguhnya yang akan membuatnya terkesan ganjen dihadapan laki-laki itu.

"Eu.... a-aku, aku sedang....eum.... aku sedang...." jawab Rahul terbata-bata. Dia tampak salah tingkah.

Zahra menghela nafas, merasa malas untuk meladeni laki-laki tidak jelas itu. Dia tidak ingin insiden kemarin terulang kembali, akibat dirinya yang terlalu mengurusi kehidupan laki-laki itu.

"Hah. Ya sudahlah, terserah anda saja. Bukan urusanku juga kan. Lagipula aku juga masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan daripada membuang-buang waktu hanya untuk berdebat hal-hal yang tidak berguna dengan anda. Permisi" dan dia melangkahkan kakinya.

"Aku minta maaf" seru Rahul seketika. Ucapannya mampu menghentikan langkah kaki Zahra.

"Apa aku tidak salah dengar? Maaf? Untuk apa ya?" tanya Zahra seraya berbalik dan menatap pria itu dengan alis yang bertautan.

Rahul merasa bingung harus mulai darimana. Dia masih tampak salah tingkah.

"Untuk semuanya, semua yang aku katakan dan lakukan padamu. Khususnya terhadap ibumu. Aku tau, aku sudah kelewat batas. Tidak seharusnya aku melampiaskan kemarahan dan kekecewaanku pada beliau. Jujur saja, aku tidak tau kenapa aku bisa seperti ini. Kondisiku ini membuatku begitu tertekan, hingga tidak bisa berpikir dengan jernih. Yang ada dalam hati dan pikiranku hanya kemarahan saja. Aku sendiri tidak untuk siapa sebenarnya kemarahan itu. Hanya satu hal yang aku tau, aku sangat marah dan benci pada diriku sendiri yang tidak berguna ini. Juga pada Tuhan. Aku merasa Tuhan tidak adil padaku. Dia telah mempermainkan hidupku. Dengan menjadikan aku manusia yang tidak berguna seperti ini"

Dia curhat dengan sendu. Zahra merasa iba mendengar curhatan pria. Dia tidak mengira bahwa laki-laki tampan itu bisa seterpuruk dan seputus asa itu. Pantas saja dia menutup hatinya untuk siapapun. Jiwanya kosong.

"Astaghfirullah hal azzim. Terus terang saja, aku tidak tau bagaimana pikiran-pikiran seperti itu bisa merasuki, dan menggerogoti hati dan pikiranmu. Tapi satu hal yang bisa aku katakan padamu. Allah itu maha adil, yang tidak pernah membeda-bedakan setiap hambanya. Justru hambanya sendirilah, yang membuat Allah membedakannya. Aku tidak tau, peristiwa buruk apa saja yang sudah kamu alami, hingga membuatmu bisa seputus asa ini. Tapi percayalah. Apa yang terjadi padamu saat ini, adalah ujian yang diberikan Allah, sebagai bentuk kasih sayangnya terhadapmu. Bukan hukuman sebagai bentuk rasa bencinya. Mungkin saat ini kamu masih belum bisa mengetahui dan memahami, alasan mengapa Allah mengambil penglihatanmu. Tapi kalau kamu bisa sedikit saja melembutkan hati dan mendinginkan kepalamu, aku yakin perlahan-lahan, kamu akan menemukan jawabannya. Kamu akan memahami, bahwa Allah sudah menyiapkan rencana dan hadiah yang indah dibalik ujian yang saat ini Dia berikan padamu"

Zahra berlalu setelah meninggalkan Rahul yang terkesima dengan nasehatnya yang begitu menyentuh relung hatinya.

*****

Rahul sedang berjalan diteras depan rumah sakit. Sepasang tangannya tampak meraba-raba kedepan agar matanya yang tidak berfungsi itu, tidak membuat tubuh atletisnya menabrak benda-benda yang ada didepannya.

Namun wajah tampannya terlihat tidak fokus dengan arah yang tengah ditempuhnya. Karna Zahra terus saja mengisi pikirannya. Kata-kata wanita itu selalu terngiang-ngiang dibenaknya.

Ditambah lagi, gadis itu juga belum menjawab permintaan maaf darinya. Sikapnya yang kini tampak dingin terhadapnya pun membuat Rahul kecewa.

Entah kapan hal ini bermula, tapi Rahul begitu mengharapkan agar wanita itu bisa bersikap seperti semula lagi terhadapnya. Entah mengapa dia jadi merindukan sosok Zahra yang centil dan ceria, seperti pada saat dia pertama kali terbangun dari komanya.

Namun dia tidak bisa menyalahkan sikap perempuan itu. Karena ini semua memang murni kesalahannya. Entah apa yang sekarang harus dilakukannya, agar wanita itu mau memaafkan dan berdamai dengannya.

"Aww!" Rahul terkesiap tatkala merasakan ada benda keras berupa kayu menyenggol pinggangnya.

"Maaf Kak, kami tidak sengaja. Kakak tidak apa-apa kan?" suara anak laki-laki dengan nada menyesal.

"Iya, aku tidak apa-apa. Aku yang salah karena tidak fokus. Oh ya, apa ini? Bentuknya seperti gitar" kata Rahul memegang dan meraba-raba benda keras yang telah menyenggol tubuhnya itu.

Saat tadi benda itu menyenggol pinggangnya, dengan reflek dia langsung memegangnya. Hingga dia tidak begitu merasa sakit di bagian pinggang yang tersenggol itu.

"Iya Kak, itu memang gitar. Kakak tidak bisa melihat ya?" ujar anak laki-laki lain sembari memperhatikan mata Rahul.

"Iya. Aku mengalami kebutaan akibat sebuah kecelakaan, dua setengah tahun yang lalu" jawab Rahul lirih.

Episodes
1 BAB 1-Perdebatan Keluarga
2 Bab2-Dimana Rahul?!
3 BAB 3- Pengorbananku Tak Dianggap
4 BAB 4-Dimana Aku?!
5 BAB 5- Serasa Mendapat Support
6 BAB 6- Kemarahan Zahra
7 BAB 7- Perasaan Tak Menentu
8 BAB 8- Pernyataanmu Membuatku Terharu
9 BAB 9- Beauty And The Beast
10 BAB 10- Meminta Maaf
11 BAB 11- Surprise
12 BAB 12- Mau Berteman Denganku?
13 BAB 13- Sebatang Kara
14 BAB 14- Tinggal Dirumah Belakang
15 BAB 15- Ibu Dan Anak Sama Saja
16 BAB 16- Tindakan Tak Terduga
17 BAB 17- Berdamai Dengan Takdir
18 BAB 18- Kamu Mataku, Dan Aku Kakimu
19 BAB 19- Lolos Masa Percobaan
20 BAB 20- Sholat Maghrib?!
21 BAB 21- Terpaksa Meminta Maaf
22 BAB 22- Menepati Janji
23 BAB 23- Alergi??
24 BAB 24- Ancaman Sang Rentenir
25 BAB 25- Pameran festival
26 BAB 26- Kenekatan Rahul
27 BAB 27- Kamu Adalah Sumber Kekuatanku
28 BAB 28- Sikap Ketus Zahra
29 BAB 29- Hari Bahagia Pernikahan Kita
30 BAB 30- Honeymoon
31 BAB 31- Aku Akan Bisa Melihat Lagi??!
32 BAB 32- Demi Aku Dan Calon Anak Kita
33 BAB 33- Operasi
34 BAB 34- Melepasmu
35 BAB 35- Apa Yang Terjadi Pada Istriku??!!
36 BAB 36- Duniaku Terasa Runtuh Kembali!!
37 BAB 37- Penyelamatan Zahra
38 BAB 38- Kondisi Zahra
39 BAB 39- Kesedihan Rahul
40 BAB 40- Benarkah Kamu Suamiku??
41 BAB 41- Penolakan Rahul
42 BAB 42- Kehidupan Seorang Fajar
43 BAB 43- Mengapa Aku Tidak Merasa Nyaman??
44 BAB 44- Benarkah Aku Sudah Jatuh Cinta??
45 BAB 45- Aku Mohon Kembalikan Istriku!!!
46 BAB 46- Perasaan Apakah Ini??!
47 BAB 47- Perkenalan
48 BAB 48- Kenapa Rasanya Sama Persis??
49 BAB 49- Andai Kalian Milikku!
50 BAB 50- Suami Istri??
51 BAB 51- Tinggal Berdua??!
52 BAB 52- Kecelakaan!!
53 BAB 53- Apakah Aku Terlalu Jahat??!
54 BAB 54- Aku Tidak Bisa Menjauhimu!!
55 BAB 55- Kencan
56 BAB 56- Apakah Kebersamaan Ini Akan Berakhir??!
57 BAB 57- Ngidam??!!
58 BAB 58- Aku Ingin Disuapi
59 BAB 59- Rasa Bersalah
60 BAB 60- Apakah Sudah Saatnya Aku Menjauhimu??!
61 BAB 61- Hanya Bisa Menatapmu Dari Jauh!!
62 BAB 62- Meratapi Kepergianmu
63 BAB 63- Akan Berusaha Melupakanmu
64 BAB 64- Aku Tidak Bisa Berhenti Memikirkanmu!
65 BAB 65- Berhalusinasi
66 BAB 66- Rencana Bu Zaitun
67 BAB 67- Permintaan Shreya
68 BAB 68- Sangat Ingin Bertemu
69 BAB 69- Akhirnya Kita Bertemu
70 BAB 70- Aku Sangat Merindukanmu
71 BAB 71- Memintamu Untuk Menjauhiku
72 BAB 72- Ada Apa Denganmu?!!
73 BAB 73- Kacang Almond?!!
74 BAB 74- Kecemburuan Rahul!!
75 BAB 75- Salad dan jus strawberry
76 BAB 76- Aku Harus Mengecewakanmu!
77 BAB 77- Aku Akan Pergi
78 BAB 78- Bertemu Di Acara Meeting
79 BAB 79- Dia Adalah Zahra??!!
80 BAB 80- Siapa Kamu Sebenarnya??!!
81 BAB 81- Menyelidiki
82 BAB 82- Menemukan Bukti!!
83 BAB 83- Bukti Sudah Jelas!!
84 BAB 84- Akulah Suaminya!!
85 BAB 85- Menjelaskan Segalanya
86 BAB 86- Melanjutkan Sandiwara!!
87 BAB 87- Aku Akan Membawamu Bersamaku!!
88 BAB 88- Jujur atau Tidak ya??
89 BAB 89- Tinggal Bersama??
90 BAB 90- Dia Bukan Milikku!!
91 BAB 91- Terima Kasih Sudah Kembali Padaku
92 BAB 92- Keisengan Rahul
93 BAB 93- Aku Sangat Bahagia!!
94 BAB 94- Momen Yang Kurindukan
95 BAB 95- Menghabiskan Waktu Denganmu
96 BAB 96- Kencan Kita
97 BAB 97- Kencan Kita Part 2
98 BAB 98- Kencan Kita Part 3
99 BAB 99- Ciuman??
100 BAB 100- Jebakan Rahul
101 BAB 101- Aku Bahagia Bersamamu
102 BAB 102- Rasa Yang Sama
103 BAB 103- Rencana Amora
104 BAB 104- Ancaman Amora
105 BAB 105- Saling Mengancam
106 BAB 106- Kedatangan Fajar
107 BAB 107- Mengetahui Rahasia
108 BAB 108- Memprovokasi Zahra
109 BAB 109- Siapa Aku Sebenarnya??!!
110 BAB 110- Siapa Suamiku Yang Sesungguhnya??!!
111 BAB 111- Kegelisahan Zahra
112 BAB 112- Apa Yang Harus Aku Lakukan??!!
113 BAB 113- Video Yang Menghebohkan!!
114 BAB 114- Fakta Yang Mengejutkan!!
115 BAB 115- Istri Atau Anak??!!
116 BAB 116- Keputusan Yang Sangat Sulit!!
117 BAB 117- Operasi Caesar
118 BAB 118- Penerus Dirgantara
119 BAB 119- Aku Adalah Zahramu!!
120 BAB 120- Chand Aditya Dirgantara
121 BAB 121- Tuduhan Rahul
122 BAB 122- Menangkap Pelakunya
123 BAB 123- Mengambil Tindakan!!
124 BAB 124- Acara Penyambutan
125 BAB 125- Benarkah Kamu Telah Mengkhianatiku??!!
126 BAB 126- Terkuaknya Rahasia Masa Lalu!!
127 BAB 127- Memperjelas Segalanya!!
128 BAB 128- Surat Gugatan Cerai!!
129 BAB 129- Nifas??!!
130 BAB 130- Nasib Gala Dan Amora
131 BAB 131- Melepas Kepergian Gala
132 BAB 132- Aqiqah
133 BAB 133- Undangan Pernikahan
134 BAB 134- Segalanya Untukmu (END)
135 PROMO NOVEL BARU
136 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 136 Episodes

1
BAB 1-Perdebatan Keluarga
2
Bab2-Dimana Rahul?!
3
BAB 3- Pengorbananku Tak Dianggap
4
BAB 4-Dimana Aku?!
5
BAB 5- Serasa Mendapat Support
6
BAB 6- Kemarahan Zahra
7
BAB 7- Perasaan Tak Menentu
8
BAB 8- Pernyataanmu Membuatku Terharu
9
BAB 9- Beauty And The Beast
10
BAB 10- Meminta Maaf
11
BAB 11- Surprise
12
BAB 12- Mau Berteman Denganku?
13
BAB 13- Sebatang Kara
14
BAB 14- Tinggal Dirumah Belakang
15
BAB 15- Ibu Dan Anak Sama Saja
16
BAB 16- Tindakan Tak Terduga
17
BAB 17- Berdamai Dengan Takdir
18
BAB 18- Kamu Mataku, Dan Aku Kakimu
19
BAB 19- Lolos Masa Percobaan
20
BAB 20- Sholat Maghrib?!
21
BAB 21- Terpaksa Meminta Maaf
22
BAB 22- Menepati Janji
23
BAB 23- Alergi??
24
BAB 24- Ancaman Sang Rentenir
25
BAB 25- Pameran festival
26
BAB 26- Kenekatan Rahul
27
BAB 27- Kamu Adalah Sumber Kekuatanku
28
BAB 28- Sikap Ketus Zahra
29
BAB 29- Hari Bahagia Pernikahan Kita
30
BAB 30- Honeymoon
31
BAB 31- Aku Akan Bisa Melihat Lagi??!
32
BAB 32- Demi Aku Dan Calon Anak Kita
33
BAB 33- Operasi
34
BAB 34- Melepasmu
35
BAB 35- Apa Yang Terjadi Pada Istriku??!!
36
BAB 36- Duniaku Terasa Runtuh Kembali!!
37
BAB 37- Penyelamatan Zahra
38
BAB 38- Kondisi Zahra
39
BAB 39- Kesedihan Rahul
40
BAB 40- Benarkah Kamu Suamiku??
41
BAB 41- Penolakan Rahul
42
BAB 42- Kehidupan Seorang Fajar
43
BAB 43- Mengapa Aku Tidak Merasa Nyaman??
44
BAB 44- Benarkah Aku Sudah Jatuh Cinta??
45
BAB 45- Aku Mohon Kembalikan Istriku!!!
46
BAB 46- Perasaan Apakah Ini??!
47
BAB 47- Perkenalan
48
BAB 48- Kenapa Rasanya Sama Persis??
49
BAB 49- Andai Kalian Milikku!
50
BAB 50- Suami Istri??
51
BAB 51- Tinggal Berdua??!
52
BAB 52- Kecelakaan!!
53
BAB 53- Apakah Aku Terlalu Jahat??!
54
BAB 54- Aku Tidak Bisa Menjauhimu!!
55
BAB 55- Kencan
56
BAB 56- Apakah Kebersamaan Ini Akan Berakhir??!
57
BAB 57- Ngidam??!!
58
BAB 58- Aku Ingin Disuapi
59
BAB 59- Rasa Bersalah
60
BAB 60- Apakah Sudah Saatnya Aku Menjauhimu??!
61
BAB 61- Hanya Bisa Menatapmu Dari Jauh!!
62
BAB 62- Meratapi Kepergianmu
63
BAB 63- Akan Berusaha Melupakanmu
64
BAB 64- Aku Tidak Bisa Berhenti Memikirkanmu!
65
BAB 65- Berhalusinasi
66
BAB 66- Rencana Bu Zaitun
67
BAB 67- Permintaan Shreya
68
BAB 68- Sangat Ingin Bertemu
69
BAB 69- Akhirnya Kita Bertemu
70
BAB 70- Aku Sangat Merindukanmu
71
BAB 71- Memintamu Untuk Menjauhiku
72
BAB 72- Ada Apa Denganmu?!!
73
BAB 73- Kacang Almond?!!
74
BAB 74- Kecemburuan Rahul!!
75
BAB 75- Salad dan jus strawberry
76
BAB 76- Aku Harus Mengecewakanmu!
77
BAB 77- Aku Akan Pergi
78
BAB 78- Bertemu Di Acara Meeting
79
BAB 79- Dia Adalah Zahra??!!
80
BAB 80- Siapa Kamu Sebenarnya??!!
81
BAB 81- Menyelidiki
82
BAB 82- Menemukan Bukti!!
83
BAB 83- Bukti Sudah Jelas!!
84
BAB 84- Akulah Suaminya!!
85
BAB 85- Menjelaskan Segalanya
86
BAB 86- Melanjutkan Sandiwara!!
87
BAB 87- Aku Akan Membawamu Bersamaku!!
88
BAB 88- Jujur atau Tidak ya??
89
BAB 89- Tinggal Bersama??
90
BAB 90- Dia Bukan Milikku!!
91
BAB 91- Terima Kasih Sudah Kembali Padaku
92
BAB 92- Keisengan Rahul
93
BAB 93- Aku Sangat Bahagia!!
94
BAB 94- Momen Yang Kurindukan
95
BAB 95- Menghabiskan Waktu Denganmu
96
BAB 96- Kencan Kita
97
BAB 97- Kencan Kita Part 2
98
BAB 98- Kencan Kita Part 3
99
BAB 99- Ciuman??
100
BAB 100- Jebakan Rahul
101
BAB 101- Aku Bahagia Bersamamu
102
BAB 102- Rasa Yang Sama
103
BAB 103- Rencana Amora
104
BAB 104- Ancaman Amora
105
BAB 105- Saling Mengancam
106
BAB 106- Kedatangan Fajar
107
BAB 107- Mengetahui Rahasia
108
BAB 108- Memprovokasi Zahra
109
BAB 109- Siapa Aku Sebenarnya??!!
110
BAB 110- Siapa Suamiku Yang Sesungguhnya??!!
111
BAB 111- Kegelisahan Zahra
112
BAB 112- Apa Yang Harus Aku Lakukan??!!
113
BAB 113- Video Yang Menghebohkan!!
114
BAB 114- Fakta Yang Mengejutkan!!
115
BAB 115- Istri Atau Anak??!!
116
BAB 116- Keputusan Yang Sangat Sulit!!
117
BAB 117- Operasi Caesar
118
BAB 118- Penerus Dirgantara
119
BAB 119- Aku Adalah Zahramu!!
120
BAB 120- Chand Aditya Dirgantara
121
BAB 121- Tuduhan Rahul
122
BAB 122- Menangkap Pelakunya
123
BAB 123- Mengambil Tindakan!!
124
BAB 124- Acara Penyambutan
125
BAB 125- Benarkah Kamu Telah Mengkhianatiku??!!
126
BAB 126- Terkuaknya Rahasia Masa Lalu!!
127
BAB 127- Memperjelas Segalanya!!
128
BAB 128- Surat Gugatan Cerai!!
129
BAB 129- Nifas??!!
130
BAB 130- Nasib Gala Dan Amora
131
BAB 131- Melepas Kepergian Gala
132
BAB 132- Aqiqah
133
BAB 133- Undangan Pernikahan
134
BAB 134- Segalanya Untukmu (END)
135
PROMO NOVEL BARU
136
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!